BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, (Usaha Kecil Menengah) UKM memiliki peran tersendiri yang sangat penting dalam perekonomian. Unit UKM mengalami perkembangan tiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang, pertumbuhan UKM setiap tahunnya naik cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan mencapai 2,38% per tahun. Kebanyakan, UKM di Semarang adalah usaha perdagangan dan industri.hingga akhir tahun 2014, jumlah UKM yang terdata pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang sebanyak 11.585 unit. Dari jumlah tersebut, perannya sungguh luar biasa, karena mampu menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 18.000 orang. Pekerjaan menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang banyak ditekuni masyarakat dan cukup banyak menyerap tenaga kerja.salah satu UKM yang menyerap banyak tenaga kerja menjahit adalah UKM pengrajin karpet.berdasarkan data tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah menunjukkan bahwa terdapat sebanyak kurang lebih 600 unit industri pengrajin karpet dan keset (Dinkop Jateng, 2014). Kebanyakan dari UKM tersebut merupakan industri skala rumah tangga. Salah satu sentra UKM pengrajin karpet berada di Kabupaten Kendal yang sampai saat ini telah beroperasi selama 8 (delapan) tahun, dimana pengrajin karpet di UKM ini seluruh pekerjanya melakukan aktivitas menjahit. Adapun karpet yang diproduksi adalah karpet berukuran besar. 1
Pekerjaan menjahityang sampai saat ini masih memerlukan operator untuk pengerjaannya, seringkali menyebabkan operator merasakan rasa nyeri di daerah leher, bahu, pinggang dan beberapa bagian tubuh lainnya (Li, Haslegrave, & Corlett, 1995) (Öztürk & Esin, 2011).Pekerjaan menjahit merupakan salah satu jenis pekerjaan duduk yang berat.kelompok pekerja ini sering mengalami keadaan postur yang kaku, beban otot yang statis, tugas yang berulang-ulang dengan jumlah produksi yang tinggi.tuntutan kerja yang tinggi ini menyebabkan adanya ketergantungan bekerja sambil duduk menjadi besar.hal tersebut berdampak pada kebutuhan sebuah fasilitas kerja yang dapat mengakomodasi kebutuhan penjahit dalam waktu tertentu. Sikap duduk menjahit adalah sikap bekerja dimana kedua tangan selalu berada di atas meja mesin jahit untuk memegang obyek jahitan dan kedua kaki menekan sadel penggerak dynamo dengan leher cenderung miring ke depan membentuk sudut tertentu. Hasil observasi yang dilakukan pada para pengrajin di UKM tersebut ditemukan bahwa para pengrajin memiliki keluhan musculoskeletal dan kelelahan.keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal (Tarwaka, 2004).Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya 2
semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun (Saito, 1999).Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dna berkurangnya kemampuan motorik (Australia Safety Compensation Council, 2006) Gambar 1.1Postur Pekerja saat Menjahit Karpet Sumber : UKM Pengrajin Karpet, 2016 3
Gambar 1.2 Posisi saat Menjahit Karpet Sumber : UKM Pengrajin Karpet, 2016 Berdasarkan hasil penelitian sisi keluhan musculoskeletal yang telah dilakukan terhadap 15 responden pekerja pengrajin karpet menggunakan kuesioner Nordic Body Map didapatkan100% sakit pada bahu kiri dan punggung, 93% sakit pada siku kiri, 86% sakit pada lengan bawah kiri dan pergelangan tangan kiri, 66% sakit pada leher dan 53% sakit pada pinggang dan tangan kiri. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pongki Dwi Aryanto, 2008 menunjukkan bahwa pada pekerja penjahit dengan masa kerja yang kurang dari 10 tahun sebesar 81,82% mengeluhkan kesakitan pada bagian pinggang. Sedangkan pada pekerja dengan masa kerja 10 20 tahun sebesar 81,82% juga mengalami keluhan pada bagian yang sama. Sedangkan pada 4
pekerja penjahit yang bekerja dengan masa kerja lebih dari 20 tahun terdapat sebesar 85,71%. Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Tiyas Wijayanti, 2013 terhadap 36 responden di salah satu sentra industri menjahit diketahui bahwa 23 orang (63,9%) mengalami keluhan nyeri pinggang berat dan 13 orang (36,1%) mengalami keluhan nyeri pinggang ringan. Gambar 1.3Posisi saat Menjahit Karpet Sumber : UKM Pengrajin Karpet, 2016 Selain keluhan musculoskeletal para penjahit karpet juga mengalami kelelahan di antaranya disebabkan oleh kelelahan akibat menjahit, kelelahan akibat postur tubuh yang tidak baik saat menjahit dan kelelahan akibat lingkungan kerja. Berdasarkan hasil kuesioner kelelahan yang telah disebarkan kepada 15 responden pada UKM tersebut, didapatkan 93,33% 5
disebabkan postur tubuh, 80% disebabkan kelelahan akibat menjahit, dan 26,67% disebabkan oleh lingkungan kerja. Dapat dilihat bahwa prosentase kelelahan terbesar diakibatkan karena postur tubuh yang kurang baik saat menjahit, ditambah lagi penjahit merasa kesulitan saat menarik karpet dikarenakan ukuran karpet yang luas dan berat serta bentuk meja yang kurang ergonomis. Hal ini sangat mengganggu penjahit jika bekerja dalam waktu yang lama dan produksi jumlah besar.sehingga menurut dari latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan menerapkan prinsip antropometri ergonomis pada penjahit tentang perancangan kursi dan meja jahit karpet. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada UKM pengrajin karpet dan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka didapatkan perumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana merancang meja kerja bantu jahit ergonomis dan sesuai kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Ergonomic Function Deployment (EFD)? 2. Bagaimana analisa postur kerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) sebelum dan sesudah menggunakan meja kerja bantu jahit yang ergonomis dan sesuai dengan kebutuhan? 6
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menghasilkan suatu rancangan meja kerja bantu jahit ergonomis dan sesuai kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Ergonomic Function Deployment (EFD). 2. Untuk mengetahui postur kerja para pengrajin karpet menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) sebelum dan setelah menggunakan meja kerja bantu jahit yang ergonomis dan sesuai dengan kebutuhan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penulisan Tugas Akhir ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat diantaranya : 1. Bagi Perusahaan a. Diharapkan dapat menjadi referensi untuk metode perancangan produk agar produk yang dihasilkan benar benar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. b. Memberikan kenyamanan pada penjahit di unit UKM tersebut. 2. Bagi Akademik Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan acuan untuk perancangan produk yang mengangkat tema serupa untuk kemudian bisa dikembangkan pada masa yang akan datang. 3. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan dalam proses perancangan produk dengan metode Ergonomic Function Deployment (EFD) dan 7
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. 1.5 Pembatasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas, serta karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu penelitian, maka permasalahan akan dibatasi sebagai berikut: a. Penelitian ini dilakukan di dan unit kerja menjahit karpet pada UKM yang bersangkutan. b. Perancangan dan pengaplikasian produk meja jahit karpet ini khususnya untuk unit pengrajin karpet pada UKM yang bersangkutan. c. Acuan yang digunakan dalam penelitian adalah metode Ergonomic Function Deployment (EFD) dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA). 1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1.1Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Tri Novianto Perancangan dan EFD Penerapan metode EFD (2015) Pengembangan didapatkan rancangan Desain Produk Meja Warung/Café desain meja lesehan yang memiliki fitur permainan, Lesehan laci/tempat simpan, Multifungsi yang kokoh, desain Ergonomis Menggunakan Metode Ergonomic maksimalis-minimalis serta ergonomis dengan dimensi meja 70cm x Function 70cm x 40cm. Data 8
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Deployment (EFD) tersebut didapatkan dari hasil perhitungan antropometri pada saat perancangan. Rina Astutik (2015) Robertha Zulfhi Surya (2014) Reza Adrianto (2014) Perancangan Meja EFD Penelitian ini dengan Kerja Khusus menggunakan metode Recycle Sampah EFD mendapatkan Elektronik yang bentuk meja kerja khusus Ergonomis Recycle Bin yang Menggunakan ergonomis serta hasil Metode Ergonomic waktu pembongkaran Function lebih singkat dengan Deployment (EFD) bobot 2,04 dan pekerjaan lebih rapi dengan bobot 1,87. Dengan dimensi meja 142,5cm x 1,00cm x 76cm. Aplikasi Ergonomic EFD Setelah dilakukan Function perancangan ulang alat Deployment (EFD) parut kelapa sistem Pada Redesign Alat engkol menunjukkan Parut Kelapa Untuk bahwa rancangan alat Ibu Rumah Tangga parut kelapa sistem engkol yang berbasis EFD dapat menurunkan tingkat keluhan musculoskeletal sebesar 17,39%. Usulan Rancangan EFD Usulan Rancangan Tas Tas Sepeda Trial Sepeda Trial Menggunakan Menggunakan Metode 9
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Metode Ergonomic EFD menghasilkan Function sebuah desain tas sepeda Deployment (EFD) yang dirancang agar pengguna tas sepeda ini dapat semua prinsip ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat, efisien). Meyharti Usulan Rancangan EFD Usulan Rancangan Baby (2013) Baby Tafel Portable Tafel Portable dengan dengan Metode Metode EFD dihasilkan Ergonomic Function perancangan mempunyai Deployment (EFD) ukuran 95x63x85 cm. Data tersebut didapatkan dari hasil perhitungan antropometri pada saat perancangan. Iqbal Evaluasi Ergonomi RULA Hasil penelitian dan Muharram Menggunakan pengolahan data terhadap (2015) Metode Rapid postur kerja Upper Limb menggunakan metode Assessment (RULA) RULA menghasilkan untuk rancangan alat bantu Mengidentifikasi berupa kursi dan meja Alat Bantu pada ergonomis dengan Mesin Roasting berdasarkan antropometri Kopi tubuh orang Indonesia. Wahyu Perbaikan Metode RULA Penelitian dengan Susihono Kerja Berdasar menggunakan metode (2011) Rapid Upper Limb RULA ini menghasilkan Assessment (RULA) rancangan usulan 10
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian pada Perusahaan fasilitas kerja berupa Konstruksi dan kursi dengan tinggi 23- Fabrikasi 30cm, lebar kursi 43-45cm dan rancangan usulan re-design penyimpanan tools dengan tinggi 135,5cm agar kenyamanan jangkauan tangan tetap terjaga. Agung Kristanto (2011) Eri Achiraeniwati (2010) Perancangan Meja Pendeka dan Kursi Kerja tan yang Ergonomis Anthrop pada Stasiun Kerja ometri Pemotongan sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Perbaikan Fasilitas Pendeka Hasil penelitian dan pengolahan data antropometri ukuran tubuh manusia menghasilkan meja dan kursi pada stasiun kerja pemotongan yang berpengaruh terhadap waktu baku dan output standar untuk penyelesaian pemotongan yaitu terjadi peningkatan output sebanyak 72 unit/jam dan produktivitas sebesar 18,18% Penelitian menggunakan Kerja dengan tan prinsip ergonomi Pendekatan Ergonomi dengan Ergono mi antropometri disesuaikan serta dengan Studi Kasus Industi Anthrop kebutuhan pekerja di CV. 11
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Rumah Tangga ometri Gerund menghasilkan Sepatu Cibaduyut: rancanfan meja untuk CV Gerund menyimpan komponen dan produk jadi serta meja untuk melakukan perakitan. Rancangan kursi kerja dibuat dengan prinsip adjustable sehingga memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Denny Perancangan Meja Pendeka Pada penelitian ini Nurkertamanda dan Kursi Anak tan dihasilkan rancangan (2006) Menggunakan Anthrop meja dan kursi anak usia Metode Quality ometri 4-6 tahun yang sesuai Function dan dengan data Deployment dengan Pendekatan QFD anthropometri anak dan bentuk fisik anak pada Anthropometri dan usia tersebut sehingg Bentuk Fisik Anak dapat memberikan kenyamanan pada anak pada waktu belajar dan bermain. Pada perancangan meja dan kursi ini terdapat sandaran kaki yang dapat dilepas dan dipasang sesuai dengan kebutuhan. 12
13