BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan dunia usaha semakin pesat dewasa ini membutuhkan ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Salah satu usaha untuk menciptakan ketahanan dan daya saing bagi perusahaan ialah dengan menggunkan internal auditor. Internal audit adalah suatu penialaian, yang dilakukan oleh pengawas perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercaya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan kegiatan yang diaudit (Soeharmoro,2012). Seiring perkembangan perusahaan di seluruh sektor baik itu pemerintahan maupun swasta yang mulai kompleks menyebabkan keterbatasan kemampuan manajemen untuk melakukan pengendalian dan pengawasan perusahaan sehingga menjadikan audit internal sebagai fungsi yang sangat penting. Badan Pemeriksa Keuangan (2013) menyatakan bahwa, penerapan sistem pengendalian intern yang efektif dan pengelolaan risiko perusahaan secara terpadu menjadi sangat penting mengingat jumlah asset negara yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangat signifikan. Bedasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau 1
2 sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sebagai entitas bisnis, peran BUMN dirasakan cukup dominan, jumlahnya yang mencapai ratusan perusahaan dan assetnya yang secara total mencapai ratuan triliun rupiah dengan lengkap usaha yang rata-rata dapat digolongkan strategis. Oleh karena hal itu tidak heran BUMN menjadi sorotan masyarakat. Di Indonesia perusahaan swasta maupun BUMN, belum sepenuhnya memenuhi atau menganut prinsip good governance. Masih terdapat banyak kesalahan yang ada pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, terutama dalam prinsip akuntabilitas yang sangat rendah karena tidak adanya transparasi. Kemandekan dalam pelaksanaan audit terhadap aset negara tidak dikelola dengan transparan, tidak terdapat penyajian data yang rinci ke publik, sehingga sering menyebabkan mark up maupun kebocoran dana pada tingkat birokrat. Sejak tahun 2005 hingga 2011. BPK telah merekomendasikan penyelesaian kerugian negara terhadap BUMN (termasuk anak perusahaan) sebesar Rp20.397.233.650.000,00. Laporan KPK tahun 2011 juga menyebutkan bahwa sejak tahun 2004 sampai dengan 2011 terdapat pengaduan terhadap BUMN/BUMD sebanyak 36,001 kasus. Praktik kecurangan di BUMN ini pada akhirnya menyebabkan ekonomi biaya tertinggi dan mengurangi efisiensi BUMN. (sumber: www.bpk.go.id) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan masalah pengelolaan keuangan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan badan lainnya senilai Rp8,6 triliun, dengan temuan berdampak finansial yakni kerugian Rp88,9 miliar dan
3 potensi kerugian Rp692,2 miliar. Anggota BPK memeriksa 37 objek pemerksaan BUMN dan badan lainnya. Ada beberapa BUMN yang diindikasikan terdapat fraud (kecurangan) pada pengelolaan keuangannya. Rincian masalah keuangan BUMN dan badan lainnya senilai Rp8,6 triliun itu terdiri dari kerugian sebesar Rp88,9 miliar, potensi kerugian Rp692 miliar, kekurangan penerimaan Rp6,7 triliun, pemborosan yang melingkupi ketidakbekonomisan Rp447 miliar, tidak efisien Rp49 miliar, dan tidak efektif Rp587 miliar. Adapun nilai temuan yang sudah ditindaklanjuti oleh BUMN dan badan lainnya dengan penyerahan asset, penyetoran ke kas Negara dan perusahaan senilai Rp325,8 miliar. Hal tersebut disampaikan oleh Anggota VII BPK Bidang BUMN dan Migas. (sumber: ekonomi.rimanews.com, 7/04/2015). Salah satu Badan Usaha Milik Negara yang diduga terjadi kecurangan adalah PT Pos Indonesa. Kejaksaan Agung menerima laporan bahwa adanya dugaan korupsi pengadaan PDT tahun 2013 dengan nilai proyek Rp50 miliar di PT Pos Indonesia untuk tahun anggaran 2012-2013. (sumber: liputan6.com,3/11/2014). Kasus diatas diatas merupakan tindakan kecurangan yang terjadi di BUMN. Adapun faktor penyebab kecurangan tidak terlepas dari konsep segitiga kecurangan yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang disebut juga fraud triangle. Faktor tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan yang diakibatkan karena kebutuhan atau masalah finansial. Kedua, faktor kesempatan terjadi karena kurang efektifnya pengendalian internal. Dan ketiga, faktor rasionalisasi dimana sikap
4 pembenaran yang dilakukan oleh pelaku dengan merasionalkan bahwa tindakan kecurangan adalah sesuatu yang wajar. (Tuannakota,2007:107-111) Jika pengendalian intern suatu perusahaan lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud sangat besar. Sebaliknya, apabila pengendalian internal kuat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud dapat diperkecil dan jika kesalahan dan fraud masih terjadi, bisa di ketahui dengan cepat dan dapat segera diambil tindakan-tindakan perbaikan sedini mungkin. Sistem pengendalian intern merangkum kebijakan, praktik dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu: 1. Untuk menjaga aktiva perusahaan. 2. Untuk memastikan akurasi dan dapat dandalkannya catatan dan informasi akuntansi 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perushaan. 4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. Komponen pengendalian intern antara lain: lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activity), komunikasi dan informasi (information and communication), dan pemantauan (monitoring) (Intosai, 2004). Komponen pengendalian intern antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan timbul dari proses manajemen. Pengendalian intern bukanlah suatu kejadian tunggal, tetap merupakan serangkaian tindakan dan prosedur yang ada pada organisasi. Tindakan-tindakan ini melekat
5 dalam metode yang digunakan manajemen untuk melaksanakn operasi sehari-hari. Apabila salah satu komponen tidak dilaksanakan dengan memadai, maka seluruh pengendalian intern tidak akan berjalan efektif (Ruslan, 2009) Menurut hasil penelitian Festi dkk, (2014) peran audit internal berpengaruh signifikan dalam mencegah kecurangan dan Audit internal telah dilakukan secara memadai karena sudah sesuai dengan indikator dari audit internal. Namun dalam hal ini audit internal tidak sepenuhnya bisa mencegah kecurangan (fraud), tetapi audit nternal dapat meminimalkan dan mendeteksi suatu kecurangan (fraud) yang dapat terjadi di suatu perusahaan. Bedasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Studi Kasus Pada PT. Pos Indonesia (persero) Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Bedasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasian masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan kecurangan di PT. Pos Indonesia (persero) Kota Bandung. 2. Apakah audit internal telah dilakukan secara memadai di PT. Pos Indonesia (persero) Kota Bandung.
6 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai peran profesi Audit Internal dalam pencegahan kecurangan di PT. Pos Indonesia (persero) Kota Bandung. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Audit Internal dalam pencegahan kecurangan, khususnya di PT. Pos Indonesia (persero) Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Data dan informasi sebagai hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat dgunakan untuk mengawasi terjadinya kecurngan di masa yang akan datang. 2. Bagi masyarakat, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang dapat berguna untuk menambah wawasan pengetahuan dan bahan perpustakaan. 3. Bagi penulis, untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai Audit Internal khususnya dalam pencegahan kecurangan 4. Bagi pihak-pihak lain, sebagai dasar untuk penelitian lanjutan, khususnya sebagai bahan referensi dan pembanding bagi mereka yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dibidang ini.
7 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Dalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peniliti dalam penulisan skripsi ini, peniliti melakukan penelitian pada PT POS Indonesia (persero) yang bertempat di Jl. Banda No. 30 Kota Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan Febuari 2016.
8