Tinjauan tentang tindak pidana desersi yang dilakukan oleh TNI dan upaya penanggulangannya (studi di wilayah detasemen polisi militer IV/4 Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

BAB I PENDAHULUAN. dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari makhluk sosial selalu

I. PENDAHULUAN. Orang hanya menganggap bahwa yang terpenting bagi militer adalah disiplin. Ini tentu benar,

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

PEMECATAN PRAJURIT TNI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu

NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam bahasa Yunani adalah orang

I. PENDAHULUAN. menjadi penyeimbang dalam kehidupan bermasyarakat dipertanyakan. Bagaimana. hambatan dari hal-hal yang dapat menggangu kinerja hukum.

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemberian sanksi atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut. 1. pidana khusus adalah Hukum Pidana Militer.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Penyidikan Perkara Militer

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian sudah seharusnya penegakan

PEMERIKSAAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENSIA DI PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

P U T U S A N Nomor : 30 - K/PM I-07/AL/ V / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

PENERAPAN HUKUM BAGI ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN DESERSI 1 Oleh : Devit Mangalede 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang

P U T U S A N Nomor : 07-K / PM I-07 / AD / I / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENERAPAN PIDANA TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG MELAKUKAN DESERSI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA MILITER BUKU PERTAMA BAB PENDAHULUAN PENERAPAN HUKUM PIDANA UMUM. Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI KALANGAN MILITER SKRIPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat demi kebaikan dan ketentaraman bersama, hukum mengutamakan


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor : 53-K / PM I-07 / AD / VII / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

P U T U S A N Nomor : 35 - K/ PM.I-07 / AD / V / 2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINDAK PIDANA DESERSI DALAM KUHPM. Oleh : Kolonel CHK (Purn) JACOB LUNA SUMUK, SH

P U T U S A N Nomor : 60 -K/PM I-07/AD/ IX / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas pada bab-bab

P U T U S A N NOMOR: PUT / 61-K / PM.II-10 / AD / IX / 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

P U T U S A N Nomor : 33 - K/PM I-07/AD/ VI / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : PUT / 14-K / PM.II-10 / AD / II / 2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 10-K/PM.I-07/AD/ I /2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KAJIAN HUKUM PIDANA MILITER INDONESIA TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI. Robi Amu

PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA YANG TERJADI DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

PEMBENTUKAN MAHKAMAH BERSAMA ANGKATAN BERSENJATA MAHKAMAH BERSAMA ANGKATAN BERSENJATA. PEMBENTUKAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa Negara Indonesia

berat dengan tahapan sebagai berikut :

P U T U S A N Nomor : 28-K / PM I-07 / AD / IV / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

P U T U S A N Nomor : 43 -K/PM I-07/AD/ V / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA. Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH

KAJIAN HUKUM MILITER TERHADAP TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DESERSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUATU TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN PASAL 45A UU NO 5 TH 2004 TERHADAP TERDAKWA SEORANG PRAJURIT TNI. Sugeng Sutrisno *

Transkripsi:

1 Tinjauan tentang tindak pidana desersi yang dilakukan oleh TNI dan upaya penanggulangannya (studi di wilayah detasemen polisi militer IV/4 Surakarta) Oleh : Karlan NIM. E. 1101035 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan sesama manusia lainnya, oleh karenanya disebut juga sebagai makhluk sosial, selalu bersama-sama dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering juga disebut sebagai kelompok masyarakat. Di dalam suatu kelompok masyarakat, apakah masyarakat kota, desa, modern ataupun primitif, bahkan masyarakat yang lebih besar, selalu dijumpai aneka macam peraturan yang merupakan petunjuk hidup bagi setiap individu, bagaimana ia harus bertingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat. Kedisiplinan sangat diperlukan di dalam kehidupan, baik pribadi maupun kelompok atau organisasi. Disiplin yang berintisari ketaatan atau kepatuhan kepada ketentuan-ketentuan, aturan-aturan atau kelaziman yang berlaku, adalah salah satu faktor penting dalam usaha mencapai tujuan tertentu.

2 Tentara Nasional Indonesia (disingkat TNI) merupakan bagian dan masyarakat umum yang dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas pembelaan negara dan bangsa. Selain itu, TNI dibatasi oleh Undang-undang dan peraturan Militer (TNI) sehingga semua tindak tanduk perbuatan yang dijalani juga harus berdasarkan pada Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajiban yang berat dan amat khusus, maka TNI dididik dan dilatih untuk mematuhi perintah-perintah ataupun putusan tanpa membantah dan melaksanakannya dengan tepat, berdaya guna dan berhasil guna. Dalam kehidupan di lingkungan TNI tidak jarang terjadi kejahatan dan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh angggota TNI itu sendiri. Untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dan pelanggaran disiplin di dalam lingkungan TNI, diadakan kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk menghindari terjadinya kejahatan dan pelanggaran disiplin agar tidak dilakukan oleh anggota TNI. Cara untuk mencegah timbulnya kejahatan/pelanggaran disiplin tersebut adalah: 1. Penegakan Hukum, perintah-perintah dan peraturan militer. 2. Pemberian contoh dan teladan tentang perilaku yang layak dan baik. 3. Pengawasan untuk perorangan seperti: a. Pemeriksaan surat keterangan b. Penegakan peraturan jam malam c. Surat ijin keluar kesatrian pada jam kerja 4. Patroli pengawasan. 5. Pengawasan tempat-tempat umum yang mungkin timbul kejahatan.

3 6. Hubungan dan pelayanan masyarakat. 7. Tindakan tegas terhadap anggota TNI yang melakukan pelanggaranpelanggaran Hukum. Setiap personil TNI harus tunduk dan taat terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku bagi Militer yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), Kitab Undang-Undang Hukum Disiplin Militer (KUHDM), dan peraturan-petaturan lainnya. Peraturan hukum militer inilah yang diterapkan kepada Tamtama, Bintara maupun Perwira yang melakukan suatu tindakan yang merugikan kesatuan, masyarakat umum dan negara yang tidak lepas dan peraturan lainnya yang berlaku juga bagi masyarakat umum. Di dalam Peraturan Hukum Pidana Mliter, pelanggaran disiplin dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Pelanggaran disiplin murni. Adapun yang temasuk dalam pelanggaran disiplin mumi menurut ketentuan Pasal 2 (1) KUHPM, sebagai berikut a. Setiap perbuatan yang bukan tindak pidana (umum/militer). b. Tetapi bertentangan dengan perintah dinas / peraturan dinas. c. Dan tidak boleh terjadi dalam disiplin/ketertiban militer. Untuk pelanggaran disiplin yang murni sepenuhnya tidak dituntut secara yustisial tetapi diselesaikan oleh ANKUM secara disiplin. 2. Pelanggaran disiplin Militer tidak murni. Perbuatan yang merupakan tindak pidana, baik karena melanggar hukum pidana umum maupun hukum pidana militer yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh anggota militer tetapi sedemikian ringan sifatnya. Tindakan-tindakan pidana yang memenuhi syarat-syarat tersebut dapat ditangani dan diselesaikan oleh ANKUM secara disiplin militer.(komando Daerah Militer IV Diponegoro,1994:5-8) Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tindakan desersi. Adapun tindak

4 pidana desersi ini diatur dalam pasal 87 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang berbunyi: 1. Diancam karena desersi, militer: ke-1, yang pergi dengan maksud menarik diri untuk selamanya dari kewajiban-kewajiban dinasnya, dihindari bahaya perang menyeberang ke musuh atau memasuki dinas militer pada suatu negara atau kekuasaan lain tanpa dibenarkan untak itu; ke-2, yang karena salahnya atau dengan sengaja melakukan ketidakhadiran tanpa ijin dalam waktu damai lebih lama dari tiga puluh hari, dalam waktu perang lebih lama dari empat hari; ke-3, yang dengan sengaja melakukan ketidakhadiran tanpa ijin dan karena tidak ikut melaksanakan sebagian atau seluruhnya dari suatu perjalanan yang diperintahkan 2. Desersi yang dilakukan dalam waktu damai, diancam dengan pidana penjara maksimum dua tahun delapan bulan. 3. Desersi yang dilakukan dalam waktu perang, diancam dengan pidana penjara maksimum delapan tahun enam bulan. Untuk penyelesian tindak pidana dalam lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) diperlukan adanya peraturan guna mencapai keterpaduan cara bertindak antara para pejabat yang diberi kewenangan dalam penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI. Oleh karena itu, dikeluarkan Surat Keputusan Panglima ABRI Nomor: SKEP/711/Y/1989 mengenai Petunjuk Penyelesaian Perkara Pidana di Lingkungan ABRI, sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor I Drt. Tahun 1958 jo Undang-undang Nomor 6 tahun 1950 yang mengatur tentang Hukum Acara Pidana pada Pengadilan Ketentaraan. Penyelesaian perkara pidana yang terjadi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia melewati beberapa tahap / tingkatan sebagai berikut: 1. Tingkat penyidikan. 2. Tingkat penuntutan.

5 3. Tingkat pemeriksaan di persidangan. 4. Tingkat putusan. Tahapan-tahapan tersebut di atas hampir sama dengan tahapan penyelesaian perkara pidana di Peradilan Umum, hanya saja aparat yang berwenang untuk menyelesaikan perkara, yang berbeda. Jika dalam Peradilan Umum yang berhak menjadi Penyidik Umum adalah anggota Kepolisian Republik Indonesia atau Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi: 1. Penyidik adalah: a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. 2. Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Dalam Peradilan Militer yang mempunyai hak menjadi penyidik adalah Pejabat yang berdasarkan peraturan perundang-undaungan diberi wewenang untuk melakukan penyidikan terhadap anggota TNI dan atau mereka yang tunduk pada Peradilan Militer, yaitu Polisi Militer sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor I Drt. Tahun 1958 Jo Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1950 tentang Hukum Acara Pidana pada Pengadilan Ketentaraan. Dalam hal terjadinya suatu tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI, maka Polisi Militer wajib melakukan tindakan penyidikan sesuai dengan

6 tatacara dan prosedur yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Undang-Undang Nomor I Drt. Tahun 1958. Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor I / Drt. Tahun 1958, hak penyidik adalah: 1. Para Ankun terhadap anak buahnya. 2. Tiap-tiap anggota kepolisian Angkatan masing-masing. 3. Jaksa-jaksa Militer di lingkungan Peradilan Militer. 4. Pegawai Penyidik diatur oleh KUHAP. Menurut Pasal 17 Undang-Undang Nomor I Drt. Tahun 1958, hak membuat BAP menurut Undang-Undang adalah Pembantu Jaksa (penyidik) yaitu: 1. Para Ankum terhadap anak buahnya (tidak di bawah jaksa). 2. Perwira Kepolisian Angkatan di lingkungan masing-masing. 3. Bintara Polisi yang diangkat. 4. Anggota TNI yang ditunjuk terhadap Perkara tertentu. Keputusan PANGAB Nomor: Skep/04/P/11/1984, tanggal 4 April 1984 tentang fungsi Penyelenggaran POM di Lingkungan ABRI (Skep/711/X/989). Polisi Militer adalah salah satu tulang punggung yang menegakkan norma-norma hukum di dalam lingkungan TNI. Sesuai fungsi Polisi Militer yang merupakan fungsi teknis, secara langsung turut menentukan keberhasilan dalam pembinaan TNI maupun penyelenggaraan operasi

7 Hankam. Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran hukum, disiplin dan tata tertib yang merupakan syarat utama dalam kehidupan prajurit yang tercermin dalam sikap, tindakan dan pengabdiannya, maka diperlukan adanya pengawasan secara ketat dan berlanjut yang dilakukan oleh Polisi Militer. Berdasarkan uraian dalam dalam latar belakang tersebut di atas, maka penulis perlu membahas masalah tindak pidana desersi. Oleh karena itu penulis dalam penulisan skripsi ini mengambil judul TINJAUAN TENTANG TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH TNI DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA (STUDI DI WILAYAH DETASEMEN POLISI MILITER IV/4 SURAKARTA). B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan suatu yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, sehingga masalah yang diteliti dapat lebih dikhususkan dan dapat lebih memperjelas arah yang akan dicapai oleh peneliti. Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana desersi oleh anggota Tentara Nasional Indonesia? 2. Bagaimana prosedur penanganan kasus desersi yang dilakukan oleh anggota Tentara Nasional Indonesia? 3. Hambatan-hambatan apa sajakah yang timbul dalam penanganan kasus desersi yang dilakukan oleh anggota Tentara nasional Indonesia? C. Tujuan Penelitian

8 Penelitian merupakan suatu tindakan manusia untuk lebih mengetahui dan mendalami segala kehidupan yang belum diketahuinya. Oleh sebab itu, maka penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan infomasi atau keterangan, sehingga tujuan umum dari peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana desersi oleh anggota TNI. b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penanganan kasus desersi yang dilakukan oleh anggota TNI, c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa sajakah yang timbul dalam penanganan kasus desersi yang dilakukan oleh anggota TNI. 2. Tujuan Subyektif Yaitu untuk menambah pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dalam bidang hukum pidana, khususnya mengenai prosedur proses pidana kasus desersi yang dilakukan oleh anggota TNI di Wilayah Detasemen Polisi Militer IV/4 Surakarta. D. Manfaat Penelitian Harapan penulis penelifian ini dapat bermanfaat, baik bemanfaat bagi penulis sendiri ataupun bermanfaat bagi orang lain. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

9 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yaitu sebagai sama untuk mengembangkan teori-teori dalam ilmu pengetahuan pada umumnya dan untuk mengembangkan teoriteori dalam ilmu-ilmu hukum pada khususnya, yaitu dalam bidang hukum pidana. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yaitu untuk memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada masyarakat atau pembaca atau orang lain dimanapun berada, yaitu untuk mengetahui bagaimana prosedur penanganan kasus desersi yang dilakukan oleh TNI Angkatan Darat di wilayah Detasemen Polisi Militer IV/4 Surakarta. E. Metode Penelitian Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam suatu penelitian, maka diperlukan suatu metode tertentu. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil/memilih lokasi di Detasemen Polisi Militer IV/4 Surakarta. 2. Obyek Penelitian

10 Obyek yang diteliti adalah tentang tindak pidana desersi yang dilakukan oleh anggota TNI di wilayah Detasemen Polisi Militer IVA Surakarta. 3. Sumber data Dalam penelitian yang dilakukan ini sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. a. Sumber data primer Merupakan keterangan atau data yang diperoleh dan pejabat dan staf terkait yang menangani penyidikan terhadap tindak pidana desersi di Detasemen Polisi Militer IV/A Surakarta. b. Sumber data sekunder Merupakan keterangan atau data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan dokumen, arsip dan bahan-bahan lainnya yang mendukung masalah yang akan diteliti 4. Teknik Pengumpulan Data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka akan digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara atau interview

11 Dengan mengadakan tanya jawab dengan pejabat yang berwenang dan terkait dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan supaya keterangan akan data yang diperoleh dapat lebih mendukung penelitian ini. b. Studi kepustakaan Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca, mencatat, mengkaji dan mempelajari sumber-sumber tertulis lainnya. Di sini pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku kepustakaan, laporan penelitian, arsip-arsip dan dokumen lainnya. 5. Analisis Data Setelah data selesai terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap analisis data. Pada. tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, maka analisis-analisis data dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif. F. Sistimatika Skripsi Dalam menyusun penulisan hukum, penulis berpedoman pada satu sistimatika yang baku. Sistimatika memberikan gambaran dan mengemukakan garis besar penulisan hukum agar memudahkan dalam mempelajari isinya. Penulisan hukum terbagi menjadi empat bab yang saling

12 berhubungan. Setiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab yang masingmasing merupakan pembahasan dari bab yang bersangkutan. Adapun sistimatika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut Bab I merupakan bab pendahuluan dari keseluruhan bab-bab didalamnya. Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah yang merupakan hal-hal mendorong penulis untuk mengadakan penelitian, perumusan masalah merupakan inti permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisi tujuan dari penulis dalam melakukan penelitian, manfaat penelitian merupakan hal-hal yang dapat diambil dari hasil penelitian, metode penelitian berupa jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data, selanjutnya adalah sistimatika penulisan hukum yang merupakan kerangka atau susunan dari isi penelitian. Bab II merupakan bab tinjauan pustaka, bab ini berisi tentang teoriteori kepustakaan yang melandasi penelitian serta mendukung didalam memecahkan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini, yaitu: tinjauan umum tentang tindak pidana, tinjauan umum tentang tindak pidana desersi. Bab III merupakan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini menguraikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana desersi oleh anggota TNI, bagaimana prosedur penanganan kasus tindak pidana desersi yang dilakukan oleh anggota Tentara Nasional

13 Indonesia, hambatan-hambatan yang timbul dalam penanganan kasus tindak pidana desersi yang dilakukan oleh anggota Tentara Nasional Indonesia. Bab IV sebagai bab penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari bab-bab sebelumnya yang telah dibahas. Bab ini meliputi kesimpulan dan saran-saran penulis.