PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO Risnawati Raupa, Kamaluddin dan I Wayan Darmadi raupa.risnwati@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu - Sulawesi Tengah Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model multirepresentasi terhadap hasil belajar fisika siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Dolo. Desain penelitian adalah The Non Equivalent Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII pada SMP Negeri 1 Dolo. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dengan sampel penelitian adalah kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan Kelas VIIC sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan tes hasil belajar. Teknik analisa data menggunakan teknik statistik parametrik. Hasil perhitungan statistik dari uji perbedaan rata - rata menggunakan uji-t pada taraf signifikansi diperoleh harga t hitung > t tabel dengan nilai t hitung,38 dan t tabel 1,67. Hasil pengujian N-gain diperoleh rerata skor sebesar 51,44% dengan kriteria sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan multirepresentasi terhadap hasil belajar fisika siswa. Kata Kunci: model pembelajaran berbasis masalah, multirepresentasi, hasil belajar. I. PENDAHULUAN Hasil belajar merupakan salah satu alat ukur atas apa yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar ini ditentukan oleh nilai akademik yang dicapai oleh siswa sehingga masalah hasil belajar siswa menjadi salah satu problem yang tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar siswa, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga pendidik, serta perbaikan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terus dilakukan, melalui dari berbagai penelitian untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidik, sampai dengan peningkatan mutu manajemen sekolah. [1] Pada kenyataannya, sederet usaha yang dilakukan pemerintah ternyata belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan masih jauh dari harapan. Mutu pendidikan kita khususnya pada bidang studi fisika belum mencapai hasil yang maksimal, hal tersebut disebabakan oleh siswa jarang melihat fenomena nyata atau media yang berhubungan dengan materi yang dibahas. Sebagian besar materi dan penyampaian materi bersifat berpusat pada buku, siswa jarang diajak untuk melihat langsung kejadian atau fenomena yang nyata ataupun media media yang representatif dengan fenomena yang berkaitan. Hal ini membuat siswa kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mempelajarinya. [] Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered) yang banyak dikembangkan akhir-akhir ini. Model 1
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran []. Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yaitu: pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi. Guru merancang skenario masalah, memberikan clue indikasiindikasi tentang sumber bacaan tambahan, berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan proses. Meskipun bukanlah model pembelajaran yang sama sekali baru, penerapan model problem based learning mengalami kemajuan yang pesat dibanyak perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di Negara-negara maju, sehingga penggunaan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan akan mampu mengatasi rendahnya hasil belajar fisika siswa. [3] Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan kemampuan multi representasi yang harus dimiliki setiap siswa. Multirepresentasi adalah suatu cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk seperti deskripsi verbal, gambar/diagram, grafik dan matematika Penggunaan berbagai representasi yang baik dianggap sebagai kunci keberhasilan penguasaan konsep keilmuan tertentu. Terdapat dua motivasi yang patut dipertimbangkan dalam penggunaan multirepresentasi, yaitu bagaimana siswa menggunakan berbagai representasi ketika memecahkan permasalahan dan mempelajari bagaimana cara terbaik mengajarkan pemecahan masalah menggunakan berbagai format representasi atau multirepresentasi. [4] Berdasarkan penelitian mengenai implementasi pembelajaran berbasis multirepresentasi untuk peningkatan penguasaan konsep fisika kuantum pembelajaran berbasis multirepresentasi lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa dibandingkan pembelajaran tradisional [4] serta penelitian mengenai efektivitas penggunaan model problem based learning (PBL) dengan pendekatan multirepresentasi dalam menurunkan persentase kesulitan siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pontianak terjadi penurunan persentase kesulitan siswa dan terdapat peningkatan kemampuan multirepresentasi siswa. [5] Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh penggunaan model multirepresentasi terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Dolo. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Bagi siswa, Dapat membantu siswa untuk lebih memahami suatu materi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika. () Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar fisika. (3) Bagi sekolah: Dijadikan sebagai referensi atau bahan masukan dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, khususnya SMP Negeri 1 Dolo. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan rancangan eksperimen kuasi (quasi-experimental design) yaitu penelitian dengan cara membandingkan kelompok. Adapun desain penelitian menggunakan Rancangan Pretest-Posttest yang tidak ekuivalen (the non equivalen Pretest-Postest Design). [6] Tabel 1 The non equvalen pretest-posttest design Kelompok Prates Perlakuan Pascates Eksperimen O 1 X O Kontrol O 1 - O
Keterangan: X : Perlakuan dengan model pembelajaran berbasis proyek O 1 : pretest O : posttest Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Dolo. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret-17 April 015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Dolo tahun pelajaran 014/015 yang terdiri dari 4 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII B dan VII C. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Pengujian data pada penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis dan uji peningkatan hasil belajar. Untuk uji normalitas menggunakan chikuadrat dengan kriteria penerimaan χ hitung< Tabel pada dk = (k-3) dan peluang (1- ) dengan taraf nyata α = 0,05. Data yang digunakan untuk menguji normalitas meliputi preetest dan posttest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan atau pengolahan data, hasil pengujian normalitas untuk pretest pada kelas eksperimen =,57 dan kelas kontrol =1,80 sedangkan 7,81, untuk posttest pada kelas eksperimen =3,50 dan kelas kontrol =1,90 hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik F dengan taraf signifikansi = 0,05 dengan kriteria jika F hitung < F tabel maka data dapat dikatakan bersifat Hasil dari pengujian homogenitas homogen. dengan menggunakan uji Feisher (uji F). Pengujian homogenitas varians pada kelas ekperimen dan kelas kontrol diperoleh F hitung pretest 1,08 dan F hitung posttest 1,34 dengan kriteria pengujian ( )( ) yang 3 Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) menunjukkan kedua kelas yang dijadikan sampel berasal dari populasi yang homogen. Peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen (menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan multirepresentasi) dan kelas kontrol (menggunakan pembelajaran Kemampuan awal siswa dari konvensional). pemberian tes awal (pretest) diperoleh skor rata-rata dari masing-masing kelas adalah 10,46 untuk kelas eksperimen dan 7,4 untuk kelas kontrol. Terdapat perbedaan skor rata-rata pretest kedua kelompok tersebut. Pada saat dilakukan posttest diperoleh skor rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 1,96 dengan N-gain 51,44% dan kelas kontrol sebesar 18,9 dengan N-gain sebesar 43,88%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menerima materi dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan multirepresentasi memperoleh peningkatan hasil belajar lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menerima materi dengan model pembelajaran konvensional. Namun demikian skor N-gain kedua kelas tersebut masih termasuk dalam kategori sedang. Uji perbedaan rata-rata ini menggunakan uji statistik parametrik uji-t (satu pihak). Tabel Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontol Kelas ratarata t hitung t tabel Keputusan N-gain ( = 0,05) Eksperimen 51,44 3,93 1,67 H 1 Kontrol 43,88 diterima Berdasarkan Tabel 3.4 Nilai t hitung > t tabel atau 3,93 > 1,67. Hal ini berarti bahwa nilai t hitung berada diluar daerah penerimaan H 0. Dengan demikian H 0 ditolak dan H 1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan multirepresentasi dan kelas yang menggunakan model konvensional. Rata-rata skor posttest hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor posttest kelas kontrol. Artinya, terdapat pengaruh model
multirepresentasi terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Dolo. 3. Pembahasan Pada penelitian ini, siswa yang menjadi sampel penelitian diberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal yang diberikan pada kelas kontrol dan eksperimen bertujun untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelas sama atau tidak, sedangkan tes akhir diberikan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan antara kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa di kedua kelas. Terdapatnya perbedaan hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh tahapan pembelajaran (fase pembelajaran). Ada 5 tahapan pembelajaran pada pembelajaran berbasis masalah yaitu, orientasi dan identifikasi masalah, representasi masalah dalam keompok, investigasi, presentasi hasil penyelidikan dalam berbagai representasi, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada kelima tahapan ini, tiga tahapan yang sangat mempengaruhi hasil belajar pada kelas eksperimen, pertama adalah tahap orientasi dan identifikasi masalah. Tahap ini bertujuan untuk menggali kemampuan awal dan membangun kemampuan representasi siswa dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini siswa sudah terlihat aktif dalam menyampaikan gagasan-gagasan mereka. Tahapan selanjutnya adalah investigasi. Pada tahap ini siswa berkelompok melakukan eksperimen, guru hanya membantu memberikan arahan kepada siswa apabila ada hal-hal yang belum dimengerti, sedangkan siswa yang langsung mencari tahu permasalahan serta menemukan penjelasan dan solusi dari permasalahan yang disajikan. Selanjutnya tahap presentasi hasil penyelidikan dalam berbagai representasi, pada tahap ini siswa dilatih untuk dapat membuat pembahasan dan kesimpulan mengenai hasil yang mereka peroleh selama pembelaaran berlangsug. Siswa juga dituntut untuk mampu mempresentasikan hasilnya dengan berbagai representasi kemudian mendiskusikannya dalam kelompok yang selanjutnya akan dipresentasikan di depan kelas. Menggunakan multirepresentasi, siswa menjadi lebih mudah memahami konsep dari masalah yang disajikan. Menurut Suhandi dan Wibowo dalam Fitria dkk (013) [5] kemampuan multirepresentasi siswa yang dapat menurunkan kesulitan siswa tidak hanya ditentukan dari ada atau tidak multirepresentasi yang digunakan namun, ditentukan oleh pemahaman siswa terhadap multirepresentasi tersebut. Mengingat penggunaan berbagai representasi dalam suatu penjelasan konsep dapat membantu memudahkan siswa dalam memahaminya. Ketika dengan menggunakan satu reprersentasi, pemahaman konsep siswa belum baik, maka penggunaan representasi lainnya akan membantu siswa terhadap pemahaman konsep yang bersangkutan. Dengan demikian pemahaman konsep siswa akan lebih mendalam. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan multirepresentasi pada pembelajaran tentang kalor dianggap tepat. Hal ini disebabkan penggunaan model model multirepresentasi dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal melalui langkah langkah pembelajaran yang terdapat di dalam model pembelajaran berbasis masalah. Selain itu melalui multirepresentasi yang digunakan dalam pembelajaran dapat membantu siswa ketika menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kalor melalui berbagai macam representasi seperti representasi gambar, fisis dan matematis. Berbeda halnya dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol tahapan pembelajaran menggunakan metode konvensional adalah ceramah dan tanya jawab. Guru yang lebih aktif memberikan pengetahuan sedangkan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, ketika siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mereka canggung untuk bertanya. Suasana 4
belajar seperti ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mencari tahu hal-hal penting yang berkaitan dengan pelajaran dan menjadi bosan untuk belajar serta akan terus menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan multirepresentasi terhadap terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Dolo. DAFTAR PUSTAKA [1] Muslich, M. (007). KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. [] Mahendra, Kd, Sumantri, Md, dan Margunayasa I Gd. (014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD. e-journal Mimbar PGSD., (1), 1-10. [3] Amir, TM. (010).Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana. [4] Abdurrahman,. Liliasari,. Rusli, A,. dan Waldrip, B. (011). Implementasi Pembelajaran Berbasis Multirepresentasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala Pendidikan. (1), 30-45. [5] Fitria,. Tomo,. Dan Haratua. (013). Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan Multirepresentasi Pada Usaha Dan Energi Di SMA. Skripsi Sarjana FKIP UNTAN Pontianak: tidak diterbitkan. [6] Emzir. (008). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif & Kualitatif). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 5