BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank syariah kini sangat pesat di Indonesia dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan seiring berjalannya waktu. Perkembangan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia secara formal telah dimulai sejak tahun 1992 dengan berlakunya UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut memberi kebebasan kepada bank dalam menentukan jenis imbalan yang akan diberikan kepada nasabah, baik berupa bunga maupun keuntungan bagi hasil. Pada tahun 2004 diberlakukan UU No. 3 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia yang menyatakan bahwa bank bagi hasil bukanlah bank sendiri, tetapi semata-mata dibedakan sistem operasionalnya dengan bank konvensional, dan tidak diizinkan suatu bank bercampur antara sistem bagi hasil dengan sistem bunga, sehingga membuka peluang kepada bank-bank konvensional untuk membuka cabang-cabang syariah atau yang disebut operasi dual banking system (Nur, 2014). Berdasarkan data terkini yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam laporan Statistik Perbankan Syariah (2015), sampai tahun 2014 jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia berjumlah 12 bank, jumlah tersebut meningkat 1 unit bank dari tahun sebelumnya yang berjumlah 11 unit. 1
Sementara untuk jumlah kantor nya juga mengalami peningkatan yang cukup baik, pada tahun 2009 tercatat jumlah kantor bank syariah sebanyak 711 unit kantor, dan terus mengalamami kenaikan sampai pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 2.151 kantor. Tabel 1.1 Perkembangan bank umum syariah di Indonesia No Tahun Jumlah Bank Umum Syariah Jumlah Kantor 1 2009 6 711 2 2010 11 1.215 3 2011 11 1.401 4 2012 11 1.745 5 2013 11 1.998 6 2014 12 2.151 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015 Perbankan syariah berfungsi sebagai agen intermediasi, yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro (titipan/wadi ah), tabungan (wadi ah dan mudharabah), deposito (bagi hasil/ mudharabah), dan kemudian menyalurkannya lewat pembiayaan. Penghimpunan dana bank syariah yang menggunakan akad bagi hasil adalah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah (simpanan mudharabah). Definisi mudharabah menurut PSAK No. 59 adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Dalam mudharabah, jika perusahaan mengalami kerugian maka kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. 2
Dalam penghimpunan dana di bank syariah, imbalan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana pihak ketiga adalah sistem bagi hasil untuk tabungan atau deposito mudharabah. Bagi hasil yang diberikan berdasarkan pada kesepakatan yang ditetapkan pada awal akad. Kesepakatan yang terjadi antara pihak bank dan pihak ketiga berupa ditetapkannya porsi bagi hasil, yang berarti mengandung unsur ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh pihak perbankan dan pihak ketiga. Menurut Hasanah (2008) besarnya bagi hasil yang diperoleh ditentukan berdasarkan keberhasilan pengelola dana untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana (konsep profit and loss sharing). Dengan demikian, kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta dan pengelola investasi yang baik akan sangat menentukan kualitas usahanya sebagai lembaga intermediary dan kemampuan menghasilkan laba. Tinggi rendahnya bagi hasil dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank dapat dilihat dari kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan (Rusdiana, 2010). Kinerja keuangan adalah salah satu dasar penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio return on asset (ROA), financing to 3
deposit ratio (FDR), biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO), dan capital adequacy ratio (CAR). Kinerja keuangan khususnya dalam rasio return on asset (ROA). Return on asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimiliknya. Return on asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total asset bank. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa return on asset berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah (Nofianti, 2015). Financing to deposit ratio (FDR) merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. Semakin rendah FDR menunjukan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Sebaliknya semakin tinggi FDR suatu bank, berarti dapat digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka rasio lebih kecil. Beban operasional atas pendapatan operasional (BOPO) bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Jika rasio ini rendah maka kinerja bank yang bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi. Sedangkan semakin tinggi biaya pendapatan bank berarti kegiatan operasionalnya semakin tidak 4
efisien sehingga pendapatannya juga semakin kecil. Dengan kata lain BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank. Capital adequacy ratio (CAR) merupakan perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko yang dimiliki. Rasio capital adequacy ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Apabila nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8% berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, maka keadaan yang menguntungkan tersebut mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (Azmy, 2008). Penelitian ini mengacu pada penelitian Moh. Iskandar Nur, dan M. Nasir (2014) yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah dan Tingkat Pengembalian Ekuitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2011 sampai 2013, variabel yang di uji menggunakan return on asset (ROA), biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO), dan financing to deposit ratio (FDR). Sedangkan penelitian ini menambahkan variabel independen capital adequacy ratio (CAR), dan penelitian ini hanya menggunakan tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebagai variabel yang dipengaruhi. Dengan demikian penelitian ini menguji variabel return on asset (ROA), biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO), financing to deposit ratio (FDR), dan capital adequacy ratio (CAR). Sampel dalam penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun periode 2012 5
sampai 2015. Sedangkan sampel sebelumnya menggunakan Bank Umum Syariah yang terdaftar di Indonesia pada tahun periode 2011 sampai 2013. Beberapa penelitian sebelumnya dengan topik tingkat bagi hasil deposito mudharabah telah dilakukan oleh Rahmawaty (2015) dengan variabel bebas ROA dan FDR, dalam hasil penelitiaannya dinyatakan bahwa ROA dan FDR secara parsial tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, sementara penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Nasir (2012) dengan variabel bebas ROA, BOPO dan FDR, hasil analisisnya menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan BOPO berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Nofianti (2015) dengan variabel bebas ROA, FDR, BOPO, NPF, dan suku bunga, dalam hasil penelitiannya Nofianti (2015) menemukan bahwa ROA dan FDR berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, sedangkan BOPO, NPF, dan suku bungan tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Beberapa penelitian yang sudah diuraikan tersebut terjadi hasil penelitian yang berbeda atau gap antara penelitian sebelumnya, sehingga dirasa perlu untuk dilakukan penelitian lagi mengenai pengaruh ROA, FDR, BOPO terhadap tingkat bagi hasil mudharabah dengan menambahkan variabel CAR. 6
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah yang menjadi objek penelitian ini adalah: 1. Apakah return on asset (ROA), financing to deposit ratio (FDR), biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO), dan capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? 2. Apakah return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? 3. Apakah financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? 4. Apakah biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? 5. Apakah capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut : a. Untuk menganalisis return on asset (ROA), financing to deposit ratio (FDR), biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO), dan capital adequacy ratio (CAR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 7
b. Untuk menganalisis return on asset (ROA) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. c. Untuk menganalisis financing to deposit ratio (FDR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. d. Untuk menganalisis biaya operasional atas pendapatan operasional (BOPO) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. e. Untuk menganalisis capital adequacy ratio (CAR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : a. Bagi peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam memahami, menambah, dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari secara ilmiah dan sistematis. b. Bagi Bank Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian perbankan syariah dalam meningkatkan manajemen dananya. c. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi dan informasi untuk menambah wawasan. 8