BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa akibat wabah penyakit menular (Depkes, 2007) alam di negara ini juga telah menyebabkan kerugian ekonomi paling sedikit US

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan terjadinya berbagai bentuk bencana. Selain itu, dimata dunia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang paling rawan bencana alam di dunia, menurut UNISDR (United

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan bencana alam, kepulauan nusantara yang berada di dalam zona tektonik dan deretan gunung api aktif yang menyebabkan wilayah ini sangat rawan bahaya gocangan gempa bumi, aktifitas dari patahan, letusan gunung api, dan tsunami. Wilayah indonesia dipengaruhi oleh aktifitas lempeng Erasia, lempeng Indo- Australia, dan lempeng tektonik mengalami pergeseran yang tiba-tiba terjadi di dalam struktur bumi akibat dari adanya tarikan dan tekanan pada titik patahan. Selain itu wilayah Indonesia merupakan negara maritim, dikelilingi oleh daerah kepulauan yang luas dapat menyebabkan wilayahnya rawan akan bencana banjir, apabila kelestarian lingkungan tidak dijaga dengan baik. Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologi wilayah Indonesia adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai yang ada di Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Lebih dari 220 juta penduduk, sebagian adalah miskin dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada umumnya bencana banjir tersebut terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian timur. Berdasarkan kondisi morfologis, penyebab banjir karena relief bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan banyak sungai mengalir diantaranya. Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan tata-guna lahan yang tidak memperhatikan daerah resapan air. Perubahan tata-guna lahan yang kemudian berakibat menimbulkan bencana banjir, dapat dibuktikan antara lain di daerah perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri sungai. Penebangan hutan secara tidak terkontrol juga menyebabkan peningkatan aliran air (run off) pemukiman yang tinggi dan tidak terkendali, sehingga menimbulkan bandang dan kerusakan lingkungan di derah satuan wilayah sungai. 1

2 Air merupakan salah satu kebutuhan penting manusia, tanpa adanya air manusia dan makhluk hidup yang ada tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Membuktikan bahwa air merupakan salah satu sumber kehidupan yang harus terpenuhi. Oleh sebab itu air harus tetap terjaga baik secara kualitas ataupun kuantitasnya, dengan demikian kita dapat memanfaatkannya dengan baik, air dapat memberikan sebuah manfaat tetapi juga dapat memberikan dampak bencana apabila air itu tidak dirawat dengan baik. Kenyataan di lapangan banyak terjadi bencana yang diakibatkan oleh air salah satunya banjir, dan ini terjadi akibat ulah manusia itu sendiri yang tidak ataupun kurang menjaga kelestarian lingkungan. Buang sampah sembarangan, menutup resapan air, perlakuan seperti ini maengakibatkan pendangkalan sungai oleh sedimentasi, dan banyak faktor yang lain menyebabkan terjadinya banjir mereka abaikan, apabila selalu diabaikan maka akan menambah akibat buruk bencana banjir di setiap tahunnya. Indonesia memiliki tantangan yang cukup besar dalam menyikapi keadaan geografis wilayahnya. Kondisi geografis Indonesia sangat mempengaruhi terjadinya berbagai bentuk bencana. Indonesia di mata dunia di kenal sebagai negara paling rawan bencana. United Nation International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) yang merupakan salah satu badan PBB yang bergerak dibidang strategi internasional pengurangan resiko bencana, menyatakan bahwa dilihat dari jumlah korban meninggal akibat bencana alam, indonesia menduduki peringkat teratas untuk beberapa jenis bencana. Jenis bencana yang dimaksud diantaranya: 1. Bencana tsunami : Peringkat pertama dari 265 Negara 2. Tanah longsor : Peringkat pertama dari 62 Negara 3. Gempa bumi : peringkat ketiga dri 153 Negara 4. Bencana banjir : Peringkat keenam dari 162 Negara Dari data diatas, dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki jumlah korban bancana yang meninggal masih tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa kesiapsiagaan bencana Indonesia masih tergolong rendah di bandingkan

3 negara lainnya di dunia. Maka dari itu, pencegahan dan kesiapsiagaan bencana oleh masyarakat di seluruh Provinsi perlu dilaksanakan. Sebagai daerah rawan bencana, pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam mengantisipasi terjadinya bencana, sebelum atau sesudah terjadinya bencana yakni mitigasi bencana, tanggap darurat dan rehabilitas rekonstruksi, kesiapsiagaan bencana sangat penting dicanangkan guna meminimalisir korban akibat dari terjadinya bencana tersebut. Disamping faktor alam yang dapat menyebabkan bencana, kompleksitas kondisi masyarakat Indonesia dari segi demografi dan ekonomi telah menambah tingginya karentanan terhadapa peristiwa bencana. Penggundulan hutan, pengikisan area perbukitan, pembakaran lahan, dan perusakan lingkungan merupakan contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai daerah. Akibatnya penderitaan dan kesukaran yang diperoleh masyarakat berada di lingkungan itu atau masyarakat yang berada jauh dari lingkungan tersebut. Dengan demikian pendidikan pengurangan resiko bencan menjadi wahana yang sangat penting untuk mewujudkan budaya siap dan siaga dalam menghadapi ancaman bencana, sekaligus sebagai perwujudan dari education for sustainable development. Kegiatan pengurangan resiko bencana sebagaimana yang telah tercantum di dalam Undang-undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana harus dimasukkan ke dalam program pembangunan termasuk dalam bidang pendidikan. Ditegaskan pula dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan resiko bencana. Adanya ketentuan untuk melaksanakan mitigasi bencana, sebagai instansi yang berwenang melaksanakan pengendalian bencana secara nasional adalah Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB). Pihak tersebut berwenang merumuskan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional, memantau dan mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Dengan program yang direncanakan BNPB berdasarkan peraturan kepala BNPB No. 4 tahun 2008

4 tentang pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana, sedangkan yang bertanggung jawab di pemerintah kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Data UNISDR bencana banjir di Indonesia menempati peringkat ke enam dari 162 Negara di dunia, maka dari itu pendidikan mitigasi bencana banjir sangat penting diberikan, terutama diberikan kepada para anak didik di sekolahan, karena bermula dari pengetahuan yang didapat dari sekolah, anak didik akan mengamalkannya di dalam lingkungan masyarakatnya. Sehingga dari proses tersebut dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir akan berkurang bahkan hilang, dan apabila sewaktu-waktu terjadi bencana banjir di sekolah, anak didik akan lebih paham dan tanggap untuk melakukan sebuah evakuasi ataupun upaya untuk menyelamatkan diri dari bencana. Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampungan banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan atau daya tampung sistem pengaliran air yang dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat dari fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit atau pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang mnyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya, disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit air. Selain itu perubahan tata guna lahan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan banjir. Perubahan tata guna lahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Perubahan tata guna lahan cenderung merubah saja tanpa memperhitungkan dampaknya maka salah satu kerugian nyata adalah terjadi bencana banjir.

5 Sekolah siaga bencana sangat penting keberadaannya dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi dengan tiba-tiba. Keberadaan pendidikan siaga bencana di sekolah sangat efektif, dinamis dan berkesenimbangunan dalam upaya penyebarluasan pendidikan dan pengetahauan kebencanaan. Pemberian pendidikan kebencanaa di sekolah sangat berdampak baik, karena informasi dan pengetahuan seputar kebencanaa yang diberikan itu dapat ditularkan dan disampaikan warga sekolahan kepada masyarakat terdekatnya. Sebenarnya bencana tidak perlu ditakuti dan menjadi beban fikiran, di dalam menghadapi bencana tidak boleh panik, tapi kenyataan yang ada masih sering ditemukan kepanikan dalam menghadapi bencana dan itu harus diminimalisir. Dalam menghadapi bencana yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan menghindari dan mengurangi resiko yang ditimbulkan dengan cara merealisasikan program mitigasi bencana. Kabupaten Surakarta merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di jawa tengah, dengan luas wilayah kurang lebih 44,1 km². Surakarta berada sekitar 65 km timur laut Yogyakarta, 100 km tenggara Semarang dan 260 km barat daya Surabaya, serta dikelilingi oleh gunung merbabu (tinggi 3145 m) dan merapi (tinggi 2930) di bagian barat, dan gunung lawu (tinggi 3265 m) di bagian timur, di daerah selatan terbentang Pegunungan Sewu. Selain dikelilingi oleh beberapa pegunungan, Surakarta juga banyak dilewati oleh beberapa sungai dan anak sungai di antaraya: Bengawan Solo, sungai terpanjang di jawa, Kali Anyar, Kali Pepe dan Kali Jenes. Sebagai daerah aliran sungai besar, dengan sendirinya Surakarta merupakan daerah limpahan debit air dari sungai yang melintas, akibatnya Surakarta menjadi daerah yang rawan akan bencana banjir, bencana banjir di Surakarta menurut BPBD Surakarta berada di 5 Kecamatan yang masuk daerah rawan bencana, 5 Kecamatan yang terdiri dari 51 kelurahan ini merupakan daerah aliran sungai yang melintas di Surakarta. Wilayah Utara terdapat Kali Pepe dan Kali Anyar, sedangkan di Selatan terdapat Kali Jenes dan Kali Premulung, di wilayah Timur terdapat Sungai Bengawan Solo. (Solopos, 26/01/2016)

6 Kondisi sekolah SMA Islam Diponegoro Surakarta yang berada di kecamatan Pasar kliwon, terutama apabila memasuki musim penghujan, karena sekolah SMA Islam Diponegoro berada dalam Kecamatan yang rawan akan bencana bajir, dimana debit air yang masuk akan bertambah di aliran bengawan solo, banyaknya debit air yang masuk akibat curah hujan yang tinggi, dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya pemahaman siswa tentang kesiapsiagaan bencana banjir. Demi mengurangi dampak yang terjadi akibat dari banjir tersebut, perlu adanya pemahaman dari siswa tentang mitigasi bencana non-struktural tentang banjir. Mitigasi non-struktural bencana adalah sebagaimana yang dimaksud dibawah ini: 1. Pelaksanaan penataan tata ruang 2. Mengatur pembangunan infrasruktur tata bangunan 3. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan penelitian baik secara konvensional maupun modern Mitigasi non-struktural adalah tindakan terkait kebijakan pembangunan kepedulian, pengembangan pengetahuan, komitmen publik, serta pelaksaan dan penyebaran informasi yang dilakukan untuk mengurangi resiko terkait dampak bencana. Mitigasi merupakan tindakan yang efesien mengurangi dampak yang ditimbulkan dari terjadinya bencana. Berdasarkan permasalahan diatas untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mitigasi non-struktural bencana banjir maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul PEMAHAMAN PENGETAHUAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR KELAS X DAN XI DI SMA ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA.

7

8 B. IDENTIFIKASI MASALAH Pada penelitian ini, peneliti dapat menarik identifikasi masalah sebagai berikut: a. Kurangnya pendidikan mitigasi bencana banjir terhadap siswa di SMA Islam Diponegoro Surakarta b. Pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap mitigasi nonstruktural bencana banjir SMA Islam Diponegoro Surakarta C. PEMBATASAN MASALAH Identifikasi masalah yang terdapat diatas masih banyak permasalahan yang harus terselesaikan. Namun menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan, maka peneliti memberikan pembatasan dalam penelitian ini supaya fokus dan jelas. Selanjutnya sebagai obyek peneliti dibatasi hanya tingkat identifikasi pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap bencana banjir dan mitigasi non-struktural bencana banjir. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah identifikasi masalah dan pembatasan masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang mitigasi nonstruktural bencana banjir di SMA Islam Diponegoro Surakarta? 2. Bagaimana tingkat pengetahuan mitigasi non-struktural bencana banjir siswa di SMA Islam Diponegoro Surakarta.? E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian yang ingin dicapai bertujuan: 1. Menganalisis tingkat pemahaman siswa terhadap mitgasi nonstruktural di SMA Islam Diponegoro Surakarta? 2. Menganalisis tingkat pengetahuan tentang mitigasi non-struktural bencana banjir pada siswa di SMA Islam Diponegoro Surakarta? F. MANFAAT PENELITIAN

9 Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan berwawasan mitigasi bencana khususnya dalam mitigasi non-struktural bencana banjir baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian juga penelitian yang akan dilakukan. Adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sabagai berikut: 1. Manfaat teoritis Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang: a. Tindakan mitigasi non struktural bencana banjir. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Manfaat penilitan ini bagi siswa atau peserta didik yaitu sebagai tambahan ilmu pengetahuan, pemahaman, keahlian dan ketrampilan dalam mitigasi non-struktural bencana banjir. b. Bagi guru Manfaat yang diperoleh Guru dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan ataupun bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam mitigasi non-struktural bencana banjir. c. Bagi sekolah Memberikan masukan agar dapat menerapkan tindakantindakan sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana dalam mitigasi non-struktural saat terjadi bencana banjir sesuai peraturan mentri pendidikan nasional dalam UU. No 24 tahun 2007. d. Bagi peneliti Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dalam mitigasi non-struktural bencana banjir