BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan modal bagi perwujudan kesejahteraan keluarga, terutama dalam perbaikan gizi, karena potensi ibu mempunyai kedudukan srategis dalam perkembangan bayi (Balai Pelatihan Kesehatan, 2000:151). ASI telah dipersiapkan ibu pada waktu hamil, sehingga pada saat bayi lahir dapat diproduksi oleh ibu dan secepatnya dapat disusukan ke bayinya (Suharyono, 1992:101). Dalam teori yang menyatakan bahwa ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi, karena sumber nutrisi yang terdapat dalam ASI digunakan untuk menjamin pertumbuhan tubuh bayi. ASI mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi, baik zat pembangun, zat pengatur dan zat tenaga dengan komposisi ASI yang sesuai untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan dan faal tubuh secara optimal, dan faktor yang vital untuk pencegahan penyakit terutama diare dan infeksi saluran nafas (pneumonia) (Rahayuningsih, 2005). Meskipun ASI eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi, namun saat ini masih banyak ibu yang mempunyai dilema memberikan ASI saja bagi bayinya. Hal ini disebabkan banyaknya faktor faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, apalagi ibu bekerja, padahal pemberian ASI merupakan hak asasi bagi bayi (Anonymus, 2003). Sedangkan beberapa 1
2 penelitian menunjukkan bahwa ibu menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara, dan apabila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sekitar 25 %. Ibu menyusui juga akan terlindung dari penyakit kanker indung telur, hal ini berkurang 20 25 % (Anonymus, 2004). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah memberikan ASI. Tapi jumlah ibu yang menyusui dalam 1 jam pertama, cenderung menurun 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002 (AIMI, 2005). Sedangkan pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2007). Fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya
3 pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui secara ekslusif (Roesli, 2004). Pemberian ASI eksklusif pada bayi umur kurang dari 4 bulan 49,2%. Pemberian ASI eksklusif di daerah perkotaan lebih rendah 44,3% dibandingkan pedesaan 52,9%. Ibu ibu di Jawa Bali lebih rendah memberikan ASI eksklusif dibandingkan di kawasan lainnya yaitu 44% sedangkan di Kawasan Timur Indonesia 60% dan di Sumatera 55% (Surkesnas, 2001). Berdasarkan hasil survei peneliti di Puskesmas Kendal 2, data ibu menyusui ASI eksklusif pada bulan April 2011 diperoleh data dari 18 ibu menyusui dengan ibu bekerja sebanyak 10 orang, bulan Mei sebesar 18 ibu menyusui dengan ibu bekerja sebanyak 9 orang dan bulan Juni sebesar 18 ibu menyusui dengan ibu bekerja sebanyak 11 orang. Proporsi pemberian ASI eksklusif pada bayi kelompok usia 0 bulan 73,1%, 1 bulan 55,5%, 2 bulan 43%, 3 bulan 36% dan kelompok usia 4 bulan 16,7%. Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan pola pemberian ASI sebesar 1,3 kali atau 77,2%. Hal ini memberikan kemungkinan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan sosial ekonomi ibu karena ditemukan data bahwa ibu mempunyai pekerjaan sebagai karyawan. Berdasarkan fenomena diatas dengan disertai data dan fakta empiris yang menunjukkan masih rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena
4 tersebut dengan judul Hubungan karakteristik dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. B. Rumusan Masalah ASI eksklusif merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mengandung semua unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual, tetapi tidak semuanya ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya, karena berbagai macam faktor. Berdasarkan fenomena dalam latar belakang yang disertai data dan fakta maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian Apakah ada hubungan karakteristik dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi usia ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. b. Mengidentifikasi paritas ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal.
5 c. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. d. Mengidentifikasi pekerjaan ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. e. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Posyandu Kendal. f. Menganalisis hubungan karakteristik dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. g. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi yang datang di Puskesmas Kendal. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk: bidang kesehatan yaitu sebagai masukan untuk membuat perencanaan dalam memberikan layanan asuhan keperawatan pada ibu yang menyusui. Institusi pendidikan sebagai bahan masukan mempraktekkan ilmu asuhan keperawatan maternitas dan anak yang sudah di peroleh di bangku kuliah. Dan bagi masyarakat sebagai bahan pengetahuan baru, karena bila yang semula ibu menganggap sama antara ASI dan PASI, tetapi sekarang ibu dapat membedakan manfaat ASI antara lain menambah rasa kasih sayang pada bayinya sedangkan PASI tidak demikian.