STRUKTUR INTRINSIK LEGENDA KONTU KOWUNA PADA MASYARAKAT MUNA Oleh Hermin (Ketua) Sance A. Lamusu (Anggota 1) Muslimin (Anggota 2) Universitas Negeri Gorontalo Program Studi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia No. Hp. 085241583365 Email: hermin209@ymail.com Abstrak Struktur Intrinsik Legenda Kontu Kowuna Pada Masyarakat Muna. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah penokohan dalam legenda kontu kowuna pada masyarakat Muna?, (2) bagaimanakah tema cerita dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna? (3) bagaimanakah hubungan tokoh dengan tema dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna? (4) bagaimanakah hubungan tokoh dengan plot dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan menggunakan pendekatan struktural. Data dalam penelitian ini berupa kutipan cerita yang mengandung unsur tema, plot, tokoh dan penokohan yang bersumber dari dalam cerita legenda Kontu Kowuna. Dalam teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan yaitu mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menganalisis, penarikan simpulan, dan disajikan. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah: (1) penokohan dalam legenda Kontu Kowuna dapat dipahami dengan perwatakan atau karakter, tindakan, dan tingkah laku, (2) tema yang terdapat legenda Kontu Kowuna bervariasi, (3), hubungan tokoh dengan tema memiliki hubungan yang erat. Karena tema hadir untuk menggambarkan makna sebuah cerita sedangkan tokoh sebagai pelaku cerita untuk menyampaikan tema cerita, (4) hubungan tokoh dengan plot memiliki hubungan yang erat. Dalam cerita legenda Kontu Kowuna menggunakan plot lurus karena peristiwa-peristiwa yang dikisahkan kronologis, secara runtut. Kata Kunci : Struktur Intrinsik, Legenda Kontu Kowuna, Masyarakat Muna ------------------ ¹Hermin, SebagaiPeneliti di Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna ²Sance A. Lamusu, ³Muslimin, Sebagai Dosen Tetap di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.
Pendahuluan Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah yang ada di Sulawesi Tenggara yang memiliki ragam sastra lisan yang diklasifikasikan menjadi lima bagian, yakni: pertama, legenda merupakan salah satu cerita rakyat yang dianggap sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi dan dapat dipercaya oleh masyarakat pemiliknya misalnya legenda Kontu Kowuna milik masyarakat Muna. Kedua, dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Ketiga, kantola merupakan sastra lisan daerah Muna Sulawesi Tenggara yang berbentuk prosa liris dan jumlah baris lirikliriknya tidak terbatas, tergantung pada ketuntasan penyampaian makna. Keempat, gambusu merupakan nyanyian tradisional Muna yang diiringi dengan irama dan kesenian ini dinyanyikan saling berbalasan antara laki-laki dan perempuan, sementara lagu yang dinyanyikan biasanya dapat mewakili perasaan cinta, sindiran, berupa nasehat, pengalaman hidup, dan lain-lain. Kelima, mantra merupakan perkataan atau ucapan yang mendatangkan daya gaib, susunan kata yang berunsur puisi (rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib. Khususnya, di kecamatan Tongkuno terdapat ragam sastra legenda. Legenda merupakan salah satu karya sastra yang bersifat imajinatif yang menggambarkan permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Permasalahan tersebut ada yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Gambaran permasalahan dalam legenda yang bersifat positif dapat dilihat pada perilaku tokoh yang awalnya tidak baik namun pada akhirnya menemukan
hidayah untuk menjadi baik. Contohnya tokoh Sawergading pada awalnya menjadi anak yang durhaka dan pada akhirnya menjadi anak penurut. Hal ini menjadi teladan bagi pembaca untuk mengintropeksi diri. Selain itu, legenda bersifat negatif yang dapat dilihat dari tokoh Tandriabe yang hamil di luar nikah. Ini dapat memberikan gambaran kehidupan sosial yang tidak baik dalam masyarakat dan melanggar hukum Allah Swt. Legenda memiliki unsur pembangun cerita yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri atas tema, plot, latar, amanat, tokoh dan penokohan. Unsur ekstrinsik terdiri atas aspek pendidikan, agama, ekonomi, dan sosial budaya. Hal tersebut telah dikatakan oleh Wellek dan Warren (dalam Tuloli, 2000:8) bahwa unsur-unsur intrinsik dimasukkan pada bagian bentuk dan isi karya sastra. Unsur-unsur intrinsik itu adalah tokoh dan penokohan, latar, alur, amanat, dan tema sedangkan struktur luar unsur karya sastra mempuyai unsurunsur ekstrinsik yakni, melihat hubungan konteks sosial, ekonomi, politik dan agama. Penelitian ini lebih dititikberatkan pada unsur intrinsik, yakni tokoh dan penokohan dalam legenda Kontu Kowuna. Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Tokoh adalah pelaku cerita yang menggerakan jalannya suatu cerita. ------------------ 4Nani Tuloli, Kajian Sastra, (Gorontalo : Nurul Jannah, 2000) Hal.8.
Hal ini senada dengan pendapat Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:165) menyatakan bahwa tokoh cerita dapat diartikan sebagai orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan ataupun yang diekspresikan melalui tindakan para tokoh tersebut. Penokohan adalah penampilan keseluruhan ciri atau watak seorang tokoh cerita melalui percakapan (dialog) dan perbuatan (action). Adapun cara menyajikan watak tokoh, yaitu melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis, melalui ucapan-ucapannya, penggambaran fisik tokoh, pikiran-pikirannya, dan penerangan langsung, dengan demikian, penokohan lebih luas pengertiannya sebab mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Senada dengan pendapat Waluyo (dalam Tuloli, 2000:12) bahwa Penokohan adalah cara menampilkan tokohtokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita lain, watak, tokoh-tokoh, dan bagaimana menggambarkan watak tokoh-tokoh itu. ------------------ 4Nani Tuloli, Teori Fiksi, (Gorontalo: Nurul Jannah, 2000) Hal.12. 5Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta : Gadjah Mada Universty Press, 2010) Hal. 165.
Tokoh dan penokohan lebih identik dengan karakter. Tokoh menunjuk pelaku cerita dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh. Karakter merupakan sifat atau watak yang membedakan masing-masing tokoh dalam cerita. Khususnya tokoh dalam novel, cerpen dan legenda. Menurut Hutomo (1991:64) bahwa legenda adalah cerita-cerita yang oleh masyarakat yang mempunyai ceritacerita tersebut dianggap sebagai peristiwa- peristiwa sejarah. Itulah sebabnya bahwa ada orang yang mengatakan legenda adalah sejarah rakyat. Legenda Kontu Kowuna merupakan salah satu jenis sastra lisan yang dimiliki oleh masyarakat Muna. Cerita Kontu Kowuna banyak melahirkan pertentangan antar tokoh di dalamnya. Hal dapat tergambarkan dalam tokoh utama yang selalu menantang keinginan orang tuanya. Tetapi di situlah musibah datang menghampiri para tokoh. Banyak perubahan yang mendasar pada perwatakan tokoh. Hal itu juga tidak jauh dari adanya hubungan intrinsik dengan perwatakan tokoh yakni di antaranya penghadiran alur cerita yang secara tidak langsung dalam perwatakan tokoh. Selain itu, permasalahan yang ada dalam legenda Kontu Kowuna yakni, berupa permasalahan kehidupan sosial para tokoh. Peranan tokoh dalam legenda Kontu Kowuna disesuaikan dengan pengkarakterisasian terhadap tokoh. Tokoh yang menampilkan hal-hal yang tidak sesuai dengan pandangan dan harapan para pembaca dan tokoh yang sering kali ditampilkan sebagai tokoh yang bertentangan. ------------------ 6 Sadi Suripan Hutomo, Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. (Surabaya: HISKI Jatim, 1991), hal. 64.
Dari sekian permasalahan yang dihadirkan dalam legenda Kontu Kowuna, maka pembaca diharapkan dapat melihat perwatakan atau karakter tokoh, bukan hanya dari sisi negatifnya melainkan memaknainya dari sisi positif pula, sehingga hal tersebut bisa dijadikan inspirasi, motivasi, dan bisa dijadikan sebagai pelajaran hidup. Pengkajian tentang legenda masih minim terutama yang terkait dengan perwatakan tokoh, sehingga dengan adanya persoalan ini, maka muncul suatu ketertarikan untuk meneliti struktur intrinsik legenda Kontu Kowuna yang mencakup tokoh dan penokohan. Berdasarkan uraian di atas, struktur intrinsik legenda Kontu Kowuna sangat penting untuk diteliti. Hal itu dilakukan untuk mengetahui penokohan, tema, plot dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna. Olehnya itu penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan penokohan dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna, (2) Mendeskripsikan tema cerita dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna, (3) Mendeskripsikan hubungan tokoh dengan tema dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna, (4) Mendeskripsikan hubungan tokoh dengan plot dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan tema, plot, tokoh dan penokohan dalam legenda. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan apa adanya objek yang diteliti dengan menggunakan pendekatan struktural oleh Endraswara (2013:52)
------------------ 7Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra. (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), Hal.52. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Setelah melakukan analisis data, dalam menemukan struktur intrinsik legenda Kontu Kowuna pada masyarakat, diperoleh hasil sebagai berikut, (1) penokohan dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna, (2) tema cerita dalam legenda Kontu Kowuna, (3) hubungan tokoh dengan tema cerita dalam legenda Kontu Kowuna, (4) hubungan tokoh dengan plot dalam legenda Kontu Kowuna pada masyarakat Muna Dalam memahami penokohan cerita rakyat Kontu Kowuna tak lepas dari tokoh, perwatakan, dan penempatan dan pelukisan tokoh dalam sebuah cerita. Masalah hidup dan kehidupan yang dihadapi dan dialami manusia sangat kompleks, walaupun permasalahan dihadapi manusia tidak sama, ada kehidupan tertentu yang bersifat universal. Legenda Kontu Kowuna mempunyai versi cerita yang berbeda-beda. Olehnya itu, memiliki tema yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010:67) bahwa tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Dalam cerita legenda Kontu Kowuna menggunakan plot lurus karena peristiwa-peristiwa yang dikisahkan kronologis, secara runtut cerita dimulai dari tahap (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks) dan akhir (penyelesaian). Tokoh dan plot merupakan dua fakta cerita yang mempengaruhi dan menggantungkan satu dengan yang lain. Plot adalah apa yang dilakukan tokoh
dan apa yang menimpahnya. Adanya kejadian demi kejadian, ketegangan konflik dan sampai ke klimaks. Berdasarkan uraian penokohan di atas, dapat diketahui bahwa plot dapat diketahui dari perjalanan cara kehidupan tokoh baik dalam cara berpikir dan berperasaan, bersikap, berperilaku maupun bertindak. Pembahasan Penokohan dalam legenda Kontu Kowuna dapat dipahami dengan perwatakan atau karakter, tindakan, dan tingkah laku. Legenda Kontu Kowuna diperankan oleh Sawergading sebagai tokoh utama, Lakina Luwu sebagai raja, Abe sebagai ratu, Tandriabe sebagai putri raja. Peran tokoh dalam legenda Kontu Kowuna bervariasi baik tokoh yang bertindak sebagai tokoh antagonis maupun protagonis. Selain itu, tokoh memilih barbagai macam sifat dan karakter yang dimunculkan baik dalam bersikap, berperilaku maupun bertindak sesuai dengan peran masing-masing. Tema yang terdapat legenda Kontu Kowuna bervariasi, yakni: pertama, kedurhakaan seorang anak terhadap orangtunya artinya, cerita menggambarkan kehidupan seorang anak muda yang hidup berfoya-foya yang tak mau peduli dengan orang lain. Pada hal sebagai manusia membutuhkan orang lain untuk bisa hidup bersosial terutama pengabdian terhadap kelurga. Hal tersebut sangat menentukan keberhasilan seseorang untuk bisa menjalani hidup dengan baik. Namun sebaliknya cerita legenda Kontu Kowuna hanya mementingkan diri sendiri dari pada orang lain Tokoh dalam karya sastra sangat memiliki peran yang sangat penting untuk membangun unsur cerita. Hal itu dapat dipahami dari tokoh utama yang memiliki
kehidupan yang awalnya bahagia namun pada akhirnya meninggalkan duka yang mendalam yang harus berpisah dengan keluarganya. Kaitannya dengan tema cerita dalam Kontu Kowuna lebih menitikbertkan masalah kehidupan keluarga yang harus meninggalkan satu sama lain karena semua badai masalah yang menghampiri dan akhirnya harus terpisahkan. Persamaan tokoh dan plot cerita merupakan sesuatu yang lumrah. Hal itu dapat dilihat dalam cerita legenda Kontu Kowuna yang menceritakan tentang seorang pemuda yang tidak mematuhi perintah kedua orang tuanya sehingga harus menerima balasannya. Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penokohan dalam legenda Kontu Kowuna dapat dipahami dengan perwatakan atau karakter, tindakan, dan tingkah laku. Legenda Kontu Kowuna diperankan oleh Sawergading sebagai tokoh utama, Lakina Luwu sebagai raja, Abe sebagai ratu, Tandriabe sebagai putri raja. Peran tokoh dalam legenda Kontu Kowuna bervariasi baik tokoh yang bertindak sebagai tokoh antagonis maupun protagonis. Selain itu, tokoh memilih barbagai macam sifat dan karakter yang dimunculkan baik dalam bersikap, berperilaku maupun bertindak sesuai dengan peran masing-masing. Tema yang terdapat legenda Kontu Kowuna bervariasi, yakni: pertama, kedurhakaan seorang anak terhadap orangtunya. Kedua, kurangnya perhatian
orangtua terhadap anaknya. Olehnya itu, tema secara umum dalam cerita legenda Kontu Kowuna, yakni masalah kehidupan sosial keluaga. Hubungan tokoh dengan tema memiliki hubungan yang erat. Karena tema hadir untuk menggambarkan makna sebuah cerita. Sedangkan tokoh sebagai pelaku cerita untuk menyampaikan tema cerita. Hal itu dapat dipahami dengan adanya tokoh utama Sawergading yang selalu menentang keinginan orang tuanya sehingga timbul kemarahannya dan akhirnya bencana yang menimpanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya sebagai pelaku utama maupun tokoh pembantu yaang menyampaikan tema yang ada yang dalam legenda Kontu Kowuna. Hubungan tokoh dengan plot memiliki hubungan yang erat. Dalam cerita legenda Kontu Kowuna menggunakan plot lurus karena peristiwa-peristiwa yang dikisahkan kronologis, secara runtut cerita dimulai dari tahap (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks) dan akhir (penyelesaian). Plot cerita legenda Kontu Kowuna yang dibuktikan dengan adanya perjalanan cara kehidupan tokoh, baik dalam berpikir dan berperasaan, bersikap, berperilaku maupun bertindak. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah ditemukan oleh peneliti di atas, ada beberapa hal yang menjadi saran untuk penelitian selanjutnya, yakni: pertama untuk memperkaya khazanah penelitian, tentunya dibutuhkan sebuah analisis yang mendalam. Hal ini bertujuan agar kita benar-benar memahami apa yang ingin dikaji. Kedua, penelitian terfokus pada pada struktur legenda yang
mencakup peranan tokoh. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam untuk memahami struktur legenda Kontu Kowuna secara keseluruhan. Ketiga, pendekatan struktural sangat cocok untuk mengkajinya dengan unsur-unsur yang lain. Keempat, Penelitian ini dikembangkan dengan dengan aspek ketokohan Sawergading yang berasal dari kabupaten Muna dengan cerita Sawergading yang berasal dari Sulawesi Tengah. Daftar Rujukan Endaswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Media Pressindo. Hutomo, Sadi Suripan. 1991. Mutiara yang Terlupakan : Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya : HISKI Jatim Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo : Nurul Jannah. Tuloli, Nani. 2000. Teori Fiksi. Gorontalo : Nurul Jannah