RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 97/PUU-XV/2017 Perizinan Taksi Online I. PEMOHON Etty Afiyati Hentihu selanjutnya disebut sebagai Pemohon I; Agung Prastio Wibowo selanjutnya disebut sebagai Pemohon II; Mahestu Hari Nugroho selanjutnya disebut sebagai Pemohon III; Dodi Ilham selanjutnya disebut sebagai Pemohon IV; Lucky Rachman Fauzi selanjutnya disebut sebagai Pemohon V. Kuasa Hukum: Ferdian Sutanto, S.H., C.L.A., Ir. Edy M. Lubis, S.H.,M.M., M.H., Rahmat Aminudin, S.H., dkk, Advokat dan Konsultan Hukum yang tergabung dalam Tim Advokasi Hukum Pengendara Online Nasional TIMAH PANAS, memilih domisili hukum pada Rawa Kepa Utama No. 22 C, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat DKI Jakarta, (11440), berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 23 Nopember 2017. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 151 huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UU 22/2009). KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa: terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, 1
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 2. Pasal 10 ayat (1) h uruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa: terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 3. Pasal 29 ayat (1) huruf a UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi: terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Pasal 151 huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UU 22/2009), oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang-Undang a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) 1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a) perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga Negara. ; 2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu: a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji. 2
c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang- Undang yang dimohonkan untuk diuji. e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi. 3. Bahwa Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai driver/pengemudi angkutan aplikasi online; 4. Para Pemohon menyatakan berlakunya ketentuan Pasal UU a quo telah mengganggu rasa keamanan dan kenyamanan para penyedia jasa angkutan aplikasi online secara pribadi untuk bekerja mencari nafkah sebagai pengemudi/driver taksi online; 5. Bahwa berlakunya ketentuan Pasal UU a quo menimbulkan kerugian konstitusional bagi Para Pemohon yakni tidak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Pengujian Materiil UU 22/2009 yaitu: 1. Pasal 151 huruf a: Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf b terdiri atas: a. angkutan orang dengan menggunakan taksi; B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum. 2. Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3
3. Pasal 28D ayat (1): Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Bahwa Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai driver/pengemudi angkutan aplikasi online; 2. Para Pemohon adalah pengendara sekaligus penyedia jasa angkutan aplikasi online secara pribadi (non badan hukum) sekaligus sebagai pemilik kendaraan angkutan aplikasi online; 3. Para Pemohon menyatakan berlakunya ketentuan Pasal UU a quo telah mengganggu rasa keamanan dan kenyamanan para penyedia jasa angkutan aplikasi online secara pribadi untuk bekerja mencari nafkah sebagai pengemudi/driver taksi online; 4. Bahwa berlakunya ketentuan Pasal UU a quo menimbulkan kerugian konstitusional bagi Para Pemohon yakni tidak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menerima dan mengabulkan permohonan pengujian Pasal 151 huruf a UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan Pasal 151 huruf a UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025) bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) Undang - Undang Dasar Tahun 1945, sepanjang tidak ditafsirkan Angkutan orang dengan menggunakan taksi dan taksi online. Atau apabila Majelis Hakim 4
Konstitusi berpendapat dan menganggap Pasal 151 huruf a UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025) tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat dan berlaku, mohon agar Majelis Hakim Konstitusi dapat memberikan tafsir konstitusional terhadap 151 huruf a UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dengan menyatakan konstitusional bersyarat diartikan seperti dibawah ini : Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 140 huruf b terdiri atas: a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi dan taksi online 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau, apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) 5