PENDAHULUAN Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan terpenting bagi banyak negara. Lebih dari 2 milyar manusia di Asia dan ratusan juta di Afrika dan Amerika Latin mengkonsumsi padi. Pada tahun 2009 kebutuhan beras di Indonesia mencapai 139 kg/orang/tahun. Kendala yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi terutama adalah 1). produktivitas lahan yang rendah 2). pengurangan dan alih fungsi lahan (Supriana et. al, 2009) dan 3). anomali iklim (Pinem, 2008). Menurut BPS Sumut (2009) produktivitas lahan padi sawah adalah 4,4 t.ha -1 sedangkan secara nasional mencapai 4,7 t.ha -1. Rendahnya produktivitas lahan padi sawah tersebut disebabkan rendahnya kualitas lahan. Di sisi lain alih fungsi lahan sawah menjadi bukan sawah. Periode 1983-1993 luas lahan pertanian mengalami penurunan dari 16,7 juta hektar menjadi 15,6 juta hektar atau sekitar 110.000 hektar per tahun (Nurmalina, 2007). Rendahnya produksi padi juga dipengaruhi oleh faktor anomali iklim (Pinem, 2008). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramalkan bahwa tahun 2010 El Nino dapat menyebabkan cuaca kering yang beresiko pada penurunan hasil panen padi (Setneg, 2009). Beberapa laporan menyebutkan produksi padi sawah mengalami penurunan (leveling off) sebagai akibat dari perubahan sifat-sifat tanah. Kandungan C-organik tanah sawah yang sangat rendah (secara umum <1%) dinilai sebagai faktor kunci penyebab rendahnya hasil padi sawah (Al-Jabri, 2008 dan Karama 2004). Pemberian bahan organik berupa kompos, pupuk kandang dan lainnya mutlak diperlukan untuk
menaikkan C-tanah. Disamping itu bahan organik berfungsi sebagai amelioran yang dapat memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan sumber hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2005). Kebiasaan petani yang sering membakar dan membuang jerami dari areal sawah perlu dirobah. Merubah kebiasaan tersebut tidak mudah dan membutuhkan waktu. Untuk itu petani perlu diberi pemahaman melalui berbagai informasi, pelatihan, penyuluhan yang cukup sehingga mereka yakin bahwa menggunakan jerami sebagai pupuk organik sangat baik pengaruhnya bagi kelangsungan pertanian mereka. Di lain fihak penggunaan jerami yang dilakukan dengan cara yang tepat dan efisien akan dapat mengurangi dosis pupuk kimia dari suatu paket pemupukan. Usaha lain yang mungkin ditempuh untuk meningkatkan produksi adalah melalui rekayasa genetik untuk mendapatkan varitas baru yang mampu berproduksi lebih tinggi dengan siklus hidup lebih pendek. Meningkatkan perluasan areal penanaman, mengoptimalkan pengelolaan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (irigasi dan drainase, pemupukan, pengelolaan hama penyakit, penanganan pasca panen, dan lain lain). Saat ini telah tersedia varitas padi yang berumur pendek seperti Silugonggo. Varietas ini berumur 85-90 hari (Balitbang, 2009). Dengan varitas berumur pendek ini maka intensifikasi dapat dilakukan dengan meningkatkan indeks penanaman sehingga penanaman padi dapat dilakukan 4 kali dalam setahun (IP 400) seperti pada lampiran 1 dan 2. Konsekwensi dari penanaman 4 kali setahun ini akan menyebabkan
terjadinya pengurasan sumberdaya lahan berupa unsur hara dan kerusakan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam rangka menunjang peningkatan produksi telah dikembangkan paketpaket teknologi pengelolaan hara, seperti Pengelolaan Sumberdaya dan Tanaman Terpadu (PTT), Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), dan Sistem Intensifikasi Padi (SRI). Salah satu yang menjadi fokus perhatian ketiga paket ini adalah pemberian hara (pemupukan organik dan anorganik) yang meliputi jumlah, jenis, waktu dan cara yang lebih sesuai. Pemupukan kimia sudah sangat dikenal oleh petani. Fakta lapangan menunjukkan penggunaan pupuk kimia sering tidak rasional. Produksi rendah bila pemberiaan pupuk kurang dari dosis yang dibutuhkan dan sebaliknya bila berlebihan, selain tidak efisien dapat pula mencemari tanah dan air. Dalam prakteknya dikenal beberapa rekomendasi pemupukan yaitu : - Berdasarkan uji petak omisi (minus 1 unsur) untuk unsur N, P dan K. - Berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD) untuk N dan peta status hara tanah Skala 1: 50.000 untuk P dan K. - Berdasarkan BWD untuk N dan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) untuk P dan K. - Menggunakan software PuPS (Pemupukan Padi Sawah) spesifik lokasi. - Rekomendasi Petani berdasarkan pengalamannya. - Hasil analisa tanah, sebagai dasar penentuan jumlah pupuk.
- Keputusan Menteri Pertanian No.01/Kpts/SR.130/1/2006 tentang Pemupukan N,P, dan K Spesifik Lokasi Padi Sawah yang didasarkan pada Peta Kesuburan Tanah Sawah. Perumusan Masalah Terjadinya pelandaian hasil pada produksi padi disebabkan penurunan sifatsifat tanah yang mendukung pertumbuhan. Salah satu indikator penurunan sifat-sifat tanah yang dapat diukur adalah rendahnya bahan organik tanah (C-organik). Penggunaan pupuk kimia selama tiga dekade belakangan ini yang kurang disertai dengan penggunaan bahan organik menyebabkan terkurasnya bahan organik tanah. Penambahan pupuk kimia secara terus menerus tidak mampu meningkatkan hasil karena dapat menyebabkan rusaknya sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Pemberian bahan organik secara umum adalah untuk meningkatkan C organik tanah, juga berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dan mikroba tanah. Peningkatan jenis, jumlah dan aktivitas mikroba tanah merupakan ukuran kesehatan tanah. Hanya pada tanah yang sehat diperoleh pertumbuhan yang baik jika faktor lain dalam keadaan optimum. Mengandalkan bahan organik sebagai satu-satunya sumber hara tanaman untuk daerah tropis juga bukan merupakan suatu pilihan yang tepat. Hal ini mengingat faktor iklim yang sangat besar pengaruhnya terhadap tanah. Oleh sebab itu penyelarasan penggunaan pupuk kimia dan bahan organik secara bersamaan merupakan suatu pilihan yang rasional.
Sinergi antar komponen teknologi pemupukan merupakan hal yang harus dipelajari untuk mendapatkan produksi yang lebih tinggi. Penggunaan pupuk seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah (Badan Litbang Deptan, 2007). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan teknologi aplikasi jerami terhadap perbaikan sifat tanah, pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. 2. Mendapatkan paket teknologi pemupukan yang lebih sederhana serta pengaruhnya terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. 3. Mendapatkan teknologi aplikasi jerami padi dan paket pemupukan terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. Hipotesis 1. Aplikasi berbagai bagian jerami mampu memperbaiki sifat tanah, meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada pola penanaman padi sawah intensif. 2. Beberapa paket teknologi pemupukan dapat memperbaiki sifat tanah, meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada pola penanaman padi sawah intensif. 3. Interaksi teknik aplikasi jerami dan paket pemupukan dapat memperbaiki sifat tanah, meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada pola penanaman padi sawah intensif.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan informasi dalam penerapan peningkatan indek penanaman padi. Khusus bagi penulis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dalam pengelolaan pertanaman padi sawah, serta merupakan salah satu syarat dalam rangka penyelesaian program magister pertanian pada program Pascasarjana, Fakultas Pertanian USU.