A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

و م ن آی ات ھ أ ن خ ل ق ل ك م من أ نف س ك م أ ز و اجا ل ت س ك ن وا إ ل ی ھ ا و ج ع ل ب ی ن ك م مو دة و ر ح م ة إ ن ف ي ذ ل ك لا ی ات ل ق و م

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

PESAN PENDIDIKAN ANAK YANG TERKANDUNG DALAM QUR AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 233

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan

BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010. A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. banyak laki-laki dan perempuan untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

P U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima 1. Informasi adalah

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

ف ض ل ه و ال له و اس ع ع ل ي م BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan disyariatkan oleh agama sejalan dengan hikmah manusia

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

BAB I PENDAHULUAN. cikal bakal terbentuknya masyarakat luas. Keluarga adalah pemberi warna. masing-masing keluarga yang terdapat dalam masyarakat.

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan) untuk mentaati perintah. Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

USAMAH MUHAMMAD ( ) TALAK DALAM PRESPEKTIF SAYYID QUTBH DAN QURAISH SHIHAB BAB I PENDAHULUAN

ISLAM DIN AL-FITRI. INDIKATOR: 1. Mendeskripsikan Islam sebagai agama yang fitri

BAB I PENDAHULUAN. sah, penyerahan diri istri kepada suami, dan memungkinkan untuk terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURABAYA NO. 950/PDT.G/2012/PA.SBY TENTANG PERCERAIAN TANPA ADANYA

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dan perempuan, yaitu melalui ikatan perkawinan. 1 Hal ini sesuai. dengan firman Allah dalam surat Al-Ruum ayat 21:

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

Hukum Mengubah Nazar

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

BAB IV ANALISIS STATUS PENISBATAN ANAK HASIL PERKAWINAN SIRRI MENURUT MASYARAKAT HADIPOLO DITINJAU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

P U T U S A N Nomor : 35/Pdt.G/2013/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir.

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB II PERCERAIAN DALAM HUKUM ISLAM. Sedangkan menurut istilah syara yaitu: 23

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

Prinsip-Prinsip Perkawinan Islam. Musdah Mulia

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

P U T U S A N Nomor 0013/Pdt.G/2014/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

P U T U S A N Nomor 0009/Pdt.G/2015/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam eksistensi lembaga Peradilan Agama saat ini. Salah satu perubahan

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islam adalah agama yang sempurna, membawa risalah tentang kehidupan, rohaniah dan jasmaniah. Risalah rohaniah mengatur kehidupan antara manusia dengan Tuhan-Nya. Sedangkan risalah jasmaniah mengatur kehidupan manusia dengan sesamanya. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang berlaku kepada semua mahluk Allah SWT khususnya manusia. Perkawinan menjadikan pranata bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang melestarikan kehidupannya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peran positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan sebagaimana firman Allah swt di bawah ini : و م ن آ ي ات ه أ ن خ ل ق ل ك م م ن أ ن ف س ك م أ ز و اج ا ل ت س ك ن وا إ ل ي ه ا و ج ع ل ب ي ن ك م م و د ة و ر حم ة إ ن في ذ ل ك لا ي ات ل ق و م ي ت ف ك ر ون (الروم: 21) Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untuk-mu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepada-nya dan dijadikan-nya diantaramu kasih sayang sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Q.S. Ar-Rum : 21) 1 Ayat diatas merupakan suatu petunjuk bagaimana seharusnya suasana pasangan suami istri dalam rumah tangga. Hanya dengan jalinan kasih sayang itulah suatu rumah tangga akan menjadi damai dan lestari. Dengan 1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur an, Al Qur an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2003, hlm.234. 1

2 suasana yang demikian pasangan suami istri akan mampu menunaikan misi perkawinan yaitu untuk melangsungkan keturunan yang baik, menjadikan keturunan yang saleh dan selalu mendoakan kedua orang tuanya. 2 Sehingga seorang anak itu nantinya dapat menjadi kholifah di bumi sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S al-baqroroh ayat 30 و إ ذ ق ال ر ب ك ل ل م لا ي ك ة إ ني ج اع ل في الا ر ض خ ل يف ة ق ال وا أ تج ع ل ف يه ا م ن ي ف س د ف يه ا و ي س ف ك الد م اء و نح ن ن س ب ح بح م د ك و ن ق د س ل ك ق ال إ ني أ ع ل م م ا لا ت ع ل م ون البقرة: 30 Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30). Dari perkawinan inilah timbul hubungan suami istri dan kemudian orang tua dengan anaknya (keturunan) kelanggengan perkawinan menjadi tujuan yang diharapkan suami istri dalam konteks agama Islam adalah sakinah, mawadah, wa rahmah bersama-sama mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya hingga menjadi dewasa dan sholeh sholihah. Syariat Islam menganjurkan bahwa akad pernikahan antara suami istri untuk selama hayat di kandung badan, sekali nikah untuk selama hidup, agar di dalam ikatan pernikahan suami istri bisa hidup bersama menjalin kasih 2 Satria Efendi, M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta: Kencana Primadia Media Group, 2004, hlm.176.

3 sayang untuk mewujudkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup (sakinah), memelihara dan mendidik anak-anak sebagai generasi yang handal. 3 Akan tetapi kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan harmonis, kadang-kadang juga timbul perselisihan antara suami istri yang disebabkan oleh kurangnya kepercayaan antara suami istri sehingga membawa kegoncangan dalam rumah tangga serta berakhir dengan perceraian. Sehingga anaklah yang menjadi korban, setelah terjadi perceraian maka akan timbul persoalan, terlebih lagi mengenai hadhanah (pemeliharaan anak). Dengan adanya perceraian maka anak-anaklah yang akan menjadi korban. Untuk mengatasi hal itu agama mensyariatkan adanya hadhanah yang secara garis besar hadhanah (pemeliharaan anak) adalah mengasuh anak kecil atau anak abnormal yang belum atau tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, yakni dengan memenuhi kebutuhan hidupnya, menjaga dari hal-hal yang membahayakan, memberinya pendidikan fisik maupun psikis, dan mengembangkan kemampuan intelektual agar sanggup memikul tanggung jawabnya sendiri. 4 Akan tetapi ada hubungan timbal balik dari melaksanakan kewajiban yang ditetapkan Allah terhadap si ibu kepada anaknya. Maka si ayah (meskipun telah menceraikannya) berkewajiban untuk memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya kepada istri agar si istri bisa merawat dan memelihara si anak dengan baik. hlm.29. 3 Supriatna, et.al, Fiqh Munakahat II, Yogyakarta: Teras, 2009,hlm.1. 4 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Intermesa, 1993

4 Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 233: و ع ل ى ال م و ل ود ل ه ر ز ق ه ن و ك س و ت ه ن ب ال م ع ر وف لا ت ك ل ف ن ف س إ لا و س ع ه ا لا ت ض ا ر.. و ال د ة ب و ل د ه ا و لا م و ل ود ل ه ب و ل د ه (البقرة : 233) Artinya: Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya (Q.S. Al-Baqarah: 233). 5 Dari ayat di atas dijelaskan bahwa ayah berkewajiban untuk memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf, dengan begitu ibu juga dapat memelihara anaknya dengan baik. Dan ibu yang telah diceraikan itu mempunyai kewajiban terhadap anaknya yang masih menyusu. Allah mewajibkan si ibu untuk menyusui anak selama dua tahun penuh. 6 Dalam pasal 41 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menegaskan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: 1. Baik ibu maupun bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi putusan. 2. Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu. Bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. 5 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur an, Al Qur an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2003, hlm.29. 6 Sayyid Qutb, Tafsir fi Zhilalil Qur an, diterjemahkan oleh As ad Yasin, et.al, Jakarta: Gema Insani, 2006, hlm.301.

5 3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya kehidupan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri. 7 Dalam pasal 156 (d) KHI juga disebutkan bahwa: Semua biaya hadhonah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri (21 tahun). 8 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa nafkah anak (hadhanah) pasca perceraian menjadi tanggung jawab ayah sepanjang anak tersebut belum dewasa atau belum berumur 21 tahun. Dalam skripsi ini penulis akan mengupas dan membahas terbatas tentang gugat rekonpensi atau gugat balik yang ditolak oleh majelis hakim dalam memutuskan nafkah (hadhanah) permasalahan yang timbul adalah dari rujukan surat permohonan cerai talak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak. Peristiwa yang terjadi dalam Surat Gugatan No.619/Pdt.G/2003/PA. Demak antara pihak yang berperkara Sugiyarno bin Sujono sebagai pemohon melawan Evi Nurhidayati binti Nur Hamid sebagai termohon. Perkawinan antara pemohon dan termohon telah berlangsung ± 9 tahun dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Tina Rosiana yang berumur 8 tahun. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya perselisihan adalah karena termohon selalu menuntut lebih dari kemampuan hasil kerja pemohon. Termohon selalu marah-marah dan berani kepada pemohon meskipun pemohon berusaha untuk mengajak damai akan tetapi termohon tetap ingin berpisah, bahkan menurut 7 Supriatna, op. cit., hlm.102. 8 Anggota IKAPI, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2006, hlm.51

6 pengakuan termohon pemohon sudah lepas tanggung jawab secara lahir maupun batin selama ± 6 tahun. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 2003 Pemohon mengajukan permohonan ikrar talak. Dalam gugatan rekonpensi Termohon mengajukan permohonan nafkah anak, nafkah istri, biaya kesehatan, biaya nafkah iddah dan biaya nafkah mut ah akan tetapi majelis hakim menolak permohonan terhadap nafkah anak. Dari permasalahan diatas penulis ingin meneliti dan menganalisis putusan tersebut. Maka penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Putusan NO. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak Tentang Penolakan Majelis Hakim Terhadap Nafkah anak (Hadhanah). B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang Penolakan Majelis Hakim Terhadap Nafkah Anak (Hadhanah)? 2. Bagaimana dasar pertimbangan hakim atas Putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang Penolakan Majelis Hakim Terhadap Nafkah Anak (Hadhanah)?

7 C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana Putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang Penolakan Majelis Hakim terhadap Nafkah Anak (Hadhanah). 2. Untuk mengetahui bagaimana dasar pertimbangan hakim atas putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang Penolakan Majelis Hakim terhadap Nafkah Anak (Hadhanah). D. TELAAH PUSTAKA Untuk mengetahui validitas penelitian, maka dalam telaah pustaka ini penulis akan menguraikan beberapa skripsi yang mempunyai tema sama tetapi perspektif pembahasannya berbeda. Hal ini penting untuk bukti bahwa penelitian ini merupakan penelitian murni, yang jauh dari upaya plagiat. Adapun skripsi tersebut adalah: 1. Pemeliharaan Anak Pasca Perceraian di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak (studi pelaksanaan ketentuan pasal 105 ayat (c) KHI) oleh Shobirin Muktar, lulusan tahun 2006. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa. Pemeliharaan anak setelah terjadi perceraian di Pengadilan Agama Demak hampir semua anak hasil perkawinan yang sah ikut ibu dan semua biaya pemeliharaan yang menanggung adalah ibu sebelum atau sesudah mumayyiz. Terlepas dari semuanya di dalam menentukan hak pemeliharaan anak maupun biaya pemeliharaan ayah diikutsertakan

8 (terlibat) dalam pengambilan keputusan. Menengok Hukum Positif yang ada secara otomatis anak ikut ibu dan biaya pemeliharaan anak menjadi tanggung jawab ayah. 2. Skripsi Problematika Penyelesaian Nafkah Anak di Pengadilan Semarang (studi kasus perkara No. 327/1991/PA. Smg) Karya Muhammad Ahadi, dalam skripsi yang menjadi pokok masalah adalah Putusan Pengadilan Agama atas gugatan dari seorang mantan istri (penggugat) terhadap mantan suaminya (tergugat) karena dianggap tidak bertanggungjawab dalam memberikan nafkah anak hasil pernikahan selama satu tahun setelah perceraian. Hasil analisis dari peneliti menunjukkan bahwa Pengadilan Agama Semarang dalam memutuskan kasus perkara No. 327/1991/PA.Smg., dipandang kurang sempurna karena dalam pertimbangan hukumnya hanya berdasar pada satu pasal (Pasal 41 b No. 1 Tahun 1974 ) sebagai hukum materi, tanpa memperhatikan dan melibatkan dasar hukum lain (UU No. 7 Tahun 1989 Ps. 78 ) sebagai hukum acaranya. Dari beberapa telaah pustaka yang diuraikan diatas, fokus penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini menjelaskan tentang penolakan majelis hakim terhadap nafkah anak. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lebih jauh terhadap putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Dmk tentang Penolakan Majelis Hakim terhadap Nafkah Anak (Hadhanah).

9 E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitan pustaka(library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. 9 Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka karena data pokok yang digunakan adalah putusan Pengadilan Agama Demak No.619/Pdt.G/2003. 2. Sumber Data Sumber data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Data ini diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subyek sebagai sumber informasi yang dicari. 10 Dalam hal ini adalah putusan majelis hakim No. 619/Pdt.G/2003/PA.Dmk. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang berisikan informasi tentang data primer, terutama bahan pustaka dari bidang hukum yang mengikatnya. 11 9 Anggota IKAPI, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004. 10 Syarifudin Azwar, Metode Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001, hlm.91. 11 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normative, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet.8, hlm. 62.

10 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Interview Metode interview yaitu mencakup cara yang digunakan seseorang untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara langsung dengan orang itu. 12 Wawancara ini dilakukan dengan hakim yang menangani perkara tersebut dan para pihak guna mendapatkan sikap dan pendapat mengenai putusan No. 619/Pdt.G/2003/PA.Dmk. b. Metode Dokumentasi Metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang berupa documenter misalnya data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. 13 Dalam hal ini adalah salinan putusan perkara No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak. 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya pencarian data, menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan suatu temuan bagi orang lain. 14 Teknik pengolahan data adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian berdasarkan data-data yang tampak. 12 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Grafindo Utama, 1994. hlm.129. 13 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm.206. 14 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi revisi III, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, cet. VII. Hlm.104.

11 F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Untuk memudahkan penyusunan dalam penelitian skripsi ini, maka penulis akan menyusun sistematika sebagai berikut: Bab I : Dalam bab ini penulis memaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Berisi tentang tinjauan umum tentang nafkah anak (hadhanah). Dalam bab ini menerangkan tentang nafkah anak (hadhanah) yang meliputi pengertian dan dasar hukum hadhonah, sebab-sebab nafkah anak (hadhanah), hak dan kadar nafkah anak (hadhanah), kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang bersifat materiil dan in materiil. Bab III : Membahas tentang putusan pengadilan Agama Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang penolakan majelis hakim terhadap nafkah anak (hadhanah). Dalam bab ini penulis membahas tentang profil PA Demak antara lain sejarah dan perkembangan PA Demak, struktur organisasi, prosedur dan mekanisme kerja. Dan diskripsi putusan PA Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang penolakan majelis hakim terhadap nafkah anak (hadhanah).

12 Bab IV : Membahas tentang analisis putusan PA Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang penolakan majelis hakim terhadap nafkah anak (hadhanah). Dan analisis dasar pertimbangan hakim atas putusan PA Demak No. 619/Pdt.G/2003/PA.Demak tentang penolakan majelis hakim terhadap nafkah anak (hadhanah). Bab V : Berisi tentang kesimpulan saran dan penutup.