BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya potensi wisata terutama wisata alam. Meskipun demikian, Indonesia tergolong memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Bencana alam tersebut menjadi salah satu ancaman bagi sektor pariwisata dikarenakan banyaknya kawasan wisata yang berlokasi di kawasan rawan bencana, seperti kawasan wisata pantai yang rawan bencana tsunami maupun lereng gunung yang rawan bencana letusan gunung berapi. Kawasan wisata yang rawan bencana gunung berapi sangat berbahaya jika masih terbuka bagi wisatawan saat status aktivitas gunung mendekati erupsi. Sebagai contoh, saat Gunung Bromo meletus tahun 2004, terdapat dua wisatawan yang tewas akibat tertimbun pasir vulkanik di bawah anak tangga menuju kawah (tourbromo.com, 2014). Menurut Data dan Informasi Bencana Indonesia tahun 2013, jenis bencana alam geologi yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seperti letusan gunung api dan gempa bumi menimbulkan korban jiwa yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bencana alam lainnya. Bencana alam geologi tersebut juga menimbulkan kerugian material seperti rusaknya sarana, prasarana, dan permukiman penduduk. Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu diperkirakan mencapai Rp 3,56 triliun, dengan ratusan korban mengungsi dan sejumlah desa harus direlokasi (BNPB, 2011). Kerugian atau dampak akibat bencana dapat semakin besar jika tidak terdapat upaya mitigasi bencana. Untuk itu mitigasi bencana sangat diperlukan pada kawasan rawan bencana tak terkecuali bagi kawasan wisata yang ada di dalamnya karena bencana alam geologi tidak selalu dapat diprediksi dan tidak semua wisatawan yang berkunjung mengetahui kondisi kawasan wisata yang rawan bencana tersebut. Selain itu, banyaknya korban jiwa akibat terjadinya bencana alam di kawasan wisata dapat mengurangi minat masyarakat untuk berkunjung sehingga 1
ikut berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata di kawasan tersebut. Kawasan wisata yang rawan terhadap bencana alam geologi berupa letusan gunung berapi di Provinsi DIY banyak terdapat di Kabupaten Sleman, diantaranya kawasan wisata alam dan minat khusus di lereng selatan Gunung Merapi. Meskipun erupsi Gunung Merapi sudah sering terjadi dan melanda bagian utara Kabupaten Sleman, upaya-upaya mitigasi bencana gunung berapi baru digencarkan pascaerupsi Gunung Merapi tahun 2010. Untuk itu, ini akan mengevaluasi sejauh mana upaya mitigasi bencana baik struktural maupun non struktural di kawasan wisata yang rawan bencana letusan gunung berapi (kawasan wisata lava tour) di Kabupaten Sleman. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut ini pertanyaan yang penulis rumuskan : a. Sejauh mana tingkat kesesuaian pelaksanaan mitigasi bencana di kawasan wisata Lava Tour Merapi ditinjau dari kriteria mitigasi bencana? b. Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesesuaian pelaksanaan mitigasi bencana di kawasan wisata Lava Tour Merapi? 1.3 Tujuan Penelitian Berikut ini tujuan berdasarkan pertanyaan yang telah penulis rumuskan sebelumnya : a. Membandingkan antara pelaksanaan mitigasi bencana di kawasan wisata Lava Tour Merapi terhadap kriteria mitigasi bencana. b. Memverifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesesuaian pelaksanaan mitigasi bencana di kawasan wisata Lava Tour Merapi. 1.4 Batasan Penelitian Areal ini dibatasi pada kawasan objek wisata lava/volcano tour di Desa Umbulharjo, Desa Kepuharjo, dan sebagian kecil Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Kawasan wisata tersebut berada di kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dan kawasan terdampak langsung material vulkanik pada erupsi Merapi 2010. 2
Penelitian ini fokus menganalisis data-data terkait mitigasi bencana gunung berapi di kawasan wisata lava tour Merapi dengan batasan waktu sumber data mulai dari pascaerupsi Merapi tahun 2010 hingga tahun 2015. Pelaksanaan upaya-upaya mitigasi bencana di kawasan wisata lava tour dibandingkan kesesuaiannya terhadap kriteria mitigasi bencana (yang dirangkum dari konsep, pedoman atau standar mitigasi bencana terutama mitigasi bencana gunung berapi). Selanjutnya, faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesesuaian pelaksanaan mitigasi bencana dari teori terkait mitigasi bencana diverifikasi lebih lanjut berdasarkan kondisi eksisting di lokasi ini. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari ini, antara lain : a. Bagi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), ini dapat menjadi referensi tambahan bagi selanjutnya dengan tema terkait mitigasi bencana di kawasan wisata, khususnya kawasan wisata rawan bencana gunung berapi karena dengan tema tersebut belum banyak yang berasal dari program studi PWK. b. Bagi masyarakat, pengelola kawasan dan penyedia jasa wisata di kawasan wisata Lava Tour Merapi dan sekitarnya, ini dapat menjadi masukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas upaya mitigasi bencana sehingga dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kriteria mitigasi bencana. c. Bagi lembaga pemerintah dan nonpemerintah yang aktif di bidang kebencanaan dan pariwisata, ini dapat menjadi masukan untuk peningkatan dan perencanaan program, kegiatan, serta kemitraan terkait pengurangan risiko bencana di kawasan wisata yang rawan bencana gunung berapi. 1.6 Keaslian Penelitian Berikut ini beberapa terdahulu dengan fokus dan lingkup lokasi yang hampir sama dengan ini, yaitu terkait dengan evaluasi dan mitigasi bencana. a. Evaluasi Keefektifan Pelaksanaan Penataan Ruang untuk Mitigasi Bencana Tsunami di Kawasan Wisata Pesisir Barat Serang (Adya Ninggar Laras Kusumo, 2008) 3
Output dari tahapan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang menjadi objek evaluasi dalam ini. Keefektifan pelaksanaan penataan ruang dievaluasi untuk menilai sejauh mana penataan ruang dapat menjadi bentuk mitigasi bencana di kawasan wisata pesisir yang rawan bencana tsunami. b. Evaluasi Sistem Mitigasi dan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Studi Kasu Pasca Gempa Tanggal 27 Mei 2006 (Lenni Kartika Indah, 2008) Identifikasi kondisi fisik dan permasalahan pasca gempabumi serta evaluasi pelaksanaan pengelolaan mitigasi bencana gempabumi di Kabupaten Bantul menjadi fokus ini. Solusi untuk mengantisipasi kejadian bencana gempabumi juga diungkapkan dalam dengan metode deduktif kualitatif ini. c. Perubahan Lava Tour Gunung Merapi di Propinsi DIY (Chairul Rizal, 2012) Penelitian ini berlokasi di kawasan Lava Tour Merapi, Kecamatan Cangkringan. Kabupaten Sleman. Penelitian dengan metode induktif kualitatif ini fokus pada perubahan-perubahan yang terjadi di objek wisata lava tour pascaerupsi Gunung Merapi 2010 beserta faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut (fisik dan nonfisik). d. Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Berbasis Mitigasi Bencana Tsunami (Insun Kesuma Wijaya, 2013) Permasalahan dan faktor-faktor yang memengaruhi penerapan mitigasi bencana sebagai aspek utama dalam proses penyusunan RTRW Kota Banda Aceh menjadi tujuan yang bersifat deskriptif kualitatif ini. Penelitian ini fokus pada tata ruang sebagai aspek utama dalam evaluasi tata ruang dengan lokasi di Kota Banda Aceh yang rentan bencana tsunami. e. Mitigasi Bencana di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi (Fadri Mustofa, 2014) Penelitian yang berlokasi di KRB III Gunung Merapi, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan ini fokus meneliti jenis mitigasi bencana yang 4
diterapkan di kawasan tersebut, bukan secara khusus pada kawasan wisata yang ada di dalamnya. Jenis mitigasi bencana tersebut hanya fokus menilai aspek tata ruangnya saja, sementara ini akan menilai aspek-aspek mitigasi bencana (fisik dan nonfisik). Selain itu, meskipun kawasan sekitar Gunung Merapi sudah pernah digunakan sebagai lokasi sebelumnya, tetapi belum ada yang fokus nya berupa evaluasi mitigasi bencana di kawasan wisata Lava Tour tersebut. Oleh karena itu, penulis memastikan bahwa belum ada dengan fokus dan lokasi yang sama persis dengan yang penulis susun. 1.7 Kerangka Pikir Tahap 1 a. Penentuan tema/topik b. Penentuan pertanyaan dan tujuan Tahap 2 a. Pencarian teori-teori terkait tema/topik melalui studi pustaka dan terdahulu b. Penentuan variabel dan subvariabel berdasarkan teori-teori terkait topik yang telah dirangkum c. Pencarian tolok ukur dari masing-masing subvariabel yang bersumber dari pustaka, pedoman/peraturan, dan terdahulu yang terkait dengan topik Tahap 5 a. Analisis data secara deskriptif melalui matriks/tabel b. Penyajian data melalui kutipan hasil wawancara, foto-foto kondisi lokasi, peta-peta lokasi, dan, diagram. Tahap 4 a. Survei awal di lokasi amatan b. Pemetaan lokasi c. Pengumpulan data primer kualitatif melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi d. Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait Tahap 3 a. Pemilihan jenis evaluasi b. Penentuan sumber data primer dan sekunder untuk keperluan c. Penentuan metode pengumpulan data d. Persiapan instrumen e. Penentuan metode analisis data f. Pengumpulan data sekunder melalui internet Tahap 5 a. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan b. Pemberian rekomendas terkait hasil dan untuk selanjutnya Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Sumber : hasil pemikiran penulis, 2015 5