Industri gula di Indonesia sudah mulai ada sejak tahun 1637 atau sudah. yang memposisikan Indonesia sebagai produsen terbesar kedua setelah Kuba.

dokumen-dokumen yang mirip
V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan sebagainya. merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan gula.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

ha1 memberikan peluang kerja bagi masyarakat. Sektor agribisnis holtimtura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. Penggunaan model oligopolistik dinamik untuk mengestimasi fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

TEBU. (Saccharum officinarum L).

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

diungkapkan yang terkait dengan pabrik gula di Jawa, yaitu (1) pasokan usahatani tebu. Sedangkan masalah utama yang dihadapi pabrik gula di

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

DWIYANlP HENDRAWATL Efisiensi Pengusahaan Gula Tebu di Lahan Sawah Dengan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik (Dibawah biiigan RITA NJRMALINA SURYANA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

Transkripsi:

A. Latar Belakang Industri gula di Indonesia sudah mulai ada sejak tahun 1637 atau sudah berjalan selama 357 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, industri gula 4 mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan politik dan perekonomian Indonesia. Pada tahun 193 1 terdapat 179 unit pabrik gula yang memposisikan Indonesia sebagai produsen terbesar kedua setelah Kuba. Pada tahun tersebut Indonesia mampu mengekspor gula sebanyak 2 juta ton (Mubyarto dan Daryanti, 1991). Kolnoditi gula inempakan salah satu kebutuhan pokok penduduk, dan oleh sebab itu pengelolaan distribusinya memerlukan campur tangan pemerintah yaitu melalui BULOG. Berdasarkan neraca gula tahun 1989 sampai 1993, konsumsi gula di Indonesia tahun 1993 mencapai 2,45 juta ton. Diperkirakan pada tahun 1994 Konsumsi gula naik menjadi 2,5 juta ton (Anonimous, 1993). Produksi gula di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1992 produksi gula mencapai 2,3 juta ton dan 18,5 persen diantaranya diproduksi oleh pabrik gula di luar Pulau Jawa (Bhudisantosa dan Soemitro? 1993). Pada tahun 1993 produksi gula telah meningkat menjadi 2.49 juta ton dan diperkirakan pada tahun 1994 meningkat lagi menjadi 2.61 1 juta ton (Anonimous, 1993).

Produsen gula pada mulanya terpusat di Pulau Jawa yang sebagian besar dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sejak tahun 1980, melalui pencanangan peningkatan produksi gula, mulai dibangun pabrik gula baru di luar Pulau Jawa. Hal ini dilakukan karena lahan untuk tebu di Pulau Jawa semakin terbatas akibat persaingan dengan komoditi pertanian penting lainnya seperti padi dan palawija. Pada tahun 1992 tercatat 10 unit pabrik gula di luar Pulau Jawa dari 67 unit yang ada di Indonesia (Bhudisantosa al, 1993). Semua pabrik gula di luar Pulau Jawa ini mengelola lahan kering yang lnenghadapi tantangan dalam penguasaan teknologi budidaya tebu. Walaupun industri gula berada dalam struktur pasar monopsoni di tingkat produsen dengan harga ditentukan oleh pemerintah, produsen gula tidak dibatasi dalam berproduksi karena semua hail produksi dijamin akan dibeli. Unsur kekuatan produsen pada penetapan harga gula terletak pada upaya peningkatan mutu untuk mernperoleh premi mutu. Selain itu dalam penetapan harga tetes berlaku mekanisme pasar melalui kekuatan permintaan dan penawaran. Dengan kondisi seperti ini sebenarnya strategi perusahaan hanya melakukan upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam skala ekonomis sehingga dapat menekan harga pokok produksi. Bagi perusahaan BUMN strategi seperti diutarakan di atas na~npaknya tidak begitu mudah untuk dilakukan. Keterbatasan sebagai wahana

pembangunan yang sarat dengan misi sosial, rantai birokrasi yang panjang, skala usaha yang belum optimal, serta kemampuan teknologi yang belum memadai, masih merupakan tantangan yang berat bagi BUMN. Dengan sejarah yang panjang sebagai badan yartg mendorong usaha pertanian rakyat yang subsisten kepada corak usaha tani yang komercal menjadikan BUMN kurang tajarn pada usaha bisnis yang sesungguhnya. Dilain pihak aspek pemasaran yang tidak menantang menjadikan BUMN tergolong pada tingkat turbulensi yang repetitive, mentalitas memelihara, dan fungsi sukses adalah stabilitas cialam teori analisis sikap bersaing yang dikemukakan oleh Ansoff dan McDonnell (1990). Menghadapi era globalisasi dan dengan tidak mempertimbangkan secara khusus peran BUMN sebagai wahana pembangunan, BUMN perkebunan gula sudah harus berbenah din. Tidak tertutup kemungkinan kelak produsen gula Indonesia akan menghadapi saingan yang berat dengan masuknya gula impor, yang kini masih diproteksi. Tantangan dalam penguasaan teknologi budidaya tebu lahan kering dan tantangan efisiensi produksi mengharuskan manajemen untuk mempersiapkan diri terutama bagi produsen gula di luar Pulau Jawa, dengan produktivitas yan:; rendah yang mengakibatkan biaya produksi tirrggi terutama di bidang tanaman.

PT. Perkebunan XXXI (Persero) lr~erupakan salah satu pe~~ahaan gula BUMN yang mengelola dua unit pabrik gula di lahan kering yang berkedudukan di Bandar Lampung. Kedua unit pabrik gula (PG) tersebut adalah PG. Bunga Mayang yang berlokasi di Propinsi Lampung, dan PG. Cinta Manis yang berlokasi di Propinsi Sumatera Selafan. Beberapa masalah yang dihadapi oleh manajemen di perusahaan ini adalah produktivitas lahall yang masih rendah, kapasitas giling yang belum optimal, menurunnya modal kerja. dan tingkat laba yang belum menenuhi target perencanaan. Perencanaan laba, volume produksi, dan biaya di PTP XXXI (Persero) belum mempunyai landasan model teoritis. Cara-cara yang dilakukan selalua ini rnasih berdasarkan simulasi dan mencoba-coba yang didahului penetapan target laba. Pada tahap awal perencanaan diproyeksikan produksi yang akan dicapai yang terinci sesuai dengan komponen produksi yaitu luas tanaman (ha), produksi tebu per hektar, rendemen, serta produksi gula yang merupakan hasil perkalian ketiga komponen produksi yang disebutkan sebelumnya. Pada tahap ini dilakukan simulasi dengan memperhatikan realisasi produksi yang pernah dicapai, pertimbangan pertumbuhan produksi, serta faktor-faktor kekuatan dan keleniahan. Dari hasil perencanaan tahap awal ini akan diperoleh total penjuala~~ sesuai harga gula yang ditetapkan pemerintah saat itu.

Tahap kedua adalah perencanaan biaya yang mengacu kepada realisasi harga satuan tahun-tahun sebelumnya, dan dibuat oleh masing-masing bagian di unit produksi (pabrik gula). Karena laba dan penjualan telah ditetapkan, maka dalam perencanaan biaya terjadi upaya mencoba-coba sampai diperoleh perhitungan yang klop. Proses ini seringkali mgnuntut masing-masing bagian untuk mengorbankan persyaratan teknis pekerjaan. Berdasarkan ha1 tersebut di atas perlu dilakukan analisis perencanaan laba, produksi, dan biaya sehingga aiperoleh suatu model perencanaan. Diharapkan dengan model perencanaan tersebut manajemen mempunyai pegangan dan proses perencaan menjadi lebih realistis. B. Perurnusan Masalah Dalam proses perencanaan laba terkait dua faktor pokok yaitu pendapatan dan biaya. Biaya operasi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Masing-masing biaya ini bersumber dari biaya produksi dan biaya usaha. ~iaya produksi me~p2lkan biaya yang dikeluarkan oleh unit produksi, dala~n ha1 ini adalah pabrik gula. Sedangkan biaya usaha adalah biaya yang dikeluarkan oleh kantor direksi. Biaya produksi terdiri dari biaya umum, biaya pembibitan, biaya tanam, biaya tebang dai angkut, serta biaya pabrik

dan pengolahan. Sedangkan biaya usaha terdiri dari biaya umum, biaya bunga, dan biaya penjualan tetes. Untuk melakukan perencanaan laba jelas hams diikuti dengan perencanaan biaya. Dalarn perencanaan biaya ini manajemen berkepentingan untuk mengetahui pola perilaku biaya tersebut. Nrmasalahannya adalah bagaimana perilaku biaya sehingga clapat digunakan manajemen dalain perencanaan. Untuk itu perlu dilakukan analisis perilaku biaya yang dapat menghasilkan model estirnasi.biaya setiap kegiatan maupun estimasi biaya operasi total secara keseluruhan. Dalam setiap kegiatan, biaya tidak. semata-mata ditentukan oleh produk akhir. Permasalahannya adalah variabel-variabel apa yang menentukan biaya setiap kegiatan. Dalam ha1 ini perlu diteliti pernicu biaya yang merupakan faktor yang secara langsung menyebabkan peningkatan biaya. Penekanan biaya seringkali menjadi pembatas dalam kegiatan operasional, sehingga penekanan biaya ini dianggap pelaksana sebagai kebijakan yang tidak populer. Dalarn analisis ini perlu diketahui bagaimana peranan produktivitas dalam mempengaruhi biaya. Pada akhirnya perlu dijawab bagaimana peranan produktivitas terhadap perencanaan laba. Biaya tetap dan biaya variabel seringkali tidak secara eksplisit terpisah dalam perencanaan. Padahal pemisahan biaya ini sangat penting untuk perencanaan

laba terutama untuk menentukan titik pulang pokok. Biaya tetap juga penting artinya untuk mengetahui struktur biaya yang pada akhirnya dapat digunakan untuk melihat sensitivitas laba akibat fluktuasi produksi. Oleh sebab itu perlu ditentukan berapa besar biaya tetap di kedua unit produksi. Dalam kasus komoditi gula dikenal tiga maca'm pendapatan operasi yaitu: (1) Pendapatan dari penjualan gula, (2) pendapatan dari penjualan tetes, dan (3) pendapatan dari premi rnutu gula yang dihasilkan. Harga jual gula dan premi mutu telah ditetapkan oleh pemerintah, oleh sebab itu permasalahan pendapatan operasi sebenarnya terletak pada (1) total produksi gula standar; (2) total produksi gula di atas standar yang mendapat pre~ni mutu; (3) Jumlah produksi tetes, dan (4) harga jual tetes yang dihasilkan. Karena produksi gula yang mendapat premi mutu sulit untuk dikaitkan dengan biaya peningkatan mutu, maka ruang lingkup analisis haruslah dibatasi pada jumlah produksi gula standar dan jumlah produksi tetes. Manajemen belum mempunyai ukuran yang pasti mana diantara dua unit produksi yang ada perlu suatu perhatian yang lebih. Hal tersebut dapat dilihat dari kepekaan laba terhadap fluktuasi produksi dan toleransi penurunan produksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Agar manajernen mampu mendeteksi kepekaan laba terhadap fluktuasi produksi, perlu diketahui nilai kepekaan tersebut serta berapa besar toleransi penurunan produksi pada suatu sasaran laba, sehingga perusahaan tidak mengalami

kerugian. Dengan mengetahui kepekaan ini manajemen puncak dapat lebih menitik beratkan perhatian terhadap unit produksi yang mempunyai kepekaan yang tinggi dan toleransi yang rendah. Dari analisis permasalah di atas tirnbul pertanyaan yang harus dijawab. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perilaku biaya dari setiap pos pengeluaran biaya di kedua unit produksi untuk setiap produk gula dan tetes; 2. Berapa sebenarnya biaya tetap dalam kegiatan produksi di kedua unit produksi; 3. Berapa total pendapatan, volume produksi, dan biaya pada tingkat titik pul~g pokok di kedua unit produksi; 4. Bagaimana pengaruh produksi terhadap pencapaian laba dan berapa besar toleransi penurunan produksi agar unit produksi tidak mengalami kerugian; 5. Bagaimana pengaruh produktivitas terhadap biaya dan perencanaan laba. C C. Tujuan Studi Pelaksanaan studi ini bertujuan untuk : 1. Menentukan model perilaku biaya untuk setiap kegiatan sehingga dapat digunakan manajemen di setiap unit produksi dalam perencanaan biaya; 2. Menentukan besarnya biaya tetap dan total penjualan pada tingkat titik.pulang pokok di kedua unit produksi (PG);

3. Menentukan model perencanaan laba di kedua unit produksi sehingga dapat digunakan manajemen dalam perencanaan laba unit produksi; 4. Menentukan pengamh dan toleransi produksi terhadap perencanaan laba; 5. Menentukan pengaruh produktivitas produksi terhadap perencaan biaya dan perencanaan laba. C D. Kegunaan Studi Kegiatan studi ini diharapkan mempunyai manfaat ganda yaitu bagi pelaksana studi dan bagi ~erusahaan tempat studi dilakukan. 1. Bagi pelaksana studi, kegiatan ini merupakan peluang untuk menghayati serta menerapkan konsep-konsep dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti kuliah di MMA-IPB, khususnya di bidang akuntansi manajemen. 2. Bagi perusahaan tempat studi ini dilakukan, diharapkan dapat mernan- faatkan hasil studi dalam menentukan kebijakan di perusahaan, terutama yang menyangkut cara perencanaan laba, penggunaan model perencanaan anggaran biaya serta mengetahui sensiivitas laba akibat fluktuasi produksi.