I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian terbaru mengenai standar kecantikan dan estetika menunjukkan bahwa sebagian besar pasien menyatakan tidak puas dengan warna giginya. Sebanyak 52,8% dari 235 pasien menyatakan tidak puas dengan penampilan giginya secara umum. Sebesar 56,2% di antaranya merasa tidak senang dengan warna giginya (Tin-Oo dkk., 2011). Warna gigi tidak dapat diabaikan. Warna gigi merupakan salah satu faktor signifikan yang mempengaruhi estetika wajah (Sharma dkk., 2010). Gigi dapat mengalami perubahan warna karena berbagai penyebab. Perubahan warna gigi bervariasi menurut etiologi, tampilan, lokasi, keparahan, dan perlekatan pada struktur gigi. Perubahan warna ini dapat dikelompokkan menjadi intrinsik, ekstrinsik, dan kombinasi. Perubahan warna intrinsik disebabkan karena timbunan bahan kromatogenik ke dalam dentin dan email selama proses odontogenesis (pembentukan gigi) atau setelah gigi erupsi. Paparan fluor yang tinggi, penggunaan tetrasiklin, kelainan pembentukan gigi, dan trauma selama pembentukan gigi dapat menghasilkan perubahan warna pra-erupsi. Setelah gigi erupsi, proses penuaan, nekrosis pulpa, dan faktor iatrogenesik merupakan penyebab utama perubahan warna secara intrinsik (Pallesen, 2003). Penyebab lain perubahan secara instrinsik yaitu bahan restorasi gigi, karies, gangguan selama kehamilan, misalnya kekurangan nutrisi, komplikasi kehamilan, anemia dan gangguan perdarahan (Hendari, 2009). Perubahan warna ekstrinsik 1
2 dapat disebabkan oleh pola diet yang mengandung zat warna, misalnya konsumsi kopi, teh, anggur merah, wortel, jeruk, tembakau, dan penggunaan obat kumur (Pallesen, 2003; Hendari, 2009). Perubahan warna pada gigi dapat diatasi dengan perawatan pemutihan gigi (Gladwin dan Bagby, 2004). Ada beberapa macam pilihan cara perawatan pemutihan gigi. Perawatan ini disesuaikan dengan jenis pewarnaan yang terjadi. Perubahan warna ekstrinsik dapat dihilangkan dengan tindakan skaling dan polishing gigi. Namun, pada pewarnaan ekstrinsik yang sukar dihilangkan, ataupun pewarnaan intrinsik, diperlukan perawatan lain yaitu dengan bleaching (Gursoy dkk., 2008). Bleaching merupakan suatu cara untuk memutihkan gigi yang berubah warna sampai mendekati warna asli dengan proses secara kimiawi (Fauziah dkk., 2012). Perawatan bleaching pada dasarnya ada 2 metode. Metode pertama yaitu perawatan home bleaching, merupakan perawatan di rumah dengan menggunakan trays dan gel bleaching konsentrasi rendah. Metode kedua adalah in office bleaching yang memerlukan konsentrasi gel bleaching lebih tinggi dan dilakukan di bawah pengawasan dokter gigi (Li Y, 2011). Umumnya bahan yang digunakan untuk memutihkan gigi adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia, jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mudah terbakar (Kihn dan Douglas, 2000). Hidrogen peroksida biasanya digunakan untuk in office bleaching pada konsentrasi 30-50% (Meizarini dan Rianti, 2005). Karbamid peroksida merupakan perpaduan senyawa hidrogen peroksida dan urea (Kihn dan Douglas,
3 2000). Konsentrasi karbamid peroksida untuk home bleaching adalah 10-22%. In office bleaching memerlukan karbamid peroksida dalam konsentrasi 34-44% (Meizarini dan Rianti, 2005). Urea berfungsi sebagai stabilizer untuk memperpanjang waktu kerja bahan, memperlambat lepasnya jumlah hidrogen peroksida, dan mempunyai tambahan keuntungan kariostatik (Haywood dkk., 2003). Agen bleaching dapat melepas oksigen ke dalam struktur gigi karena ukuran molekulnya yang kecil. Oksigen akan berdifusi melalui email dan dentin sehingga bereaksi dengan pigmen warna. Oksigen ini mungkin tidak hanya bereaksi dengan molekul pigmen, namun juga bereaksi dengan molekul organik matriks email. Oksigen tersebut kemudian memecah makromolekul pigmen warna menjadi molekul kecil melalui reaksi redoks. Pigmen yang telah dipecah menjadi molekul kecil dapat dikeluarkan semua atau sebagian dari struktur gigi, sehingga dapat mengembalikan warna gigi (Horning, 2013). Proses ini berhubungan dengan adanya difusibilitas dan permeabilitas yang tinggi di region interprismatik email gigi. Regio interprismatik adalah ruang di antara prisma email dalam gigi, dimana dapat terjadi difusi suatu substansi. Permukaan email gigi yang telah terpapar agen bleaching akan menyebabkan ruangan tersebut terbuka, sehingga menyebabkan permeabilitasnya tinggi. Semakin tinggi permeabilitas di regio interprismatik, maka pigmen warna yang telah dipecah oleh agen bleaching dapat dikeluarkan melalui proses difusi. Kemampuan difusi tergantung oleh beberapa faktor seperti komposisi dan konsentrasi dari produk, lokasi, waktu, suhu, dan karakter zat yang berpenetrasi (Berkovitz dkk., 2009; Mendonca dkk., 2011).
4 Beberapa penelitian menunjukkan agen bleaching dapat menyebabkan hilangnya mineral email. Penggunaan agen bleaching juga dapat mengubah morfologi dan meningkatkan kekasaran permukaan email (Al-Salehi, 2007; Cavalli, 2009, Mendonca dkk., 2011). Kekasaran permukaan pada jaringan keras rongga mulut seperti pada permukaan gigi mempunyai peran penting dalam adhesi dan retensi mikroorganisme. Hal ini dapat menyebabkan jumlah plak lebih banyak dibandingkan dengan permukaan yang halus. Permukaan yang halus akan menjamin kenyamanan pasien dan memfasilitasi kebersihan rongga mulut (Giacomelli dkk., 2010). Pada permukaan yang kasar, bakteri yang melekat akan bertahan lebih lama. Semakin tinggi tingkat kekasaran suatu area, maka dapat membantu perlekatan bakteri dan berperan dalam pembentukan plak gigi. Beberapa bakteri yang ditemukan pada permukaan gigi yang kasar antara lain Streptococcus oralis, Prevotella intermedia, dan Porphyromonas gingivalis (Gharechahi dkk., 2012). Pemanfaatan bahan alami saat ini mulai terkenal di masyarakat karena dianggap lebih aman, mudah diperoleh, dan jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan kimiawi. Buah stroberi adalah salah satu bahan alami yang terbukti dapat digunakan untuk memutihkan kembali gigi yang berubah warna. Buah ini mengandung asam malat dan asam elagat yang berperan untuk memutihkan gigi (Margareta dkk., 2009). Banyak penelitian telah menyebutkan tentang penggunaan buah stroberi dan baking soda sebagai bahan pemutih gigi. Sebuah penelitian in vitro menunjukkan bahwa baking soda berpotensi memutihkan gigi. Dunitz (2001) menyebutkan bahwa ukuran partikel baking soda yang kecil
5 menyebabkan bahan ini mudah berpenetrasi ke dalam email dan membersihkan area yang sulit dijangkau. Penelitian ini akan mengkaji perbedaan pengaruh antara gel ekstrak buah stroberi (Fragaria x ananassa)-baking soda 10% pada ph netral dengan karbamid peroksida 10% terhadap kekasaran pada permukaan email gigi. Karbamid perokida 10% merupakan salah satu agen home bleaching yang aman. Salah satu syarat ideal agen bleaching yaitu tidak bersifat asam atau mempunyai ph netral. Agen bleaching yang bersifat netral sangat penting karena untuk menghindari efek yang buruk pada gigi. Buah stroberi yang bersifat asam dapat menjadi netral apabila dipadukan dengan baking soda dalam takaran tertentu. Perpaduan ekstrak buah stroberi dan baking soda diharapkan mampu memberi khasiat bleaching pada gigi dengan efek minimal. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, timbul permasalahan apakah terdapat perbedaan pengaruh antara gel ekstrak buah stroberi (Fragaria x ananassa)- baking soda 10% pada ph netral dengan gel karbamid peroksida 10% terhadap kekasaran permukaan email gigi. C. Keaslian Penelitian Margaretha dkk. (2009) telah meneliti mengenai perubahan warna email gigi setelah aplikasi pasta buah stroberi dan gel karbamid peroksida 10% dalam jurnalnya yang berjudul Effect of strawberry paste and carbamide peroxide gel 10% towards the brightness enamel tooth. Penelitian ini berbeda dengan
6 penelitian Margaretha dkk. (2009). Perbedaan penelitian ini terletak pada bahan bleaching yang digunakan dan jenis uji. Pada penelitian Margaretha dkk. (2009) menggunakan karbamid peroksida 10% dan pasta buah stroberi 100%. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan gel ekstrak buah stroberi-baking soda 10% pada ph netral dan karbamid peroksida 10%. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kekasaran permukaan email. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara gel ekstrak buah stroberi (Fragaria x ananassa)-baking soda 10% pada ph netral dengan gel karbamid peroksida 10% terhadap kekasaran permukaan email gigi. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan alternatif bahan home bleaching baru yang lebih aman, murah dan efektif berupa gel kombinasi ekstrak buah stroberi-baking soda 10% pada ph netral. 2. Memberikan informasi mengenai tingkat kekasaran permukaan email gigi setelah aplikasi gel kombinasi ekstrak buah stroberi-baking soda 10% pada ph netral dan karbamid peroksida 10% sebagai agen home bleaching. Kekasaran permukaan email gigi penting untuk diketahui karena berperan dalam perlekatan mikroorganisme. Permukaan gigi yang halus akan memfasilitasi kebersihan mulut.