BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENJAHITAN LUKA PADA MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT FKG USU PERIODE 8-31 OKTOBER 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didukung oleh jaringan periodontal yang sehat (Dostalova dan Syedlova, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

b) Luka bakar derajat II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. koronal prosesus alveolaris (Wolf dan Hassell, 2006). Berbagai tindakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB I PENDAHULUAN. mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGM-P FKG USU PERIODE SEPTEMBER 2013 MARET 2014

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk odontoblas terkait dengan perkembangan gigi geligi, setelah itu

2. Indikasi Sectio Caesarea

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Telaah Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Tissue Repair: Regeneration, Healing, and Fibrosis. Alphania Rahniayu Nila Kurniasari Dept/ SMF Patologi Anatomi FK UNAIR

E. Keaslian Penelitian (Tabel.1) No Penulis Judul Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

PENGARUH STIMULASI LISTRIK TERHADAP PEMBULUH DARAH DAN JARINGAN IKAT FIBROUS PADA PENYEMBUHAN LUKA

BAB V HASIL PENELITIAN

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Luka merupakan rusaknya integritas kulit, permukaan mukosa atau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab luka

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BELL S PALSY DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT FKG USU PERIODE DESEMBER 2014 JANUARI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan metode survei deskriptif, maksudnya adalah suatu penelitian yang tujuan utamanya mendeskripsikan atau menggambarkan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU jalan alumni no.2 USU, Medan. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai April 2016. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian P opulasi penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

3.3.2 Sampel Penelitian Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh dimana sampel merupakan seluruh populasi, maka seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016 sebanyak 75 orang yaitu pada periode 21 maret 2016 sampai 27 mei 2016 sebanyak 12 orang, periode 15 maret 2016 sampai 14 april 2016 sebanyak 10 orang, periode 15 maret 2016 sampai 15 april 2016 sebanyak 9 orang, periode 21 maret 2016 sampai 27 mei 2016 sebanyak 12 orang, periode 15 februari 2016 sampai 22 april 2016 sebanyak 12 orang, periode 2 mei 2016 sampai 22 juli 2016 sebanyak 20 orang. 3.4 Variabel dan Defenisi Operasional Tabel 1. Variabel dan defenisi operasional Variabel penelitian Pengetahuan Proses penyembuhan luka Fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi Defenisi Operasional Pengetahuan merupakan hasil tahu dari responden tentang proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. Penyembuhan luka merupakan suatu proses dinamis yang terdiri dari 3 fase yang terintegrasi, dimana dalam tiap fase harus terjadi secara tepat dan teratur. Proses perbaikan jaringan setelah terjadi luka secara fisiologi terdiri dari tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling.

3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan diisi secara langsung oleh responden. 3.6 Pengolahan Data dan Analisi Data 3.6.1 Pengolahan Data Pengolahan data dari hasil penelitian dilakuka secara komputerisasi. 3.6.2 Analisis Data Data yang telah diperoleh dihitung dalam bentuk persentase. Hasil dari data di sajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk melihat tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU. 3.7 Pengukuran Data Pengetahuan responden terhadap proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi diukur melalui 10 pertanyaan. Pertanyaan dengan jawaban benar dengan nilai 1 dan pertanyaan dengan jawaban yang salah dinilai 0. sehingga nilai tertinggi responden dari 10 pertanyaan adalah 10. Kemudian jumlah skor setiap responden dihitung dengan rumus: 13 P = F/N x 100% P = Persentase F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal

Tabel 2. Kategorik Nilai Pengetahuan (Mahfoedz,2009) Alat ukur Hasil ukur Kategori penilaian Skor Kuesioner 10 Jawaban Baik : jawaban 8-10 Pertanyaan Tidak tepat = 0 Jawaban Yang tepat = 1 benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan Cukup : jawaban 5-7 benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan Kurang : jawaban benar 0%-55% dari seluruh pertanyaan <5

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden Dari tabel 3, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20,3% dan berjenis kelamin perempuan79,7%. Tabel 3. Karakteristik responden mahasiswa kepaniteraan klinik Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan 24 51 20,3% 79,7% Total 75 100% 4.2 Pengetahuan Responden tentang Fase Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi Pengetahuan responden tentang penyembuhan primer termasuk kategori baik (88% - 100%) dalam defenisi penyembuhan primer, sekunder dan tersier, lama fase reaktif/fase inflamasi berlangsung, lama terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear, nama lain dari fase poliferasi, apa yang terjadi pada saat fase proliferasi, kapan fase proliferasi akan berhenti, apa yang terjadi pada fase remodelling dan berapa lama fase remodelling berlangsung. (Tabel.4)

Tabel 4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang fase penyembuhan luka pasca eksraksi gigi. Pengetahuan Responden Jawaban Benar Jawaban Salah Jumlah % Jumlah % Defenisi penyembuhan primer 63 84,00% 12 16,00% Defenisi penyembuhan sekunder 63 84,00% 12 16,00% Defenisi penyembuhan tersier 69 92,00% 6 08,00% Berapa lama fase reaktif/fase inflamasi berlangsung 69 92,00% 6 08,00% Berapa lama transisi sel PMN menjadi sel mononuklear 68 90,07% 7 09,03% Nama lain dari fase proliferasi 68 90,07% 7 09,03% Apa yang terjadi pada fase proliferasi 64 85,03% 11 14,07% Kapan fase proliferasi akan berhenti 67 89,03% 8 10,07% Apa yang terjadi pada fase remodelling 70 93,03% 5 06,07% Kapan fase remodelling akan berhenti 64 85,03% 11 14,07% Hasil penelitian tentang pengetahuan fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi didapat persentase tertinggi pada kategori berpengetahuan baik yaitu 88%, sedangkan berpengetahuan cukup yaitu 12% dan berpengetahuan kurang yaitu 0% (Tabel 5).

Tabel 5. Kategori pengetahuan responden tentang fase penyembuhan pasca ekstraksi gigi. Kategori Jumlah Persentase Baik Cukup Kurang 66 9 0 88% 12% 0% Total 75 100% Grafik 1. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. Cukup Kurang Baik Baik Cukup Kurang

BAB 5 PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi menunjukkan 84,00% responden mengetahui defenisi penyembuhan primer yaitu penyembuhan yang terjadi pada luka bila kehilangan jaringan minimal pada susunan anatomi disekitar tepi luka, luka bersih dan tidak terinfeksi dan luka diusahakan segera melekat biasanya dengan penjahitan, plester, skin graft atau flap.. Reepitelisasi sempurna dalam 10-14 hari, menyisakan jaringan parut tipis. Sebanyak 84,00% responden mengetahui defenisi penyembuhan sekunder yaitu penyembuhan yang terjadi apabila luka yang terjadi meninggalkan celah cukup luas diantara tepi luka. Tidak ada tindakan aktif untuk menutup luka, luka sembuh secara alamiah. Pada keadaan ini terjadi remodelling selama perbaikan jaringan, penyembuhan berjalan lambat dan terdapat bekas luka. Sebanyak 92,00% responden mengetahui defenisi penyembuhan tersier yaitu penyambuhan yang terjadi pada luka yang terkontaminasi. Luka dibiarkan terbuka selama 3-5 hari untuk penanganan kontaminasi dan infeksi. Bila tepi luka telah sehat dilakukan penutupan dengan penjahitan. Hasil juga menunjukkan 92,00% responden mengetahui berapa lama fase reaktif/fase inflamasi berlangsung pada proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi, yaitu berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima dan terdiri atas fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah yang ruptur pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. 11 11,16 11,13 11,13

Hampir seluruh responden mengetahui berapa lama terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear pada proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi, Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi menuju daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau makrofag yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama lima hari dengan jumlah paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka akan dimulai fase proliferasi pada proses penyembuhan luka. 14 Hampir seluruh responden mengetahui nama lain dari fase proliferasi, akan tetapi hanya 85,03% yang mengetahui apa yang terjadi pada fase proliferasi ketika proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. Hal ini disebabkan karena responden kurang mengetahui apa yang terjadi pada fase proliferasi dan hanya 89,03% yang mengetahui kapan fase proliferasi akan berhenti pada proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. Fase proliferasi berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga yang ditandai dengan deposisi matriks ekstraselular, angiogenesis dan epitelisasi. Fibroblas memproduksi matriks ekstraselular, kolagen primer dan fibronektin untuk migrasi dan proliferasi sel. 11 Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka. 15 Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang ditandai dengan terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka, menyediakan barier pertahanan alami terhadap kontaminan dan infeksi dari luar.proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka dan dengan pembentukan jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti dan dimulailah proses pematangan dalam fase remodeling. 14 Pengetahuan responden terhadap apa yang terjadi pada fase remodelling ketika proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi tergolong baik yaitu 93,3% dan pada

berapa lama fase remodelling berlangsung pada proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi adalah 85,03% hal ini disebabkan karena pengalaman responden pada saat diklinik. Fase remodelling merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan lunak dan kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini terjadi perubahan bentuk, kepadatan dan kekuatan luka. Selama proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari dasarnya.fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal karena adanya proses penyembuhan. 14,18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU periode April 2016 Mei 2016 tentang defenisi penyembuhan luka tersier, lama fase reaktif/fase inflamasi berlangsung, lama terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear, nama lain dari fase poliferasi, apa yang terjadi pada saat fase proliferasi dan apa yang terjadi pada fase remodelling termasuk pada kategori baik 88,00%. 2. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU periode April 2016 Mei 2016 tentang defenisi penyembuhan primer, sekunder,kapan fase proliferasi akan berhentidan berapa lama fase remodelling berlangsung termasuk pada kategori cukup 14,07%. 3. Pada hasil penelitian, terlihat bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik periode Aptil 2016 Mei 2016 tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi termasuk dalam kategori baik. 6.2 Saran 1. Diharapkan kepada Departemen untuk dapat memotivasi mahasiswa kepaniteraan klinik yang akan memasuki klinik tentang pentingnya pengetahuan tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi dan sering mengulangi materi perkuliahannya. 2. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik agar meningkatkan dan mengaktualisasikan pengetahuan tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi.