I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

LATAR BELAKANG MASALAH

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN I.I

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK TENAGA KERJA PERTANIAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN KUDUS MIRA SOFIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tanah merupakan

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang kurang mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit, subsidi pupuk hingga kebijakan lain tidak ada satupun yang menguntungkan sektor ini. Program-program pembangunan yang pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin jauh dari harapan. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung tenaga kerja dan sebagian besar penduduk bergantung padanya. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan konstribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi sumber daya yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan (Kementerian, 2010). Namun demikian, dewasa ini terjadi penurunan jumlah tenaga kerja pertanian yang kompeten dan profesional. Hal ini disebabkan oleh perubahan preferensi masyarakat serta daya tarik kota yang relatif lebih maju yang menyebabkan meningkatnya urbanisasi. Ada banyak hal yang menjadi faktor penentu pembangunan pertanian. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada dua faktor yaitu tenaga kerja dan daya dukung lahan. Analisis daya dukung lahan yang dimaksud disini adalah perbandingan antara ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan, dengan menggunakan metode perhitungan yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009.

2 Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan di Kabupaten menjadi penting dikaitkan dengan ketersediaan tenaga kerja pertanian. Luasan lahan pertanian sawah sebesar 48,66% ternyata tidak diimbangi dengan pendapatan sektor pertanian yang hanya 2,43%. Sedangkan sektor industri yang memberikan sumbangan PDRB sebesar 66,25%, menempati luasan yang jauh lebih kecil ( dalam Angka 2009). Bagaimana penggunaan lahan dalam menghasilkan pendapatan bagi masyarakat, akan sangat mempengaruhi daya dukung lahan ditinjau dari aspek ekonominya. Seberapa jauh lahan pertanian dapat menyerap tenaga kerja secara aktual maupun potensial, dan seberapa jauh tingkat pengelolaan dalam mempengaruhi hasil usahataninya menjadi perhatian dalam penelitian ini. Hubungan antara ketersediaan tenaga kerja pertanian dengan daya dukung lahan serta tingkat perkembangan wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, juga mendasari dilakukannya penelitian ini. Bagaimana daya dukung lahan dalam pengembangan wilayah menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, sangat menentukan keberlanjutan pembangunan tersebut. Pengembangan wilayah akan bersifat kontraproduktif atau saling bersinergi tergantung dari upaya menyeimbangkan antara pemanfaatan lahan serta upaya mempertahankan daya dukung lahan terhadap penduduk yang tinggal diatasnya. 1.2. Perumusan Masalah Sektor pertanian dituntut untuk tetap menjaga ketersediaan pangan sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang sebagian besar masih menggantungkan pada konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan tingginya tekanan terhadap peningkatan produksi padi. Produksi pangan ditentukan oleh intensifikasi, ekstensifikasi dan ketersediaan lahan. Dilain pihak secara umum lahan pertanian produktif mengalami penyusutan sebagai konsekuensi berkembangnya aktivitas sektor perekonomian yang menuntut ketersediaan lahan dan infrastruktur yang memadai. Konflik antar sektor ekonomi atas penggunaan lahan masih terus berlangsung seiring dengan pelaksanaan pembangunan. Fenomena ini kebanyakan menempatkan sektor pertanian pada posisi

3 yang relatif kurang menguntungkan, sehingga akan menyebabkan pengalihan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian. Tingginya konversi lahan antara lain didorong oleh perkembangan dari sektor yang memberikan kontirbusi tinggi terhadap PDRB. Dari sisi ekonomi, pemanfaatan lahan untuk pertanian mempunyai kontribusi yang kecil. Namun bila dilihat dari sisi ekologis, serta daya dukung lahan, bisa terjadi sebaliknya. Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, justru akan merugikan dalam jangka panjang, karena kesinambungan dari pemanfaatan lahan tidak akan tercapai. Lahan, mempunyai kapasitas dan daya dukung yang terbagi menjadi dua, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Apabila kapasitas penyediaan serta kapasitas tampung limbah terlampaui, maka akan timbul kerusakan lahan dan lingkungan. Pembangunan dan pengembangan wilayah yang memperhatikan daya dukung lingkungan dan tidak melampaui daya regenerasi lingkungan pada akhirnya mempengaruhi keberlanjutan dari pemanfaatan lahan tersebut. Pada Tabel 1 disajikan gambaran ketersediaan dan permintaan tenaga kerja pertanian di Kabupaten. Tabel 1 Jumlah petani, buruh tani, jumlah tenaga kerja pertanian (ketersediaan), total tenaga kerja, luas lahan pertanian (sawah) dan permintaan tenaga kerja pertanian pada sawah tiap kecamatan. No. Kecamatan Petani Sendiri Buruh Tani Jumlah Tenaga Kerja (orang) Total Tenaga Kerja Luas Lahan Sawah (Ha) Permintaan Tenaga Kerja Pada Sawah (HOK)* 1 Jekulo 12,162-12,162 47,745 4,307 908,777 2 Mejobo 4,317 4,627 8,944 29,375 1,755 370,305 3 Undaan 15,455 11,829 27,284 43,455 5,805 1,224,855 4 Bae 1884 2033 3,917 21,197 881 185,891 5 Gebog 8684 3091 11,775 38,336 2,052 432,972 6 Dawe 11248 15603 26,851 45,126 2,689 567,379 7 Kaliwungu 2732 2432 5,164 14,682 1,984 418,624 8 Jati 5448 5472 10,920 59,273 1,038 219,018 9 Kota 72 49 121 40,998 176 37,136 Jumlah 62,002 45,136 107,138 340,187 20,687 Keterangan : Asumsi sekali musim tanam per ha 211 HOK (Sunandar, 2009) 4,364,957

4 Banyaknya preferensi masyarakat untuk memperoleh penghasilan, menyebabkan sektor pertanian semakin tidak diminati oleh generasi muda. Rendahnya kesejahteraan di sektor ini serta ketidakpastian jam kerja juga turut mempengaruhi minat untuk bekerja di sektor ini. Ketersediaan tenaga kerja pertanian selain ditinjau dari penurunan tenaga kerja pertanian secara riil juga dipengaruhi oleh distribusi tenaga kerja yang tidak merata menurut ruang dan waktu. Distribusi tenaga kerja ini mempengaruhi daya dukung suatu lahan ditinjau dari sisi permintaan dan sisi ketersediaan. Dari sisi permintaan maka dapat dilihat dari seberapa jauh penggunaan lahan (pola tanam, jenis komoditas) akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pertanian di suatu wilayah. Sedangkan dari ketersediaan maka komposisi usia tenaga kerja, persepsi masyarakat serta tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi jumlah tenaga kerja pertanian. Bagaimana pola penggunaan lahan yang ada di Kabupaten berperan dalam penyerapan tenaga kerja pertanian pada waktu tertentu dan wilayah tertentu, serta bagaimana penguasaan lahan/pemilikan lahan dapat mempengaruhi pengelolaan lahan di suatu wilayah menjadi perhatian dalam penelitian ini. Perencanaan dengan mempertimbangkan daya dukung lahan, yang mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja pertanian pada gilirannya akan mempengaruhi kebijakan serta program-program yang dipilih oleh pemerintah daerah. Apakah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten sudah mempertimbangkan daya dukung lahan dalam pengembangan wilayahnya juga menjadi aspek yang perlu dikaji lebih lanjut. Dengan kondisi sebagaimana disebutkan, muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana distribusi tenaga kerja pertanian di Kabupaten ini berdasarkan ruang dan waktu? 2. Sampai sejauh mana tingkat ketersediaan tenaga pertanian mempengaruhi pendapatan usahatani?

5 3. Bagaimana kondisi daya dukung lahan serta tingkat perkembangan di wilayah tersebut, dan bila dihubungkan dengan ketersediaan tenaga kerja pertanian bagaimana peranannya dalam mempengaruhi pendapatan wilayah? 4. Sampai sejauh mana Pemerintah Kabupaten menyeimbangkan antara pengembangan wilayah dengan kemampuan daya dukung lahan di wilayah tersebut dan melihat ketersediaan tenaga kerja pertanian di wilayah tersebut dalam mengoptimalkan pendapatan wilayah sektor pertaniannya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis gambaran distribusi tenaga kerja pertanian menurut ruang dan waktu. 2. Mengetahui tingkat ketersediaan tenaga kerja pertanian terhadap pendapatan usahatani. 3. Mengetahui status daya dukung lahan, sektor basis serta sektor tingkat perkembangan wilayah. 4. Menganalis hubungan antara ketersediaan tenaga kerja pertanian, status daya dukung lahan dan tingkat perkembangan wilayah terhadap pendapatan wilayah di sektor pertanian. 5. Memberikan masukan mengenai perlunya mempertimbangkan daya dukung lahan dalam pengembangan wilayah (pertanian) di Kabupaten. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan tenaga kerja pertanian terhadap pendapatan usaha tani di Kabupaten 2. Mengetahui sektor basis, keunggulan kompetitif wilayah, status daya dukung lingkungan dan tingkat perkembangan wilayah. 3. Mengetahui status daya dukung lahan, sebaran tenaga kerja pertanian dan tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten. 4. Memberikan gambaran mengenai peranan daya dukung lahan, ketersediaan tenaga kerja pertanian serta tingkat perkembangan wilayah terhadap pendapatan

6 wilayah sektor pertanian dalam menentukan arah kebijakan pembangunan (pertanian) di Kabupaten. 1.5. Kerangka Pemikiran Daya dukung lahan akan mempengaruhi penggunaan lahan dalam menyerap tenaga kerja. Penggunaan lahan yang menempati luasan terbesar di Kabupaten adalah penggunaan lahan untuk tanaman Padi (29.380 ha Luas Tanam) dan tebu (5.920,87 ha). Tenaga kerja pertanian di Kabupaten ini seringkali harus didatangkan dari daerah lain pada waktu tertentu di wilayah tertentu. Untuk itu perlu dicermati lebih lanjut apakah tenaga kerja pertanian di daerah tersebut memang kurang, atau banyak tenaga kerja tetapi tidak tertarik untuk mengelola lahan pertanian, yang ditunjukkan oleh angka pengangguran yang tinggi. Ataukah diwaktuwaktu tertentu juga terjadi surplus tenaga kerja pertanian di wilayah pengamatan. Apakah ketersediaan tenaga kerja ini juga dipengaruhi oleh sebaran lokasi industri di wilayah pengamatan. Penggunaan Penggunaan Pada Lahan : Pada Lahan : Sawah teknis,sawah ½ teknis, Sawah teknis,sawah ½ teknis, Tadah Hujan Tadah Hujan Perhitungan Dan Penentuan Perhitungan Dan Penentuan Status Status Peta Status Peta Status sekunder sekunder Peta Tingkat Peta Tingkat Perkembangan Perkembangan primer primer Demand Demand Distribusi Tenaga Distribusi Tenaga Kerja Kerja Berdasar Berdasar Kecamatan Kecamatan Tiap Bulan Tiap Bulan Peta Sebaran Peta Sebaran Peta Ketersediaan Peta Ketersediaan Suplai Suplai Usahatani Usahatani Skenario Kecukupan Skenario Kecukupan Komposisi Usia Komposisi Usia Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Pendidikan Pendidikan RPJM RPJM Dan Dan RTRW RTRW Kab Kab Arahan Arahan Pengembangan Pengembangan ( ( ) ) Kab. Kab. Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran.

7 Ketersediaan tenaga kerja pertanian selain dipengaruhi dari sisi ketersediaan juga dari sisi permintaan. Dari sisi permintaan maka dapat dilihat dari seberapa jauh penggunaan lahan (pola tanam, jenis komoditas) akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi ketersediaan maka komposisi usia tenaga kerja, persepsi masyarakat serta tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja pertanian. Dengan luas lahan pertanian yang hampir mencapai setengah wilayah, tetapi dengan ketersediaan tenaga kerja pertanian yang seringkali menjadi pembatas di beberapa wilayah pengamatan, maka diperlukan perencanaan yang baik menyangkut waktu penggunaan tenaga kerja serta sarana produksi lain agar pendapatan masyarakat petani dapat dioptimalkan sebagai salah satu bentuk pengelolaan lahan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk terhadap pangan harus tetap memperhatikan daya dukung lahan, agar pembangunan berkelanjutan dapat dicapai, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun aspek lingkungan. Untuk mencapai hal ini diperlukan perencanaan yang baik, dengan pendekatan pengembangan wilayah maupun pengembangan sektoral, agar pembangunan dapat menyejahterakan masyarakat.