II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Anonim, 2009:1). Definisi di atas menjelaskan bahwa belajar kooperatif

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat. jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. soal matematika.hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Oleh: Novrianti Yusuf.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

BABH KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Matematika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

JURNAL ILMIAH PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB II LANDASAN TEORI. Novi Sri Rahayu, dkk (2013) menyimpulkan bahwa s iswa dengan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation

BAB II KAJIAN PUSTAKA

yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2004: 387).

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kapasistas bagi timbulnya keterampilan anti sosial (anti-sosial behaviour)

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman siswa adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari matematika

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang memiliki atura-aturan tertentu. Melalui pembelajaran

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

II. KAJIAN PUSTAKA. al (dalam Karuru, 2005), pembelajaran kooperatif turut menambah unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin. Adanya pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) adalah metode belajar mengajar yang didesain untuk mengembangkan kerjasama dan tanggung jawab siswa. Metode ini dirancang untuk mengurangi persaingan yang banyak ditemui di kelas dan cenderung mengarah pada pola kalah dan menang (Slavin dalam Anonim, 2009:1). Definisi di atas menjelaskan bahwa belajar kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan

11 sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Lebih lanjut (Dzaki, 2010:1) menjelaskan tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalarn situasi kooperatif

12 B. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model GI dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Sudrajat, 2010:1). Dalam model GI terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau Inquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi (Winaputra, 2001:75).

13 Slavin 1995 (dalam Maesaroh 2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan model GI adalah: 1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok. Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2. Rencana Kooperatif. Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3. Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan model GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.

14 Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas (Trianto, 2007:59). Menurut Slavin (2010:220) langkah-langkah penerapan model GI, dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid kedalam kelompok. Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru mempresentasikan serangkaian permasalahan atau isu dan para siswa mengidentifikasi dan memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan pada ketertarikan dan latar belakang mereka. Tahap ini dimulai dengan perencanaan kooperatif yang melibatkan seluruh kelas. 2. Merencanakan investigasi di dalam kelompok. Setelah mengikuti kelompok-kelompok mereka masing-masing, para siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopik yang mereka pilih. Pada tahap ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik masing-masing (satu persatu atau berpasangan) akan mereka investigasi. Sebagai akibatnya, setiap kelompok harus mempormulasikan sebuah masalah yang dapat diinvestigasi, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut.

15 3. Melaksanakan investigasi Dalam tahap ini tiap anggota kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya. Biasanya tahap ini adalah tahap yang paling banyak memerlukan waktu. Walaupun semua siswa diberi batasan waktu pengerjaan, tetapi jumlah dari seri yang mereka perlukan untuk menyelesaikan investigasi mereka tidak dapat dipastikan jumlahnya. Guru harus mengupayakan sebagai cara untuk memungkinkan sebuah proyek kelompok berjalan tanpa terganggu sampai investigasinya selesai, atau paling tidak sampai sebagian besar pekerjaan tersebut selesai. 4. Menyiapkan laporan akhir Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasinya kedepan seluruh kelas. Ini terutama merupakan sebuah tahap pengaturan, tetapi seperti pada tahap 1 juga memerlukan semacam kegiatan-kegiatan intelektual yang mengabstraksikan gagasan utama dari proyek kelompok, mengintegraswikan semua bagiannya menjadi satu keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi yang bersifat instruktif sekaligus menarik. 5. Penyajian hasil akhir/presentasi Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling

16 terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. 6. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. C. Kemampuan kerjasama Keterampilan bekerjasama merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua perilaku yang ada di masyarakat menunjukkan adanya kerjasama dari semua lapisan masyarakat,tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, laki-laki dan perempuan, serta golongan. Ketrampilan kerjasama akan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat,apabila semenjak usia dini siswa sudah mulai dilatih melalui proses belajar di sekolah (Apriono 2011: 159) Keterampilan kerjasama haruslah difasilitasi oleh guru, seperti yang dijelaskan oleh Holubec (dalam Apriono 2011: 160), menyatakan bahwa sama seperti seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis, keterampilan kerjasama juga harus diberikan kepada siswa, karena tindakan ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial di masyarakat. Bordessa (dalam Apriono 2011: 160) juga menyatakan pentingnya seseorang siswa

17 memiliki keterampilan kerjasama, dengan mengatakan bahwa siswa benarbenar harus belajar untuk bekerjasama menuju satu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa tidak ada satu orangpun yang memiliki semua jawaban yang tepat, kecuali dengan bekerjasama. Menurut Lundgren (dalam Widodo 2007: 16) yang dimaksud dengan keterampilan kooperatif atau keterampilan kerjasama adalah keterampilan yang berkaitan dengan orang lain untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Sedangkan menurut Landsberger (2009:1) kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) yang anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok (tim), yang Anda butuhkan kemudian di dalam kehidupan. Kerja sama/belajar bersama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, Anda: Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaaan, wawasan, dan pemecahan Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka.

18 Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab pada Anda Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada Anda. Adapun indikator keterampilan kooperatif atau kerjasama tersebut menurut (Lundgren dalam Widodo 2007:16) antara lain sebagai berikut 1. Keterampilan Kooperatif tingkat awal, meliputi : a. Menggunakan kesempatan b. Menggunakan kontribusi c. Mengambil giliran dan berbagi tugas d. Berada dalam kelompok e. Berada dalam tugas f. Mendorong partisipasi g. Mengundang orang lain untuk berbicara h. Menyelesaikan tugas pada waktunya i. Menghormati perbedaan individu 2. Keterampilan Kooperatif tingkat menengah, meliputi : a. Menunjukkan penghargaan dan simpati b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima c. Mendengarkan dengan aktif d. Bertanya e. Membuat ringkasan f. Menafsirkan g. Mengatur dan mengorganisir

19 h. Menerima tanggung jawab i. Mengurangi ketegangan 3. Keterampilan Kooperatif tingkat mahir, meliputi : a. Mengelaborasi b. Memeriksa dengan cermat c. Menanyakan kebenaran d. Menetapkan tujuan e. Berkompromi.