BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan dalam rangka menunjang upaya-upaya masyarakat agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Negara Indonesia adalah negara hukum,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

2015, No Pemberhentian Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara berdasarkan atas hukum yang menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. 5 Kebenaran dan keadilan dibutuhkan masyarakat Indonesia dalam segala bidang kehidupan dalam rangka menunjang upaya-upaya masyarakat agar dapat hidup layak serta sebagai upaya mempertahankan hidup dalam kehidupan bermasyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, maupun hukum. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap manusia dan badan hukum dalam aktivitasnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya akan saling berhubungan dengan manusia atau badan hukum lainnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Dalam hubungan hukum ini sangat diperlukan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dalam segala bidang, khususnya yang melibatkan perbuatan hukum antara manusia atau badan hukum baik sesama manusia atau badan hukum Indonesia maupun dengan pihak asing. Segala hal yang dilakukan oleh setiap individu yang merupakan bagian dalam suatu tatanan masyarakat sosial tidak akan terlepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab. Siapa dan di mana saja keberadaannya baik yang akan, sedang maupun yang telah dilakukan, baik yang sengaja atau tidak sengaja tidak lepas dari suatu tanggung jawab. 5 UU Nomor 30 Tahun 2004 bagian Menimbang huruf a

Menurut R. Wijono Prodjodikiro sebagaimana disebutkan Nico bahwa pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada arti apabila orang yang melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh hukum dan sebagian besar dari perbuatan-perbuatan seperti ini merupakan suatu perbuatan yang di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dinamakan dengan perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad) 6. Onrechtmatige daad atau perbuatan melanggar hukum diatur dalam KUHPerdata Buku III Bab III tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undangundang. Salah satu upaya pemerintah memberikan jaminan kepastian hukum adalah dengan menjamin kepastian dan memberi perlindungan hukum terhadap alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang diselenggarakan oleh jabatan tertentu. Jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat adalah Notaris. Pelaksanaan pemberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada masyarakat salah satunya adalah dalam perjanjian. Secara formil perjanjian dimaksud yang disebut juga dengan kontrak dituangkan dalam klausula yang disepakati bersama dan dibuat oleh dan dihadapan notaris yang ditunjuk bersama oleh para pihak. Berkaitan dengan perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak dapat dipahami bahwa keberadaan profesi notaris merupakan profesi yang sangat 6 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Yogyakarta: Center for Documentation and Studies of Business Law, 2003, hlm. 84

penting dan dibutuhkan dalam masyarakat, dengan melihat tugas pokok dari notaris adalah sebagai pembuat alat bukti tertulis mengenai akta-akta otentik. Notaris adalah pejabat umum yang menjalankan profesi hukum dan karena itu dalam diri notaris melekat profesionalisme yang memadai dan integritas moral yang baik. Setiap orang yang telah diangkat menjadi notaris dan telah mengucapkan sumpah jabatannya, telah memiliki profesionalitas dan integritas moral dan hal itu dibuktikan dengan syarat-syarat pengangkatan sebagai notaris. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) No 2 Tahun 2014 menyebutkan bahwa: Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Lebih lanjut lagi ditegaskan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN No 2 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa: Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketentuan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, menyimpan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau oleh orang lain yang ditetapkan undang-undang. Notaris bertugas untuk membuat akta otentik juga memberikan nasihat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai akta yang dibuatnya. Sehubungan dengan itu, Pasal 16 huruf (e) menegaskan bahwa notaris berkewajiban memberikan pelayanan sesuai

dengan ketentuan dalam undang-undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya. Hal ini mengandung arti bahwa seorang notaris tidak boleh menolak untuk memberikan bantuannya apabila hal itu diminta kepadanya oleh yang berkepentingan kecuali dalam hal terdapat alasan yang berdasar untuk itu. Mengenai pekerjaan notaris, A. G. Lubbers dalam buku yang ditulis oleh Tan Thong Kie menyatakan bahwa: a. Autentik berarti bahwa keaslian dan ketepatan tulisan itu pasti b. Seorang notaris tidak hanya menangani ketentuan-ketentuan yang termuat dalam jabatan notaris (cara membuat akta), ia juga menangani keseluruhan hukum perdata. c. Seorang notaris harus mendengar lebih lama dan memberi nasehat sependek dan seringkas mungkin. Sebagaimana telah diketahui, para notaris diangkat oleh penguasa untuk kepentingan masyarakat. Wewenang dari para notaris diberikan oleh undang-undang untuk kepentingan masyarakat umum dan bukan kepentingan notaris itu sendiri. Oleh karena itu, kewajiban notaris adalah kewajiban jabatan. 7 Notaris dalam melakukan pekerjaannya memerlukan pengawasan agar perbuatan notaris selalu sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang mendasarinya dan agar terhindar dari penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan. Majelis Pengawasan Notaris diatur dalam pasal 67 Undang-Undang Jabatan Notaris juncto Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004. Unsur pemerintah sebagai 7 Tan Khong Kie, Buku I, Study Notariat Serba-Serbi Praktek Notaris, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2000, hal. 175

pengawas diusulkan oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum, unsur notaris diusulkan oleh Pengurus Ikatan Notaris Indonesia (INI) dan unsur ahli/ akademisi diusulkan oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas yang menyelenggarakan Program Magister Kenotariatan. Majelis pengawas bertujuan agar para notaris dalam menjalankan profesinya tidak mengabaikan tugas jabatannya, tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, tidak melanggar sumpah jabatan dan tidak melanggar norma kode etik profesinya serta memberikan penindakan atas pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh notaris. Ketika disumpah atau mengucapkan janji sebagai notaris, dengan lantang notaris mengucapkan sumpah dan janji tersebut. Setelah selesai disumpah/ mengucapkan janji artinya notaris telah dipercaya mengemban amanat untuk menjalankan tugas sebagai notaris. Sebenarnya tanpa disadari, sumpah atau janji yang diucapkan mengandung makna yang sangat dalam. Sumpah atau janji tersebut harus dijalankan dan mengikat selama menjalankan tugas sebagai notaris. Umumnya, setelah mengucapkan sumpah dan menjalankan tugas jabatan seharihari, kita lupa dengan isi sumpah dan jani yang pernah kita ucapkan, seakan-akan sumpah atau janji tersebut hanya merupakan dekorasi bibir saja atau hanya untuk memenuhi persyaratan formal untuk memulai tugas jabatan sebagai Notaris. 8 Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 UUJN No 2 Tahun 2014, sebelum seorang notaris melaksanakan jabatannya terlebih dahulu wajib mengucapkan sumpah/ 8 M. Ardhani Kewajiban Ingkar Notaris dalam UUJN http://dani-justice.blogspot.com

janji menurut agamanya di hadapan menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sumpah tersebut tercantum dalam pasal 4 yakni: Saya bersumpah/ berjanji: Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris serta peraturan perundangundangan lainnya. Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak. Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan Kode Etik Profesi, kehormatan martabat, dan tanggung jawab saya sebagai notaris. Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya. Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung, dengan nama atau dalih apapun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun. Sumpah atau janji tersebut mengandung dua hal yang harus dipahami yaitu, (1) secara Vertikal kita wajib bertanggung jawab kepada Tuhan, karena sumpah atau janji yang diucapkan berdasarkan agama masing-masing, dengan demikian artinya segala sesuatu yang dilakukan oleh notaris akan diminta pertanggungjawabannya dalam bentuk yang dikehendaki Tuhan; (2) secara Horizontal kepada negara dan masyarakat, artinya negara telah memberikan kepercayaan kepada notaris untuk menjalankan sebagian tugas negara dalam bidang Hukum Perdata, yaitu dalam pembuatan alat bukti berupa akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, dan kepada masyarakat yang telah percaya bahwa notaris mampu memformulasikan kehendaknya ke dalam bentuk akta notaris, dan percaya bahwa notaris mampu menyimpan (merahasiakan) segala keterangan atau ucapan yang diberikan di hadapan notaris. 9 9 Ardani. M., op.cit.

Secara umum notaris wajib merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pembuatan akta notaris, kecuali diperintahkan oleh undangundang bahwa notaris tidak wajib merahasiakan dan memberikan keterangan yang diperlukan yang berkaitan dengan akta tersebut. Dengan demikian batasannya hanya undang-undang saja yang dapat memerintahkan notaris untuk membuka rahasia isi akta dan keterangan/ pernyataan yang diketahui notaris yang berkaitan dengan pembuatan akta yang dimaksud. Ketentuan tentang perlindungan hukum terhadap notaris dari merahasiakan isi akta akhirnya ditinjau kembali. Hal ini terkait dengan ketentuan mengenai keharusan notaris mendapat izin dari majelis kehormatan dalam proses pemanggilan diperadilan. Dengan adanya putusan Mahkaham Konstitusi tentang pembatalan terhadap Pasal 66 ayat (1) UUJN No 2 Tahun 2014, maka penegak hukum dapat meminta keterangan terhadap notaris secara langsung tanpa persetujuan dari pengawas daerah terlebih dahulu. Sementara itu, dalam kedudukan sebagai saksi (perkara perdata) notaris dapat minta dibebaskan dari kewajibannya untuk memberikan kesaksian, karena jabatannya menurut undang-undang diwajibkan untuk merahasiakannya (Pasal 1909 ayat (3) KUHP). Dalam KUHPerdata diwajibkan setiap orang yang cakap menjadi saksi, untuk memberikan kesaksian di muka pengadilan 10. Ketentuan ini tidak berlaku 10 R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.

terhadap mereka yang berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan diperbolehkan untuk tidak berbicara atau memberikan kesaksian Hak diam merupakan pengecualian terhadap ketentuan umum yang disebut tadi, yakni bahwa setiap orang yang dipanggil sebagai saksi wajib memberikan kesaksian. Hak diam dimungkinkan oleh Pasal 170 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mereka yang karena pekerjaan, harkat, martabat, atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia dapat diminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepadanya. Hak diam notaris diberikan kepadanya oleh undang-undang tidak hanya merupakan hak (verschoningscrecht), akan tetapi merupakan suatu kewajiban (verschoningsplicht) sehingga notaris wajib untuk tidak berbicara, sekalipun di muka pengadilan. Hak diam diatur oleh undang-undang dengan tujuan untuk melindungi rahasia klien/ masyarakat dari pengetahuan umum, selanjutnya dipergunakan oleh notaris yang dipanggil menjadi saksi atau saksi ahli untuk menolak memberikan keterangan atas dasar hak diam yang mengakibatkan kesulitan hakim dalam merekonstruksi peristiwa hukum dan pemutusan perkara. Notaris pun dapat menggunakan hak diamnya untuk kepentingan pribadi melalui cara berkolusi dengan klien yang mengakibatkan apabila muncul sengketa di pengadilan, notaris yang bersangkutan dapat bebas dari jerat hukum atas dasar hak diam, namun tidak demikian halnya dengan klien atau pihak lainnya yang mengalami kerugian akibat kolusi notaris dan klien.

Bagi pihak-pihak tertentu apakah itu oleh karena disengaja atau karena tidak mengetahui adanya peraturan perundang-undangan mengenai itu, seolaholah dianggap tidak ada rahasia jabatan notaris, demikian juga dengan hak diam notaris. Tidak ada alasan apapun juga bagi notaris untuk tidak menetapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan jabatannya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Ini mengandung arti bahwa segala perbuatan dan tindakan yang dibuat dalam rangka pembuatan akta otentik harus senantiasa berdasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Notaris memerlukan hak diam ini untuk melindungi kepentingan klien dan notaris bersangkutan, sehingga kepentingan klien dan notaris tidak dirugikan dengan digunakannya hak diam oleh notaris. Dalam praktiknya, sering terjadi perlakuan-perlakuan yang kurang wajar terhadap para notaris dalam hubungannya dengan hak diam ini. Apabila seorang notaris dipanggil untuk dimintai keterangannya atau dipanggil sebagai saksi dalam hubungannya dengan suatu perjanjian yang dibuat dengan akta di hadapan notaris yang bersangkutan. Bagi pihak tertentu, baik disengaja atau karena tidak mengetahui adanya peraturan mengenai itu, seolah-olah dianggap tidak ada rahasia jabatan notaris, demikian juga tidak ada hak diam dari notaris. Di sisi lain, notaris sendiri ada yang kurang atau tidak memahami tentang hak diam ini dan baru kemudian setelah mengetahuinya dan mempergunakannya di dalam persidangan, setelah ia sebelumnya memberikan keterangan di hadapan jaksa penuntut umum, hal mana selain merupakan pelanggaran terhadap sumpah

rahasia jabatan notaris juga dapat menimbulkan kesan bahwa para notaris tidak ada hak diam. Kewajiban ingkar tersebut merupakan instrumen yang sangat penting yang diberikan oleh UUJN kepada notaris, tapi ternyata dalam praktik, kewajiban tersebut tidak banyak dilakukan oleh para notaris, bahkan kebanyakan para notaris ketika diperiksa majelis pengawas atau dalam pemeriksaan oleh penyidik atau dalam persidangan lebih suka buka mulut untuk menceritakan dan mengungkapkan semua hal yang berkaitan dengan akta yang dibuat oleh atau di hadapan notaris, sehingga jabatan notaris sebagai suatu jabatan kepercayaan telah dicederai oleh para notaris sendiri. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui penerapan hak diam yang berlaku bagi notaris agar dapat melindungi kepentingan semua pihak, baik notaris, hakim pengadilan, dan masyarakat pengguna jasa notaris terutama setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Atas dasar tersebut, penulis berkeinginan untuk menyususn tesis tentang pelaksanaan hak diam berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dengan judul: PENGGUNAAN HAK DIAM DALAMA PEMERIKSAAN ATAS AKTA YANG DIBUAT NOTARIS B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam peneliti ini yaitu: 1. Bagaimanakah pelaksanaan Hak Diam Notaris berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris? 2. Bagaimana akibat hukum bagi notaris dalam menggunakan hak diamnya di depan pengadilan? 3. Apakah notaris dapat menggunakan Hak Ingkarnya terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh undang-undang dan apakah sanksinya? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui pelaksanaan Hak Diam Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. 2. Mengetahui akibat hukum bagi notaris secara dalam menggunakan hak diamnya di depan pengadilan. 3. Mendapatkan informasi tentang penggunaan hak ingkar notaris terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh undang-undang dan sanksinya. D. Manfaat Penelitian

Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbang saran dalam ilmu pengetahuan berupa teori perkembangan ilmu hukum dalam hal ini yang berkaitan dengan masalah Hak Diam Notaris. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai jabatan kepercayaan khususnya mengenai hak diam yang dimiliki oleh notaris. E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian dapat diartikan bahwa masalah yang dipilih belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya atau harus dinyatakan dengan tegas bedanya dengan peneliti sebelumnya yang sudah pernah dilakukan 11. Dalam penelusuran yang dilakukan oleh penulis yang salah satunya di Fakultas Hukum UGM ditemukan beberapa yang memiliki hubungan terhadap tesis yang disusun penulis, diantaranya: 1. Tesis Magister Kenotariatan Penyalahgunaan Hak Ingkar Notaris dalam Penyidikan Perkara Pidana oleh Arie Syahrur (2011). Fokus penelitiannya mengenai penyalahgunaan hak ingkar dalam penyidikan perkara pidana dan tindakan terhadap penyalahgunaan hak ingkar. Kesimpulan dari peneliti ini adalah bahwa pihak penyidik kepolisian hlm. 18 11 Maria S. W. Suwardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian : Gramedia Jakarta

mengerti mengenai adanya mekanisme yang diatur secara khusus mengenai pemanggilan seorang notaris sebagai saksi dan adanya kurangnya koordinasi dengan pihak majelis pengawasan daerah. Persamaan penelitian Ari Syahrur dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang hak ingkar seorang notaris. Perbedaan penelitian Ari Syahrur dengan penelitian ini yaitu ruang lingkup penelitiannya, di mana penelitian Ari Syahrur meneliti ruang lingkup yang lebih spesifik yaitu penyalahgunaan hak ingkar dalam penyelidikan perkara pidana sedangkan penelitian ini membahas tentang ketentuan hak ingkar serta akibat hukum dari pembuatan akta dan pertanggungjawaban di persidangan. 12 2. Tesis Magister Kenotariatan Penggunaan Hak Ingkar Notaris Terhadap Adanya Gugatan Atas Akta yang Dibuatnya oleh Teguh Hendrawan (2009). Fokus penelitiannya adalah penggunaan hak ingkar notaris dalam kapasitasnya sebagai tergugat atas akta yang dibuatnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan hak ingkar oleh notaris dalam kapasitasnya sebagai tergugat dalam praktiknya hanya berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris. Hak ingkar yang hanya didasarkan pada UUJN tersebut dapat diterobos oleh adanya pertentangan kepentingan notaris sebagai tergugat dengan pihak penggugat. Hak ingkar tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat notaris dikarenakan dalam perkara perdata notaris tunduk pada KUHPerdata, sedangkan notaris sebagai tergugat 12 Arie Syahrur, Penyalahgunaan Hak Ingkar Notaris dalam Penyidikan Perkara Pidana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011

harus membela dan melindungi kepentingannya. Sementara itu, penggugat telah merugikan notaris sebagai pejabat publik, dan pokok gugatan disebabkan akta notaris akta notaris maka notaris berhak membela akta yang dibuatnya telah memenuhi aspek lahiriah, formil, dan materil yang sesuai dengan UU No. 30 Tahun 2004. Persamaan penelitian Teguh Hendrawan dengan penelitian ini yaitu sama sama meneliti hak ingkar. Namun perbedaannya, penelitian Teguh Hendrawan meneliti secara spesifik tentang hak ingkar notaris di dalam persidangan, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis lebih luas lagi menyangkut akibat hukum serta menjawab keabsahan dari penggunaan hak ingkar. 13 3. Tesis Magister Kenotariatan Peran Notaris Sebagai Saksi dalam Proses Peradilan yang Berkaitan dengan Sumpah Jabatan Notaris oleh Sri Hasnawati (2004). Fokus permasalahannya adalah bagaimana peran notaris sebagai saksi dalam proses peradilan serta kaitanya dengan sumpah jabatan notaris. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dengan adanya sumpah jabatan notaris yang di dalamnya terkandung rahasia jabatan mengharuskan notaris untuk tidak memberi keterangan apapun mengenai akta termasuk sebagai saksi. Di sisi lain, mengenai ketentuan rahasia jabatan dan hak ingkar ini diterobos dengan adanya kepentingan negara yang lebih tinggi dan besar adanya ekseptional sehingga notaris dapat berperan sebagai saksi dalam proses peradilan. Penelitian Sri Hasnawati 13 Teguh Hendrawan, Penggunaan Hak Ingkar Notaris Terhadap Adanya Gugatan Atas Akta yang Dibuatnya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009

sama-sama meneliti tentang notaris dalam kapasitasnya sebagai pembuat akta, sedangkan perbedaanya yaitu pada kajian tentang hak ingkar yang dimiliki oleh notaris. 14 Berdasarkan beberapa penelitian tersebut di atas, bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam tesis ini belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, maka dapat dinyatakan bahwa tesis ini adalah original atau asli. Namun demikian, ada persamaan dan perbedaan pada beberapa hal dengan tesis yang ditulis oleh peneliti. Persamaan yaitu menyangkut kajian tentang hak diam/ingkar notariss. Sedangkan perbedaannya adalah pada waktu dan fokus yang diteliti. Dimana adalam penelitian ini, penelitian terhadap hak ingkar dielaborasi dengan putusan mahkamah konstitusi terkait dengan hasil uji materi terhadap Pasal 66 ayat (1) UUJN No 2 Tahun 2014. 14 Sri Hasnawati, Peran Notaris Sebagai Saksi dalam Proses Peradilan yang Berkaitan dengan Sumpah Jabatan Notaris Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2004.