TEST PIT KECAMATAN KABAENA KABUPATEN BOMBANA

dokumen-dokumen yang mirip
SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

PEMODELAN ENDAPAN NIKEL LATERIT, KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE DATAMINE STUDIO 3 PADA PT. VALE INDONESIA LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Batasan Kadar Zona Endapan Nikel Laterit. % berat Ni % berat Fe % berat Mg. Max Min Max Min Max Min

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona

IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Potensi Laterit Nikel Studi Kasus: Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara

MOHAMAD ISHLAHUL AZIZ

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING

DOMAIN GEOLOGI SEBAGAI DASAR PEMODELAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT PERBUKITAN ZAHWAH, SOROWAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

PENGARUH EFISIENSI KERJA ALAT BOR PADA PEMBORAN PRODUKSI NIKEL LATERIT

INVENTARISASI ENDAPAN NIKEL DI KABUPATEN KONAWE, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMODELAN SEAM BATUBARA BLOK 13 BERDASARKAN DATA BAWAH PERMUKAAN PT. RIMAU ENERGY MINING PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II DASAR TEORI Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

PENENTUAN VOLUME LAPISAN SAPROLIT DAERAH PENELITIAN DENGAN. MENGGUNAKAN METODE ERT (Electrical Resistivity Tomography)

PENENTUAN BESAR BOULDER YANG EKONOMIS PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI MORONOPO, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan udara terbuka. Salah satu metode pertambangan bawah tanah yang sering

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

ABSTRAK. Kata kunci : Anderson darling test, Fe discrepancy, dryer kiln product (DKP), screening station product (SSP), uji T-bepasangan.

Asri P.H. dan Waterman Sulistyana B. Magister Teknik PertambanganUPN Veteran Yogyakarta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

INVERSE DISTANCE WEIGHTING

EKSPLORASI NIKEL MENGGUNAKAN METODA RESISTIVITY

ANALISIS KEMAJUAN PENAMBANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN PRISMOIDAL DI KALIMANTAN TIMUR

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.

Keywords: ERT 3D Method, Gradient Configuration, Profile laterite, Trapezoidal Method

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EKSPLORASI NIKEL MENGGUNAKAN METODA RESISTIVITY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT BLOK GB PULAU GEE, HALMAHERA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDIO 3 DATAMINE

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

HUBUNGAN ZONA SERPENTINISASI DENGAN PENYEBARAN NIKEL LATERIT DAERAH LOJI, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

ResiduAL CONCENTRATION OLEH : ARSYIL M. (D IKA ASTUTI (D VICTOR J. P. (D62112 ARAFAH P. (D RUDIANTOM (D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Kegiatan penambangan yang dilakukan menggunakan sistem. dilakukan dengan cara memotong bagian sisi bukit dari

PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

UNIVERSITAS DIPONEGORO

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember 2016 Penulis. (Farah Diba) vii

St. Hastuti Sabang*, Adi Maulana*, Ulva Ria Irvan* *) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PEMETAAN GEOLOGI NIKEL LATERIT DAERAH SP UNIT 25 DAN SEKITARNYA KECAMATAN TOILI BARAT, KABUPATEN BANGGAI, PROPINSI SULAWESI TENGAH

PENENTUAN KEDALAMAN SAPROLIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ERT (ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY) UNTUK OPTIMALISASI PENGEBORAN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

EKSPLORASI AWAL NIKEL LATERIT DI DESA LAMONTOLI DAN LALEMO, KECAMATAN BUNGKU SELATAN, KABUPATEN MOROWALI, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan

Kartion 1, Juli Chandra Teruna 2 dan Program Studi Teknik Pertambangan, Politeknik Muara Teweh

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS BAJA LATERIT TERHADAP PROSES PENGEROLAN

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENAKSIRAN CADANGAN PASIR BATU DI PT. MEGA BUMI KARSA KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT BERDASARKAN HASIL TEST PIT KECAMATAN KABAENA KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Nurliah Jafar Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia Email: nurliahjafar@yahoo.co.id SARI Test pit merupakan salah satu kegiatan eksplorasi yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang representative mengenai bentuk dan letak endapan bahan galian secara garis besar. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sebaran endapan nikel laterit berdasarkan hasil test pit dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran arah sebaran endapan nikel laterit. Data yang diperoleh dari hasil analisis test pit antara lain data collar, data assay dan data litologi. Dari hasil penelitian diketahui pada zona limonite nilai kadar Ni, 1,38 1,79 % dengan penyebaran ke arah selatan, barat dan timur laut. Pada zona saprolite nilai kadar Ni, 1,8 2,35% dengan penyebaran ke arah timur laut, timur, utara dan barat laut. Sedangkan pada zona bedrock nilai kadar, 0,01-0,07 % dan arah sebarannya merata. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penyebaran endapan nikel laterit relatif mengarah ke timur laut dengan nilai kadar 1,38-2,35%. Kata kunci : Test Pit, Ni, limonite, saprolite, bedrock. ABSTRACT Test pit is one of the exploration activities undertaken to obtain a representative description of the shape and location of mineral deposit in outline. The purpose of this study was to identify the distribution of lateritic nickel deposit based on the result of test pit and to find out the description of the direction of lateritic nickel deposit distribution. The data were obtained from the analysis of test pit, such as collar data, assay and lithology. The results showed that on the limonite zone, the content value of Ni was 1.38 to 1.79% with the spread to the south, west and northeast. On the saprolite zone, the content value of Ni was 1.8 to 2.35% with the spread to the northeast, east, north and northwest. While on the bedrock zone, the content value was from 0.01 to 0.07% and the spread direction was even. In conclusion, the spread of lateritic nickel deposit relatively leads to the northeast with the content value of 1.38 to 2.35%. Keywords: Test Pit, Ni, limonite, saprolite, bedrock. PENDAHULUAN Teknik pemodelan banyak diterapkan dalam industri pertambangan. Teknik ini pada umumnya telah dilakukan secara computerisasi dan kegiatan ini biasanya dilakukan setelah tahapan eksplorasi dilakukan. Adapun kegunaan dari kegiatan pembuatan model yaitu membuat model sehingga arah sebarannya dapat diketahui. Pembuatan cross section merupakan salah satu metode untuk mengkorelasian masing- 94

masing titik test pit sehingga gambaran ketebalannya bisa kita lihat. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian dalam hal mengidentifikasi sebaran endapan nikel laterit dengan membuat blok model dan cross section pada lokasi penelitian. METODOLOGI PENELITIAN Adapun teknik pengambilan data penelitian yang penulis gunakan dengan mengambil data test pit dan data analisis hasil laboratorium. Data test pit ini diambil langsung dari lapangan berupa data deskripsi sampel. Data deskripsi berisi keterangan tentang pembuatan test pit dan zona atau profil endapan nikel laterit.data pengukuran test pit diambil dari tim survey berupa koordinat Easting dan Northing serta data ketinggian (Elevation).Selain kedua data tersebut di atas, adapun data-data lainnya yaitu data hasil analisis laboratorium. Data hasil analisis laboratorium diperoleh dengan cara mengirim sampel terlebih dahulu dari hasil pengambilan sampel test pit untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kadar Ni pada daerah tersebut. Semua data yang diperoleh kemudian dilakukan evaluasi dan selanjutnya diolah terlebih dahulu di Microsoft excel. Kemudian diolah dalam software surpac dan AutoCad untuk membuat bentuk blok model dan section agar mengetahui gambaran arah sebaran nikel laterit pada lokasi penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Test Pit Pada tahapan ini kegiatan pembuatan test pit dilakukan di Blok seluas 18 Ha, sebanyak 26 lubang dengan kedalaman 4-11m, jarak antar lubang test pit ±100m dengan pola acak. Adapun prosedur kerjanya sebagai berikut: 1. Membersihkan lahan terlebih dahulu. 2. Menyiapkan Excavator sebagai alat bantu dalam penggalian lubang test pit. 3. Mulai dilakukan pembuatan test pit. 4. Menyiapkan karung sampel serta diberikan tanda agar sampel tidak tertukar. 5. Dilakukan kegiatan pengambilan sampel dengan cara mengambil masing masing sampel per meter agar bisa mewakili keseluruhan sampel setiap lubang. 6. Melakukan pembuatan test pit, dilakukan ploting untuk mengetahui titik koordinat dan elevasi. 7. Sampel yang diperoleh dari kegiatan test pit dibawa ke preparasi sampel untuk dianalisis. Data ini dipakai pada pengolahan data yang selanjutnya digunakan untuk membuat blok model dan penampang cross section agar mengetahui arah sebaran endapan nikel laterit tersebut. Pembuatan test pit ini dilakukan secara acak. Adapun gambarnya dapat dilihat pada gambar 1. Gbr 1. Test Pit Hasil Identifikasi Zona Laterisasi Berdasarkan kenampakan yang ada dilapangan, maka bisa kita deskripsikan zona laterisasi berdasarkan ciri-ciri dari setiap zona laterit yang meliputi: a. Top Soil Top soil berwarna coklat tua, tanahnya gembur dan memiliki lapukan-lapukan akar kayu. Overburden mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar Ni yang rendah. Ketebalan rata-rata zona overburden - berkisar 20-60 cm. Terkadang terdapat mineral goethite. Adapun gambarnya dapat dilihat pada gambar 2. 95

Gbr 2. Zona Overburden (top soil). b. Zona Limonite Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonite menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral hematite, silika dan mangan dioksida. Adapun gambaran untuk zona limonite dapat dilihat pada gambar 3. Gbr 4. Zona Saprolite. d. Zona Bedrock Zona bedrock (batuan dasar) merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Membentuk bongkahan yang lebih besar dari 75 cm (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi. Gbr 3. Zona Limonite c. Zona Saprolite Zona saprolite terletak diantara zona limonite dan zona bedrock. Zona ini merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, berwarna kehijauan butiran halus, pada beberapa lubang terdapat silika, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Gbr 5. Zona Bedrock. Analisis Kadar Untuk mengetahui kualitas sampel batuan, sampel batuan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan test pit dimasukan terlebih dahulu ke preparasi sampel, agar material dari hasil test pit di haluskan terlebih dahulu lalu dibungkus menggunakan karung sampel dan siap dikirim ke laboratorium. 96

Adapun langkah-langkah tahap analisis sampel sebelum menentukan nilai kadar Ni yaitu: 1. Membawa sampel ke ruang preparasi. 2. Menghancurkan sampel dengan alat crusher untuk mendapat ukuran lebih kecil agar memudahkan dalam pengolahan. 3. Mengeringkan sampel dengan cara dipanaskan di dalam open. 4. Masukkan ke dalam crusher untuk mendapatkan sampel yang lebih halus, yaitu <200 mesh). Adapun gambar tahap analisisnya sebagai berikut: masing-masing sebaran test pit. Sebaran titik test pit tersebut dapat dilihat pada gambar 7. Gbr 7. Sebaran Ni berdasarkan Titik test pit. Pembuatan Cross Section Dari Hasil Test Pit Pada daerah penelitian, dari 26 titik test pit ada 5 section yang terbentuk, yaitu A-A, B- B, C-C,D-D, dan E-E yang ditarik dari arah barat ke timur (Gambar 8). Gbr 6. Tahapan analisis sampel. Pada table 1 dapat dilihat nilai presentase terendah sampai tertinggi dari kandungan unsur kimia Ni dan Fe pada zona laterisasi. Dengan data ini juga didapat pembagian zona laterisasi berdasarkan kandungan kimianya. Tabel 1. Data hasil analisis laboratorium Zona Ni Rata-Rata (%) Limonite Saprolite Bedrock 1,55 2,13 004 Sebaran Titik Test Pit Data hasil test pit yang telah diolah di Microsoft excel yang meliputi data geologi, data survey, data collar dan data assay yang kemudian dimasukan didalam software surpac. Titik test pit yang terbentuk dalam software surpac yang akan memperlihatkan Gbr 8. Peta Sebaran Titik Test Pit Pada gambar cross section untuk warna merah menunjukkan lapisan zona overburden, untuk warna kuning menunjukkan lapisan zona limonite, untuk warna biru menunjukkan lapisan zona saprolite dan untuk warna abuabu menunjukkan lapisan zona bedrock. Cross Section A A Pada penampang A-A1 terdiri dari 6 titik test pit yaitu, B-44, B-45, B-46, B-47, B-55, dan B- 57. 97

Cross Section D D Pada penampang B-B terdiri dari 4 titik test pit yaitu, B-27, B-28, B-37, dan B-38. Gbr 9. Cross Section A A Cross Section B B Pada penampang B-B terdiri dari 4 titik test pit yaitu, B-27, B-28, B-37, dan B-38. Gbr 12. Cross Section D D Cross Section E E Pada penampang E-E terdiri dari 4 titik test pit yaitu, B-7, B-4, B-5, dan B-6. Gbr 10. Cross Section B B Cross Section C C Pada penampang C-C terdiri dari 5 titik test pit yaitu, B-17, B-18, B-24, B-25, dan B-26. Gbr 11. Cross Section C C Gbr 13. Cross Section E E Blok Model Zona Laterisasi Hasil blok model untuk lapisan saprolite memberikan gambaran blok model yang lebih tebal dibandingkan blok model untuk lapisan limonite. Kadar blok model ini bervariasi yaitu 0,01% - 2,35%. Hasil blok model nikel laterit pada zona lapisan limonite, Saprolite dan bedrock menunjukkan gambaran blok model dengan ketebalan yang bervariasi. Blok model Ni memberikan gambaran bahwa blok yang paling tinggi kadar Ni yaitu berada pada zona saprolite Ni di atas 1,8% dan menyebar tidak merata. 98

Blok Model Sebaran Limonite dan Saprolite Perusahaan menetapkan kadar Ni yang ekonomis yaitu minimal 1,5%. Pada zona limonite dengan kadar Ni 1,38-1,79% dengan arah sebaran endapan nikel laterit yaitu ke selatan dan barat sedangkan zona saprolite dengan kadar Ni 1,8-2,35% dengan arah penyebaran ke arah timur dan barat. Model Ni limonite dan saprolite dengan kadar 1,5%. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil pembuatan blok model dengan menggunakan software surpac 6.5.1 dapat dilihat arah penyebarannya dari endapan nikel yaitu: a. Pada gambar model zona limonite dapat dikatakan bahwa arah sebaran endapan nikel laterit yaitu kearah selatan dan barat dengan kadar Ni yaitu, 1.38 1.79 %. b. Arah sebaran endapan nikel laterit pada zona saprolite yaitu kearah timur dan barat dan ada juga sebagian kearah selatan dengan kadar Ni yaitu 1.8 2.35%. c. Pada gambar model zona bedrock dapat dikatakan arah sebarannya secara merata dengan kadar Ni sangat rendah yaitu, 0,01 0.07 %. 2. Dari hasil pembuatan Cross Section dapat disimpulkan bahwa tebal rata-rata pada zona limonite yaitu 2,67 meter dan tebal rata-rata pada zona saprolite yaitu 3,04 meter. DAFTAR PUSTAKA Boldt. 1967. Genesa Bahan Galian Bijih Nikel Laterit. Bandung. Harianto, S. 2003. Tim Eksplorasi Nikel Lasolo Sultra Unit.Geomin Jakarta. Osborne dan Waraspati. 1986. Tipe Endapan Nikel Laterit. Sorowako. Santos, R.A. 2012. Exploration and Resource Estimation of Nickel Laterit Deposite. Report of Exploration Result. Philippine. Waheed, A. 2005.Chemistry Mineralogy and Formation of nickel laterite. PT Inco. Indonesia. 99