INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF UNTUK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

2

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

Partnership Governance Index

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

I.PENDAHULUAN. Upah masih menjadi salah satu persoalan yang selalu menjadi sorotan terutama di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)


Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Transkripsi:

INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF UNTUK Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Dipresentasikan dalam Acara Peluncuran Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Jakarta, 11 Juli 2018

2 MENGAPA MEMBUTUHKAN INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF?

3 Landasan Penyusunan Indeks Belum adanya konsep pembangunan ekonomi inklusif yang disepakati secara nasional, bahkan masing-masing organisasi internasional memiliki konsep yang berbeda-beda Belum adanya instrumen untuk memantau perkembangan pembangunan ekonomi inklusif

4 PERTUMBUHAN INKLUSIF MENURUT BERBAGAI LEMBAGA INTERNASIONAL

5 Pertumbuhan Inklusif Menurut ADB Pilar 1 Pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan untuk menciptakan dan memperluas peluang ekonomi Pilar 2 Perluasan akses untuk menjamin masyarakat dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan Pilar 3 Jaring pengaman sosial untuk mencegah kerugian ekstrim Kategori Nilai Bobot Total Pertumbuhan Ekonomi 4.25 1.00 Ketenagakerjaan 4.15 0.60 Infrastruktur Ekonomi 5.10 0.50 Kemiskinan 2.10 0.20 Ketimpangan 6.10 0.60 Kesetaraan Gender Kesehatan dan Nutrisi 6.05 0.30 6.05 0.30 Pendidikan 5.05 0.25 Sanitasi dan Air Bersih 3.05 0.15 Proteksi Sosial 5.10 0.50 Total 1.00 4.40 NAMUN PERHITUNGAN INI BARU SEBATAS KERTAS KERJA, TIDAK ADA INDEKS TAHUNAN UNTUK MEMANTAU PERKEMBANGANNYA

6 Inclusive Development Index (IDI) - World Economic Forum Indikator Kinerja Utama Nasional Pertumbuhan dan Pembangunan Inklusi Keberlanjutan dan Kesetaraan Antar Generasi Definisi: Suatu strategi untuk meningkatkan kinerja perekonomian dengan perluasan kesempatan dan kemakmuran ekonomi, serta memberikan akses yang luas pada seluruh lapisan masyarakat PDB per Kapita Kesempatan Kerja Produktivitas Tenaga Kerja Harapan Hidup Sehat Pendapatan Rumah Tangga Rata-Rata Tingkat Kemiskinan Gini Pendapatan Gini Kekayaan Tabungan Bersih yang Disesuaikan Utang Publik (bagian dari PDB) Rasio Ketergantun gan Intensitas Karbon terhadap PDB Kendala: Indeks negara maju tidak dapat dibandingkan dengan indeks negara berkembang Beberapa indikator tidak tersedia untuk tingkat provinsi maupun kabupaten/kota

7 Mengapa Indonesia Perlu Menyusun Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Tersendiri? Cerminan untuk Tujuan Pembangunan Indonesia Indeks Pembangunan/Pertumbuhan Inklusif yang telah dikeluarkan berbagai institusi internasional, dirasa kurang mencerminkan tujuan pembangunan Indonesia secara spesifik Contoh: Tidak adanya fokus kepada isu ketimpangan (gender, wilayah, dan pendapatan) Beberapa indikator tidak selaras dengan indikator pembangunan Indonesia Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Indonesia: Dapat membandingkan tingkat inklusivitas antar provinsi (ke depan akan dikembangkan untuk tingkat kabupaten/kota) sehingga dapat ditentukan arah kebijakan yang lebih tepat Contoh Indikator: Pendapatan Bersih Gini, Tabungan Bersih yang disesuaikan, Intensitas Karbon terhadap PDB, Utang Publik dan Rasio Ketergantungan (data tidak ada di level provinsi)

8 INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF

4.82 4.90 4.97 4.99 5.08 5.14 5.17 6.24 6.15 6.17 6.26 6.36 6.44 6.64 3.75 3.89 4.35 4.56 4.77 5.05 5.05 9 Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Tingkat Nasional Tahun 2011-2017 INDEKS PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF 4.83 4.89 5.08 5.16 5.29 5.42 5.47 Indeks Pilar 1: Pertumbuhan Ekonomi Indeks Pilar 2: Pemerataan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan Indeks Pilar 3: Perluasan Akses dan Kesempatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Catatan: nilai 1-3 merupakan kategori tidak memuaskan, nilai 4-7 merupakan kategori memuaskan dan nilai 8-10 merupakan kategori sangat memuaskan

DKI Jakarta 6.58 Jawa Barat 5.74 Kepulauan Riau 5.64 Banten 5.53 Jawa Tengah 5.48 Sulawesi Utara 5.34 Jawa Timur 5.33 Bali 5.32 DI Yogyakarta 5.30 Indonesia 5.17 Sumatera Utara 5.12 Sulawesi Selatan 4.88 Kepulauan Bangka 4.86 Kalimantan Selatan 4.85 Sumatera Selatan 4.75 Lampung 4.73 Gorontalo 4.71 Bengkulu 4.64 Kalimantan Timur 4.62 Sumatera Barat 4.60 Kalimantan Tengah 4.58 Sulawesi Tengah 4.58 Papua Barat 4.54 Riau 4.51 Kalimantan Barat 4.47 Maluku Utara 4.43 Sulawesi Tenggara 4.41 Aceh 4.36 Maluku 4.36 Jambi 4.36 Kalimantan Utara 4.34 Nusa Tenggara Barat 4.16 Sulawesi Barat 4.15 Nusa Tengggara Timur 3.78 Papua 2.99 10 Pilar I : Pertumbuhan Ekonomi PERTUMBUHAN EKONOMI DKI Jakarta mendapatkan nilai indeks pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 6,58. Sedangkan untuk provinsi yang paling tidak inklusif dalam pilar pertumbuhan ekonomi adalah Papua, dengan nilai 2,99. Nilai Indeks secara nasional adalah 5,17.

DKI Jakarta 7.31 Kalimantan 7.25 Kalimantan 7.24 Kepulauan 7.12 Sumatera Barat 7.10 Bali 7.09 Sumatera Utara 6.96 Riau 6.90 Sulawesi Utara 6.86 Kalimantan 6.79 Kepulauan Riau 6.78 Banten 6.74 Kalimantan 6.74 Jawa Barat 6.73 Kalimantan 6.72 Jawa Tengah 6.69 Jambi 6.68 Sulawesi Barat 6.65 Indonesia 6.64 Maluku Utara 6.63 DI Yogyakarta 6.63 Sumatera 6.57 Jawa Timur 6.51 Sulawesi 6.51 Nusa 6.49 Sulawesi 6.40 Lampung 6.36 Aceh 6.35 Bengkulu 6.33 Sulawesi 6.22 Maluku 6.09 Gorontalo 5.82 Nusa 5.81 Papua Barat 5.36 Papua 4.88 11 Pilar II : Pemerataan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan PEMERATAAN PENDAPATAN DAN PENGURANGAN KEMISKINAN DKI Jakarta mendapatkan nilai indeks pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan tertinggi sebesar 7,31. Provinsi yang paling tidak inklusif dalam pilar ini adalah Papua dengan nilai 4,88. Nilai Indeks secara nasional adalah 6,64.

DI Yogyakarta 6.69 Jawa Tengah 6.31 Bali 6.16 Jawa Timur 5.99 Lampung 5.91 Kalimantan Timur 5.90 Sulawesi Selatan 5.82 DKI Jakarta 5.81 Kalimantan Utara 5.77 Sumatera Selatan 5.77 Kepulauan Bangka 5.73 Sumatera Barat 5.72 Nusa Tenggara Barat 5.68 Aceh 5.67 Sulawesi Tenggara 5.65 Gorontalo 5.62 Nusa Tengggara 5.56 Kalimantan Selatan 5.50 Riau 5.47 Jawa Barat 5.46 Sulawesi Barat 5.44 Kepulauan Riau 5.43 Sumatera Utara 5.42 Sulawesi Tengah 5.40 Jambi 5.36 Bengkulu 5.35 Kalimantan Tengah 5.30 Sulawesi Utara 5.21 Papua Barat 5.12 Indonesia 5.05 Maluku 5.02 Maluku Utara 4.63 Kalimantan Barat 4.51 Papua 4.29 Banten 4.03 12 Pilar III : Perluasan Akses dan Kesempatan PERLUASAN AKSES DAN KESEMPATAN DI Yogyakarta mendapatkan nilai indeks perluasan akses dan kesempatan tertinggi sebesar 6,69. Sedangkan untuk provinsi yang paling tidak inklusif dalam pilar perluasan akses dan kesempatan adalah Banten dengan nilai sebesar 4,03. Nilai Indeks secara nasional adalah 5,05.

13 Studi Kasus: Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan berada pada posisi ke-12 dalam Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Pertumbuhan ekonomi tinggi dan tingkat kemiskinan rendah, tetapi belum menunjukkan inklusif yang tinggi Pertumbuhan PDRB riil per kapita tinggi Tingkat Kemiskinan Rendah Perluasan Akses dan Kesempatan Share Manufaktur terhadap PDRB Rendah Persentase Pekerja >35 jam per minggu Rendah Tingkat Ketimpangan Tinggi

14 STUDI KASUS: Apa yang terjadi di Sulawesi Selatan? Share manufaktur terhadap PDRB rendah % Pekerja >35 jam per minggu rendah Tingkat Ketimpangan Tinggi Tidak ada supply bahan baku yang berkelanjutan Faktor sosiologis/budaya orang Sulawesi sebagai pedagang/saudagar Kebijakan terkait hilirisasi sektor pertanian ke industri pengolahan belum optimal Terjadi penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian karena alih lahan, kekeringan, banjir, mekanisasi, serta preferensi TK muda Penurunan pekerja di sektor industri karena mekanisasi Antar pendapatan: Mayoritas petani (70%) = petani penggarap, bukan pemilik lahan Mayoritas nelayan = buruh nelayan, bukan pemilik Gap upah antar sektor Perubahan struktur ekonomi Disparitas SDM antar kelompok pendapatan Antar wilayah: Infrastruktur Komoditas unggulan yang sudah jenuh Faktor geografis-spasial dan endowment daerah

15 Apa Langkah Selanjutnya? 1 Penyusunan dashboard Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif 2 Pengembangan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif untuk Tingkat Kabupaten/Kota

16 TERIMA KASIH

17 LAMPIRAN

18 Definisi Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Menurut Lembaga-lembaga Internasional INCLUSIVE GROWTH INCLUSIVE GROWTH INCLUSIVE GROWTH INCLUSIVE GROWTH Pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan yang akan menciptakan dan mempeluas kesempatan ekonomi serta memastikan akses yang lebih luas kepada semua lapisan masyarakat Peningkatan laju pertumbuhan dan perluasan skala ekonomi, serta penciptaan lapangan investasi yang merata dan peningkatan kesempatan kerja yang produktif. Pertumbuhan ekonomi yang didistribusikan secara adil pada seluruh masyarakat dan menciptakan peluang bagi semua lapisan masyarakat. Suatu proses dan hasil dari pertumbuhan dan sejauh mana pertumbuhan tersebut dapat berpengaruh dalam memperbaiki standar hidup secara luas dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

19 Pembangunan Ekonomi Inklusif Untuk Indonesia Pembangunan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah. TOTAL INDIKATOR 21 PILAR I : Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Sub-Pilar: 1. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kesempatan Kerja 3. Infrastruktur Ekonomi PILAR II : Pemerataan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan Sub-Pilar: 1. Ketımpangan 2. Kemiskinan PILAR III: Perluasan Akses dan Kesempatan Sub-Pilar: 1. Kapabilitas Manusia 2. Infrastruktur Dasar 3. Keuangan Inklusif DATA Data per Provinsi di Indonesia untuk tahun 2015-2017 (34 PROVINSI)

DKI Jakarta 6.55 Jawa Tengah 5.97 DI Yogyakarta 5.94 Bali 5.93 Jawa Barat 5.90 Kepulauan Riau 5.85 Jawa Timur 5.77 Sulawesi Utara 5.65 Sumatera 5.61 Kepulauan 5.57 Kalimantan 5.53 Indonesia 5.47 Sulawesi 5.46 Sumatera Barat 5.42 Sumatera 5.41 Kalimantan 5.40 Lampung 5.39 Banten 5.37 Kalimantan 5.33 Riau 5.26 Kalimantan 5.21 Bengkulu 5.20 Gorontalo 5.19 Sulawesi 5.17 Sulawesi 5.15 Aceh 5.12 Jambi 5.11 Nusa 5.03 Sulawesi Barat 5.00 Kalimantan 4.97 Maluku Utara 4.95 Maluku 4.91 Papua Barat 4.88 Nusa 4.64 Papua 3.70 20 Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Tingkat Provinsi Tahun 2017 Catatan: nilai 1-3 merupakan kategori tidak memuaskan, nilai 4-7 merupakan kategori memuaskan dan nilai 8-10 merupakan kategori sangat memuaskan