BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai terobosan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui,peranan pajak semakin besar dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. kualitas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Praktik Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus. Untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. politik,perlu disadari pula bahwa mutu pendidikan bagi pelajar harus lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB I PENDAHULUAN. nasional itu maka pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan fasilitas-fasilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara.adapun beberapa

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan untuk memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta mendorong kemajuan modernisasi di segala bidang kehidupan. Hal ini diatur dalam isi UUD 1945 Pasal 23A yang berbunyi : Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang. (Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Bab VIII, Pasal 23A) Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Undang-Undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2009, Pasal 1, Angka 1) Kesadaran sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang telah memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dapat ditunjukkan melalui kepatuhan terhadap pembayaran pajak dalam mewujudkan pembangunan nasional secara mandiri. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat dinilai sebagai pendapatan 1

2 negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan negara secara internal lainnya, seperti : penerimaan negara bukan pajak, disamping penerimaan negara secara eksternal, yaitu pinjaman luar negeri. Tersedianya dana yang bersumber dari dalam negeri, akan memberikan jaminan lebih kepada rakyat, sebagai cerminan dari prinsip bantuan nasional dalam upaya melepas ketergantungan pada sumber dana luar negeri, sehingga bantuan asing dianggap sebagai pelengkap yang relatif kecil di masa depan. Berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, mengakibatkan sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan, dari sistem pemungutan pajak secara Official Assessment System berubah menjadi Self Assessment System. Official Assessment System mengandung arti bahwa petugas pajak yang menentukan sendiri berapa besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Sementara itu, Self Assessment System mengandung pengertian yang sebaliknya, yaitu setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem ini, pemerintah menuntut kesadaran, kejujuran, dan peran serta masayarakat dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. (Mardiasmo,2009 : 7)

3 Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu bentuk penerimaan pajak yang diperoleh Negara. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipotong oleh pihak ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. (Mardiasmo,2009 : 158) Saat terutang pajak penghasilan dilihat dari segi subjeknya. Subjek Pajak menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan di atas PTKP. Para pegawai tetap tidak dapat menghindari kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang diperolehnya karena data lengkap mengenai perolehan penghasilan pegawai tetap ada pada badan atau instansi pemerintahan selaku pemberi kerja. Penghasilan pegawai tetap akan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh pemotong pajak yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pada kenyataannya, kesalahan dalam melakukan penghitungan terhadap pemotongan pajak atas penghasilan pegawai tetap, menimbulkan kendala-kendala sebagai akibat informasi yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan yang tidak dimengerti oleh pembaca atau yang biasa disebut sebagai pemotong pajak sehingga para pegawai merasa dirugikan. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan memahami bagaimana sebenarnya tata cara penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikenakan bagi pegawai tetap dalam instansi pemerintahan khususnya di KPP Pratama Medan Petisah. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung, sesuai

4 dengan kenyataan di lapangan tempat PKLM berlangsung agar mahasiswa dapat mengetahui situasi dunia kerja yang sebenarnya. Oleh sebab itu, laporan ini saya beri judul : TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). 1.2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain : 1.1 Untuk mengetahui tata cara penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. 1.2 Untuk mengetahui tata cara pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

5 1.3 Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat yang dialami Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap. 1.4 Untuk mengetahui dampak-dampak atas prosedur yang digunakan dalam pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap. 1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan. b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan. c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap, kemampuan, dan keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi pemerintahan. d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktuwaktu dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.

6 e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan memperoleh karir melalui penilaian yang terbaik. 2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak. b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. c. Memperoleh ide-ide baru dalam upaya mengoptimalkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. d. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. e. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra Direktorat Jenderal Pajak. 2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP USU) a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan khususnya KPP Pratama Medan Petisah.

7 b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. c. Diharapkan dengan adanya temuan mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan yang baru diperolehnya dalam praktik kerja di lapangan dapat merevisi kurikulum guna meningkatkan pengetahuan di bidang perpajakan. d. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori yang telah diberikan kepada mahasiswa dibandingkan dengan kualitas teori yang diperoleh mahasiswa selama menjalani PKLM di lapangan. e. Mendorong kemajuan alumni di masa akan datang. C. Uraian Teoritis 1. Defenisi pajak Defenisi pajak menurut para ahli antara lain : 1.1 Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam (Waluyo,2010 : 2) mengatakan bahwa Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. 1.2 Prof. Dr. M. J. H. Smeets dalam (Waluyo,2010 : 3) mengatakan bahwa Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

8 norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 1.3 Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam (Suandy,2009 : 9) mengatakan bahwa Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. 1.4 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam (Suandy,2009 : 10) mengatakan bahwa Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 2. Fungsi Pajak 2.1 Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. (Suandy,2009 : 13) 2.2 Fungsi Regulerend Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

9 Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut : a. Pemberian insentif pajak (misalnya : tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik dalam negeri maupun investasi asing. b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produkproduk dalam negeri. (Suandy,2009 : 14) 3. Jenis Pajak 3.1 Menurut Golongannya a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan yang dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak. b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh

10 produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa). (Suandy,2009 : 37) 3.2 Menurut Sifatnya a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi atau keadaan pribadi Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya. Contoh : Pengenaan Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak sesuai dengan status perkawinan, jumlah tanggungan, dan banyaknya anak untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagai pengurang jumlah penghasilannya dalam menghitung pajak terutang. Harta kekayaan yang dimiliki juga merupakan cerminan dari penghasilan Wajib Pajak. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya saja baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak maupun tempat tinggal. Contoh : PPN dan PPnBM serta PBB. (Suandy,2009 : 39)

11 3.3 Menurut Wewenang Pemungutannya a. Pajak Pusat Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Contoh : PPh, PPN, PPnBM, Bea Materai, dan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan. b.pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Contoh : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan sebagainya. (Suandy,2009 : 38) 4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 4.1 Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 tentang Pajak Penghasilan, Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 4, Ayat 1)

12 Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atas jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. (Pandiangan,2010 : 2). 4.2 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 21 pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh : a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honoraraium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun. d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas. e. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

13 f. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 21, Angka 1) Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Casavera adalah : a. Pemberi kerja b. Bendaharawan pemerintah. c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan-badan lain. d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap. e. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi masa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya. f. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintahan, organisasi, termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan). (Casavera,2008 : 6) 4.3 Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Penerima penghasilan adalah wajib pajak, yang penghasilannya dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah : a. Pejabat Negara, b. Pegawai, c. Pegawai Tetap, d. Penerima Pensiun, e. Penerima Honorarium, f. Penerima Upah, dan g. Orang Pribadi. (Casavera,2008 : 5) 4.4 Penerapan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Pegawai Tetap Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dari Penghasilan Bruto dikurangi dengan Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, Iuran Tabungan Hari

14 Tua/Tunjangan Hari Tua (THT) pegawai tetap di KPP Pratama Medan Petisah dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kemudian PKP dikalikan dengan Tarif Pasal 17 sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku. (Waluyo,2010 : 204) 4.5 Tarif Pajak atas Penghasilan Pegawai Tetap Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan salah satunya diterapkan terhadap pegawai tetap, termasuk Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/Polri, Pejabat Negara Lainnya, Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris yang merangkap sebagai pegawai tetap di perusahaan yang sama atas Penghasilan Kena Pajak. Berikut ini Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 : a. Sampai dengan Rp 50.000.000,- = 5% b. Di atas Rp 50.000.000,- s.d Rp 250.000.000,- = 15% c. Di atas Rp 250.000.000,- s.d Rp 500.000.000,- = 25% d. Di atas Rp 500.000.000,- = 30% (Waluyo,2010 : 111) D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam hal ini Mahasiswa melakukan PKLM di KPP Medan Petisah. untuk mendapatkan serta mempelajari data tentang : 1. Jumlah wajib pajak khususnya pegawai tetap yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah pada tahun 2012.

15 2. Tata cara penghitungan Pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP Pratama Medan Petisah. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Dalam tahap ini penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. 2. Studi Literatur Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, dan catatan-catatan yang ada hubungannya dengan laporan penelitian. 3. Observasi Lapangan Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap objek pajak Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP Pratama Medan Petisah.

16 4. Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan mengenai sistem pemotongan dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pegawai tetap yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) di KPP Pratama Medan Petisah melalui : 4.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan yaitu melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan, maupun literatur yang ada mengenai sistem pemotongan dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. 4.2 Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan (KPP Pratama Medan Petisah). 5. Analisis dan Evaluasi Data Analisis data adalah uraian tentang data-data yang dikumpulkan. Teknik analisa dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu teknis analisis yang berlandaskan pada pemikiran atau teori yang telah ada dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian terungkap secara jelas dan objektif. F. Metode Pengumpulan Data Adapun jenis-jenis data yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk dokumen, tabel, dan bagan. Metode pengumpulan data antara lain :

17 1. Observasi Lapangan Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan lapangan, melakukan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai (key information) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah sebagai narasumber secara lisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I : PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM Dalam bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah singkat, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai di KPP Pratama Medan Petisah.

18 BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 Dalam bab ini Penulis menguraikan tentang ketentuanketentuan yang berlaku mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21, objek dan subjek Pajak Penghasilan Pasal 21, Tarif dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan dalam Pajak Penghasilan Pasal 21, serta teori-teori perpajakan yang mendukung tentang pemotongan dan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI Dalam bab ini Penulis menjelaskan tata cara penghitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP Pratama Medan Petisah dari data yang diperoleh serta mengetahui jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dibayar atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap pada tahun 2012. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan riset di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

19 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN