PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN BRUNEI- MALAYSIA TAHUN ( )

dokumen-dokumen yang mirip
SEJARAH BRUNEI DARUSSALAM Oleh: Muh. Miftachun Niam /

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

1 Gambar rajah berikut menggambarkan suasana yang dapat dilihat semasa pentadbiran Brooke di Sarawak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

SEKOLAH KEBANGSAAN BATU BERENDAM, MELAKA. Penjajahan & Kebangkitan Tokoh

PANITIA SEJARAH JADUAL SPESIFIKASI UJIAN (JSU)

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

Kekayaan Ekonomi Sabah Menarik Minat Syarikat Borneo Utara British

BAB II GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

Kekayaan Ekonomi Sarawak Mendorong Penjajahan Keluarga Brooke. Abad ke-19

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

ZAKAT HARTA ORANG YANG TIDAK CAKAP BERTINDAK SKRIPSI. Diajukan Oleh: ROHANA BINTI MAHUSSAIN. Mahasiswa Fakultas Syari ah

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MASARIAH MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Beta amat murka dengan tindakan Tun Mutahir yang mengumpul banyak harta. Adakah beliau hendak menandingi kedudukan beta sebagai sultan?

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

Haji Awang Ibrahim Bin Haji Awang Ismail. Guru Agama Pertama Brunei Oleh: Zaemul Khairi Zamhari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

Bab. Bab 2. Bab 1. Bab. Bab. 4 Bab 9. 3 Bab 8. Tingkatan 5. Bab. Bab

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tamadun Islam dan Tamadun Asia Edisi Kedua (TITAS) Bab 1: 1

PEDOMAN PRAKTIKUM.

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

Komunisme dan Pan-Islamisme

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

1 : KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN NASIONALISME DI ASIA TENGGARA

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

Menelisik Tumbangnya Koalisi Pemerintah di Malaysia

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

ANALISA PASAL 25 TENTANG WAKAF DENGAN WASIAT UNDANG UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 MENURUT FIQIH MUAMALAH SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) SKRIPSI. Oleh Andriana Nafelian NIM

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

SKRIPSI LUQMAN BIN ABDUL HAMID NIM:

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

KAWIN MIS-YAR MENURUT HUKUM ISLAM (Kajian Fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawi)

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

MAJLIS PENGETUA SEKOLAH MALAYSIA (KEDAH)

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

TINGKATAN 2. b. Sultan Omar Ali Saifuddin (Sultan Brunei)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Assalamualaikum Wr. Wb

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

BAB 7: PERJUANGAN RAKYAT TEMPATAN MENGEMBALIKAN KEDAULATAN BANGSA

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Transkripsi:

PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN BRUNEI- MALAYSIA TAHUN (1946-1962) Skripsi Studi ini Dilaksanakan Sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh: Abdul Fajri NIM: 1112022000056 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pembimbing

l'crtguji I Slr'tlivuh. tr,i. l'ii. Pcrrguli ll

Nama : Abdul Fajri NIM : 1112022000056 Abstrak Skripsi ini ingin menjelaskan tentang dua hal. Tentang Peran Pergerakan Organisasi dalam pemisahan Brunei Malaysia.Pertama mengenai wilayah Brunei Darussalam pada masa penjajahan Inggris. Kedua menjelaskan tentang keberhasilan Brunei menjadi identitas politik yang independent. Penelitian ini ingin menunjukan bahwa Nasionalisme Brunei yang dipelopori Para pemuda yang menentang penjajahan Inggris dengan mendirikan BarisanPemuda pada tahun 1946, Organisasi perfilman Brunei pada tahun 1952 dan Partai Rakyat Brunei pada tahun 1956 merupakan faktor utama yang menyebabkan sultan Brunei menolak bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1962. Skripsi ini membuktikan Barisan Pemuda (BARIP) mengambil bentuk perjuangan non koperatif dan strategi perjuangannya, sedangkan Partai Rakyat Brunei (PRB) walaupun secara ideologis sama dengan kedua kelompok pendahulunya namun di awal pergerakannya menggunakan jalur politik praktis untuk mewujudkan aspirasinya via Parlemen dan Pemerintahan. Kata Kunci : Brunei Darussalam, Nasionalisme, Pergerakan Pemuda, Kolonialisme iv

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman, Islam dan Ihsan beserta limpahan hidayah dan taufik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang di ridhai Allah SWT. Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN BRUNEI MALAYSIA TAHUN (1946-1962) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Humaniora (S.Hum). Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah mendorong, membimbing dan memberikan motivasi. Ucapan terimakasih khusus nya penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan juga pernah sebagai Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak H. Nurhasan, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Miss Shalikatus Sa diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Kepada dosen pembimbing Bapak Dr.Parlindungan Siregar,M.A., yang dengan sabar dan penuh dedikasi tinggi selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan materi skripsi ini. 4. Kepada semua Dosen Sejarah Peradaban Islam maupun Dosen yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora tanpa terkecuali yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. 5. Ayahanda H. Mulyadi Akmaludin dan Ibunda Hj. Ellyh yang telah berjuang dalam membesarkan dan mendidik penulis, dan memberi segala curah kasih sayangnya sehingga penulis dapat berpendidikan lebih tinggi. semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda, amin ya rabbal alamin. v

6. Kepada Pembimbing Akademik Ibu Amelia Fauzia S.Ag.,M.A., yang selalu bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk bertanya dan meminta solusi atas beberapa kendala yang penulis hadapi. 7. Adik-adikku Fenny Vadia, Annisa Suci Amalia dan si bontot Abdul Fahreza Al Latif yang selalu menjadi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada adinda terkasih Robiyyatul Adawiyah yang selalu memberikan support dan do a kepada penulis 9. Kepada para senior Himpunan Mahasiswa Islam cabang Ciputat dan Komisariat Fakultas Adab dan Humanior yang selalu suport dan memberikan motivasi atas skrpsi ini 10. Kawan kawan seperjuangan sepanjang masa kanda Ahmad Supandi S.Hum, kanda Fikri Dikriansyah, Bang TB M.Farhan S.Ag, Syauqi Hadzami S.Hum, Ahmad Syahri S.Hum, M.Hamdani Wahid, Sayfurrahman al madura i, dan teman teman SPI angkatan 2012 yang lain nya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah menemani dan memotivasi penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman Red Ninja Indonesia yang selalu memberikan suport untuk menyelesaikan skripsi ini. Harapan dan iringan do a penulis ucapkan semoga Allah SWT meridhoi dan membalas amal baik kita semua dengan berlipat kemuliaan, amiin. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian Jakarta, 6 April 2018 Penulis vi

DAFTAR ISI ABSTRAK.. iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5 D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 6 E. Tinjauan Pustaka... 7 F. Kerangka Teori... 8 G. Sistematika Penulisan... 9 BAB II SEJARAH SINGKAT BRUNEI DARUSSALAM... 11 A. Sejarah Awal Kesultanan Brunei... 11 B. Penjajahan Inggris atas Brunei... 17 C. Pendudukan Jepang Di Brunei... 22 BAB III KEBANGKITAN GERAKAN PEMUDA DI BRUNEI DARUSSALAM... 28 A. Barisan Pemuda (BARIP)... 28 B. Organisasi Perfilman Brunei (BRUFIPCO)... 31 C. Partai Rakyat Brunei (PRB)... 34 BAB IV PERLAWANAN PARA PEMUDA DAN BERDIRINYA NEGARA BRUNEI... 36 A. Perjuangan Melalui Meja Perundingan... 36 B. Pembentukan Federasi Malaysia... 37 C. Revolusi Brunei Tahun 1962... 40 D. Perpisahan Brunei dengan Malaysia... 43 vii

BAB V PENUTUP... 46 A. Kesimpulan... 46 B. Saran... 48 DAFTAR PUSTAKA... 49 LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke 18, Benua Asia khususnya kawasan Asia Tenggara mengalami penjajahan atau Kolonialisme oleh Bangsa-bangsa Eropa. Adapun contoh dari penjajahan itu antara lain, Indonesia dikuasai oleh Belanda, Filipina dicaplok oleh Spanyol, Prancis menduduki Indo-China dan Inggris menyatakan bahwa Semenanjung Malaya dan Pulau Singapura adalah Koloninya 1. Kekuasaan Inggris di Semenanjung Malaya menjadi ancaman bagi eksistensi Kesultanan Brunei. Pengaruh Inggris di Brunei dimulai saat kedatangan James Brooke ke Kuching, Serawak pada tahun 1839 2. James Brooke adalah seorang petualang berkebangsaan Inggris yang lahir di India, ia meminjam uang dari ayahnya untuk membeli sebuah kapal guna berdagang ke Timur Jauh. James Brooke tiba di Sarawak, dimana ia kemudian menjalin persahabatan dengan Sultan dan membantu memadamkam pemberontakan yang dilakukan etnis Minoritas Bidayuh. Atas jasa-jasanya, James Brooke diangkat sebagai gubernur Serawak, 3 Pada tahun 1843 terjadi konflik antara James Brooke dan Sultan Saifudin II yang berakhir dengan kekalahan di pihak Brunei. Sultan Saifudin II akhirnya terpaksa mengakui kemerdekaan Serawak, dimana James Brooke mengangkat dirinya sebagai Raja disana. Terpisahnya Serawak membuat gerakan Inggris menjadi semakin mudah karena memiliki kawasan yang lebih strategis. Wilayah kekuasaan Brunei pun semakin mengecil, Pada tahun 1877, James Brooke juga memaksa Brunei untuk menandatangani perjanjian 1 Paul Kratoska. South East Asia, Colonial History: Imperialism before 1800. (London : Taylor & Francis, 2001),hlm 23 2 Robert Payne. The White Rajahs of Sarawak. (London : Weidenfield & Nicholson,1960),hlm 98 3 Gertrude Le Grand Jacob. The Raja of Saráwak: An Account of Sir James Brooks. London: MacMillan, 1876,hlm 13 1

2 penyewaan tanah kosong yang ada disebelah timur (kini bernama Sabah) kepada Perusahaan Borneo Utara milik Inggris. Wilayah Brunei yang awalnya begitu luas pun berubah menjadi kecil akibat dikikis oleh Inggris. 4 Pada tahun 1888, demi mempertahankan kedaulatan Brunei, Sultan Hashim Jalilu Alam telah menandatangami perjanjian kekuasaan dengan Inggris. Perjanjian itu berisi tentang keinginan Sultan Hashim agar Brunei berada di bawah pelindungan Inggris Pada masa Brunei dibawah kekuasaan Inggris, memang banyak kemajuan yang terjadi, terutama di bidang ekonomi dan pendidikan. Namun Pemerintah Kolonial Inggris mengganti hukum dan peraturan yang berlandaskan syariat Islam menjadi hukum dan perundang-undangan ala Barat yang menganut paradigma sekularistik. Kebijakan Inggris ini menimbulkan percikan api nasionalisme di kalangan Pemuda Brunei 5. Pasca Perang Dunia II, Seluruh wilayah Kalimantan Utara yang tadinya dirampas oleh Jepang, dikendalikan oleh British Millitary Administration (BMA) yang mewakili Kerajaan Inggris. Pemerintahan Administratif ini bersikap diskriminatif pada etnis Melayu Brunei, karena para pegawainya kebanyakan adalah orang Inggris atau orang India yang dibawa dari Myanmar, selain itu pula dibuat aturan bahwa Bendera Brunei hanya boleh dikibarkan di bawah bendera Inggris 6. Setelah terjadinya kekerasan Rasial antara Mayoritas Melayu dan Minoritas Cina pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandar Sri Begawan, pada tanggal 12 April 1946, di rumah Awang Yusuf bin Awang Othman, berdirilah gerakan Pemuda yang menentang Penjajahan Inggris, yang dinamai Barisan Pemuda (BARIP) yang didirikan oleh Pangeran Mohammad Yusuf yang baru kembali dari Jepang setelah kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Hiroshima. Gerakan tersebut dibentuk atas dasar nasib rakyat 4 Hussainmiya, B.A. (1995) Sultan Omar Ali Saifuddin II and Britain: The Making of Brunei Darussalam. Kuala Lumpur: Oxford University Press,hlm.80 5 Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield & Nicholson,1989),hlm.41 6 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Tarsilah Brunei : Sejarah Awal Perkembangan Islam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998), hlm.6

3 Brunei yang dikesampingkan dan bertujuan untuk menyatukan semangat pemuda guna memperjuangkan hak bangsa Melayu Brunei di negerinya sendiri dan menjadi barisan terdepan dalam menegakkan dan mempertahankan kekuasaan Sultan serta rakyat Brunei. Gerakan itu dibentuk bersama para pemuda yang berasal dari guru-guru lulusan Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI), lulusan Persekutuan Guru-Guru Melayu Brunei (LLPGMB) 7. Setelah BARIP, pada tahun yang sama, berdiri pula Persatuan Melayu Brunei (PMB) yang didirikan oleh Pangeran Muhammad Omar Ali Saifuddin dan Pangeran Abu Bakar bin Pangeran Omar. PMB didirikan untuk mempersatukan rakyat Melayu Brunei serta memperjuangkan hak-haknya. BARIP dan PMB sebenarnya sama - sama tergolong organisasi Nasionalis. Setelah kedua organisasi tersebut, tidak aktif lagi maka dibentuklah Angkatan Pemuda Brunei (APB) yang dipimpin oleh Awang Abdul Hamid bin Awang Othman dan Persatuan Murid Tua (Mutu) yang dipimpin oleh Pangeran Anak Saifudin bin Pangeran Bendahara Anak Mohammad Yasin. Tujuan kedua organisasi ini sebenarnya mirip dengan PMB dan BARIP, hanya lebih berfokus pada masalah pendidikan 8. Pada pertengahan tahun 1948, British Millitary Administration mengembalikan kekuasaan Brunei kepada Kesultanan, namun para Pejabat Inggris tidak juga hengkang dari tanah Brunei, mereka tetap mencampuri urusan dalam negeri Inggris dan hanya membiarkan Sultan mengurusi masalah Agama serta Adat. Di tahun yang sama, Pangeran Hassanal Bolkiah yang berusia 16 tahun naik tahta menjadi Sultan Brunei 9. Pada 22 Januari 1956, para Pemuda Brunei yang dipimpin oleh Awang Muhammad Azahari mendirikan Partai Rakyat Brunei (PRB). Organisasi ini bukan hanya bertujuan untuk menciptakan Kesultanan Brunei yang berdaulat 7 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998), hlm.15 8 Peter Poole. Politic & Society in South East Asia. (Singapore : McFarland,2009),hlm.115 9 Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield & Nicholson,1989),hlm.51

4 secara utuh, menjamin kemakmuran rakyat dan menjaga kehormatan Keluarga Kesultanan; namun memiliki visi yang lebih jauh untuk mewujudkan konsep Greater Brunei yang mencakup pula wilayah Serawak dan Sabah 10. Pada bulan Mei 1957, para petinggi Partai Rakyat Brunei pergi ke Inggris untuk meminta nasihat mengenai system pemerintahan pada seorang Pakar Sosial bernama W.A.E Raeburn. Beliau memberikan nasihat seputar bentuk parlemen,komposisi Kabinet dan pemilihan umum. Setelah itu, Partai Rakyat Brunei mengirimkan Memorandum kepada Pemerintah Inggris 11. Setelah kembali dari Inggris, para petinggi Partai Rakyat Brunei mengajukan beberapa tuntutan pada Sultan, seperti Hak Sultan untuk melantik dan memecat anggota Kabinet, mengadakan pemilihan umum dan yang terpenting, Partai Rakyat Brunei menghendaki agar Sultan memerdekakan diri menjadi Negara yang berdaulat dan lepas dari pengaruh Inggris 12. Dari uraian di atas, ada beberapa hal yang menurut penulis menarik untuk diteliti, yaitu Eksistensi Brunei yang dahulu merupakan Negara besar, menjadi kecil karena digerogoti Inggris. Posisi Strategis Brunei di Mata Inggris yang Notabene sebagai tempat yang sangat penting baik dari aspek strategi militer maupun ekonomi. Wilayah yang strategis dan sumber daya alam berupa minyak, membuat Inggris memiliki kepentingan di wilayah tersebut. Dipilihnya Brunei Darussalam sebagai Objek Kajian dikarenakan Brunei merupakan Negara yang sangat menarik untuk diteliti, karena Negara Brunei mempunyai banyak hal sejarah yang menarik yang belum banyak orang mengetahuinya, diantaranya tentang yang di tulis oleh penulis kali ini 10 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Liku-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Brunei Darussalam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.15 11 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei : Asia Printer,2004),hlm.38 12 Naimah Talib. A Resilient Monarchy : The Sultanate of Brunei & Regime Legitimacy in Era Democratic Nation State. New Zealand Journal of Asian Studies. Vol.4 no.2 (December 2002),hlm.139-140l

5 Selain itu, dari Sumber Sumber Tertulis, Peneliti menelaah bahwasanya usaha para pemuda untuk berjuang mencapai kemerdekaan adalah faktor kunci keberhasilan perjuangan mendirikan Negara Brunei yang merdeka. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada akhir masa penjajahan Inggris di Brunei Darussalam dan bekas wilayahnya seperti Sabah dan Serawak pada tahun 1946-1962,dari awal Berdirinya Barisan Pemuda pada tahun 1946 hingga berakhirnya penjajahan Inggris dan batal bergabungnya Negara Brunei Darussalam dengan Malaysia pada tahun 1962. Adapun dalam Objek Penelitian tersebut mencakup juga kebijakan Inggris dan respon rakyat Brunei serta fakor faktor yang mendorong keberhasilan. Adapun masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah Brunei Darusalam? 2. Bagaimana kebangkitan pegerakan nasional di Brunei Darussalam? 3. Bagaimana peranan perlawanan organisasi pergerkan dan berpisahnya Brunei dan Malaysia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dengan sejumlah permasalahan di atas, tujuan studi ini ingin menjelaskan keberhasilan Brunei mencapai kemerdekaan berkat perjuangan para pemuda lewat sumber-sumber tertulis. Karena pada dasarnya, Sejarah dapat memberikan faedah atau akan mendatangkan pencerahan bagi pembaca pada masa kini dan yang akan datang, maka manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Edukatif, dapat memberikan pelajaran bagi Rakyat Brunei dan bangsa-bangsa yang mengalami hal serupa, bahwa kemerdekaan mereka bukanlah hadiah dari pihak Penjajah, melainkan hasil dari Perjuangan para pemuda di masa lampau yang telah mengorbankan harta, benda, maupun nyawa

6 2. Sebagai Cermin bagi Bangsa-Bangsa Lain, bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang mulia seperti mendirikan sebuah Negara atau mempertahankan Eksistensi suatu Negara, perlu rasa solidaritas yang kuat dan perasaan senasib sepenanggungan. D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Menurut Sartono Kartodirdjo penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya 13. Mengingat penjelasan Sartono Kartodirdjo tersebut, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan Pendekatan sejarah dalam Studi ini. Adapun metode Penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan tata cara untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukannya secara sistematis hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. 14 Sedangkan tujuan dari penelitian historis adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi serta mensistensiskan metode pemecahan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat 15. Sebagaimana metode dan tujuannya maka dalam hal ini peneliti menggunakan (Library Research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka. 16 dalam mengumpulkan data data. dengan merujuk kepada sumber-sumber yang berhubungan dengan tema dalam skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengunjungi beberapa perpustakaan 13 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm.4. 14 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah. (Yogyakarta; Ar Ruzz Media), hlm.43-44 15 Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia,(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 1979),hlm.20 16 Mahmud,metode penelitian pendidikan, (Bandung: pustaka setia, 2011), hlm 31

7 seperti Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Adab dan Humaniora, Perpustakaan UI, dan juga Internet sebagai sumber rujukan online Perpustakaan Universitas Indonesia dan mengunjungi beberapa toko buku yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selanjutnya yaitu Identifikasi atau penafsiran sejarah (analisis sejarah), yaitu mencoba menguraikan sebab dan akibat kejadian tersebut. Fase terakhir dalam metode ini adalah historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Tahap ini adalah rangkaian dari keseluruhan dari teknik metode pembahasan. Adapun sumber pedoman yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini adalah buku Pedoman penulisan karya ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Press, dengan harapan bahwa penulisan ini tidak hanya baik dari segi isi, tetapi juga baik dari segi metode penulisan. 17 E. Tinjauan Pustaka Buku Karya Awang Mohammad Jamil al-sufri berjudul Liku-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam, 18 yang menjelaskan konsep perjuangan Brunei dalam menghadapi Inggris untuk mencapai Kemerdekaan. Seperti yang dikutip oleh penulis bahwa : Perlakukan yang diskriminatif dari Pemerintah Inggris lalu menimbulkan rasa Nasionalisme rakyat Brunei untuk melawan. Dan menimbulkan gerakan gerakan persatuan yang dipelopori para Pemuda Brunei dalam menentang Kolonialisme Inggris. Buku Karya Lord Chalfont yang berjudul By Gods Will a Portrait of Sultan Brunei 19, yang menjelaskan tentang Pemerintahan Sultan Hassanal 17 Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta; CeQDA, April 2007 18 Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, penerbit ; Jabatan Pusat Sejarah, Bandar Seri Begawan,1992 19 Weidenfeld & Nicolson, London,1989

8 Bolkiah dan juga mengenai Sejarah Brunei pada masa Penjajahan Inggris. Penelitian saya berbeda dengan Karya Lord, Skripsi ini lebih menitik beratkan pada kemunculan organisasi pergerakan yang ada di Brunei. Buku Karya Pehin Orang Kaya Amar Diraja Dato Seri Utama Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri berjudul Rampai Sejarah : Meniti Sejarah Silam, yang lebih menggambarkan Sejarah Brunei secara garis besar. Buku ini menggambarkan awal terbentuknya Kesultanan Brunei dan bentuk pemerintahan Kesultanan Brunei. Buku ini juga menjelaskan tentang para Sultan yang memimpin Brunei serta kebijakannya, dan tak lupa, hubungan dagang ataupun Diplomatik antara Brunei dan Negara lainnya. Selain Buku, Penulis juga memakai Jurnal Ilmiah sebagai Sumber Data, Jurnal Terbitan Modern Asian Studies berjudul British Administration in Brunei, yang membahas kebijakan pemerintah Inggris di Brunei. F. Kerangka Teori Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa teori, yang pertama penulis menggunakan teori gerakan sosial seperti halnya banyak di Indonesia terjadi gerakan gerakan sosial semisal dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang mana di dalam negara Demokratis masyarakat bebas atau berhak mengkritisi kinerja pemerintahan dalam bentuk sistem, atau struktural yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat dan yang kedua penulis menggunakan teori resolusi konflik yang mana suatu pergerakan masa di picu oleh suatu permasalah atau suatu konflik, oleh karena itu penulis menggunakan teori konflik dan teori gerakan sosial. Menurut Michael Useem ia mendefinisikan sejarah gerakan sosial sebagai tindakan kolektif terorganisir yang dimaksudkan untuk melakukan gerakan sosial, kemudian menurut Jhon Mccarty dan Mayer Zlad ia mendefinisikan gerakan sosial sebagai upaya terorganisir untuk melakukan hal-hal apapun yang bernilai sosial atau ke[pentingan bersama. Sedangkan jika mengutip dari Charles Tilly yang dimaksud dengan gerakan sosial adalah

9 upaya melakukan perubahan melalui interaksi yang berkelanjutan di antara warga negara dan negara 20 Robert Lawang menerjemahkan Bahwasanya Konflik sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dengan tujuan mereka yang berkonflik itu tidak hanya meraih keuntungan tetapi juga untuk menundukan persaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber sumber kemasyarakatan ( ekonomi, politik, sosial dan budaya ) yang relatif terbatas. 21 Untuk menyelesaikan konflik di Brunei Darusalam atas desakan dari inggris untuk bergabung dengan federasi Malaysia kemudian kondisi pada waktu itu Sultan menjadi faktor utama untuk menolak bergabung dengn federasi malaysia sehingga pada waktu itu sultan (Pangeran Muhammad Yusuf bin awang Othman) membuat Barisan Pemuda (BARIP) mengambil bentuk perjuangan non koperatif dan strategi perjuangannya. maka penulis mengambil teori resolusi konflik khususnya konflik yang sudah berada pada tahap peperangan. Kemudian penulis juga memasukan teori Gerakan Sosial yang mana pada waktu itu kondisi Brunei Darusalam memiliki organisasi BARIP (barisan pemuda) dan PRB (partai rakyat brunei) yang bergerak untuk melakukan perlawanan terhadap Inggris yang mana Inggris menggabungka Brunei dengan Malaysia atau federasi malaysia pada tahun 1962 dan pada waktu itu Masyarakat Brunei tidak sepakat dengan kebijakan Inggris tersebut. G. Sistematika Penulisan Dalam kajian penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam tiga bahasan yang meliputi: Pendahuluan, Isi, dan Kesimpulan. Kemudian 20 Astrid s Susanto-susanto, Masyarakat Indonesia memasuki abad ke 21, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998,hlm.21. 21 Robert Lawang, Buku materi Pokok Pengantar Sosiologi, (jakarta Universitas Terbuka, 1994),hlm 53.

10 dibagi menjadi lima bab. Pembagian dalam bab-bab ini dikelompokan berdasarkan pada permasalahan. BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori serta sistematika penulisan. BAB II Pada bab ke dua penulis membahas tentang sejarah awal berdirinya Kesultanan Brunei, kemudian lanjut kepada penjajahan Inggris atas Brunei, dan terakhir dalam bab dua ini membahas tentang Jepang menjajah brunei. BAB III Bab tiga membahas tentang kebangkitan pemuda di brunei darusalam yang meliputi seperti bergeraknya barisan pemuda (BARIP),kemudian barisan perfilman brunei (BRUFIPCO), kemuian terakhir membahas partai rakyat brunei (PRB). BAB IV Bab empat membahas tentang perjuangan melalui meja perundingan, pembentukan federasi malaysia, revolusi brunei tahun 1962, dan terakhir perpisahan antara brunei dan malaysia. BAB V Bab lima menerangkan kesimpulan dari skrisi, sedangkan saran memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan judul penulis

BAB II SEJARAH SINGKAT BRUNEI DARUSSALAM A. Sejarah Awal Kesultanan Brunei Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada sejak abad ke 6 Masehi, sedangkan penyebutan Brunei dalam Sumber Sejarah Cina Klasik adalah Poli atau Bunlai 1. Pada zaman Dinasti Liang, Poli adalah sebuah Kerajaan yang terdiri atas 36 kampung dan dipimpin oleh Raja bernama Pinka. Poli mengirimkan Upeti kepada Kaisar Cina berupa Burung Nuri, Kulit Penyu dan Obat-obatan Tradisional 2 Sedangkan dalam Naskah Negarakertagama, Brunei dikenal dengan nama Baruneng. Berdasarkan Naskah Negarakertagama pula, disebutkan juga bahwa Brunei adalah Negara Bawahan (Vassal State) dari Kerajaan Majapahit, yang setia mengirimkan Upeti dalam jumlah besar setiap tahunnya 3. Islam Masuk ke wilayah Brunei pada tahun 1264 atau sekitar abad ke 13. Hal ini ditandai dengan penemuan Batu Nisan Ruqayyah Binti Sultan Abdul Madjid dan Sayyid Ali Bafaqih yang menggambarkan kedatangan Islam di Brunei yang dibawa oleh para Pedagang dan Musafir secara berangsur-angsur. Melalui proses dakwah yang Penetration Pasifique, Islam mendapat tempat di hati rakyat dan Penguasa Brunei 4. Dalam Hikayat Brunei, dikatakan bahwa Raja Pertama yang memeluk Agama Islam adalah Awang Alak Betatar, Setelah menikah dengan Putri Raja Sang Nila Utama dari Wangsa Sang Sapurba yang menguasai Pulau Tumasik 1 Johannes L. Kurz. "Boni in Chinese Sources: Translations of Relevant Texts from the Song to the Qing Dynasties" (PDF).Universiti Brunei Darussalam. National University of Singapore. p. 1 2 Chin JM. The Serawak Chinese. (Kuala Lumpur : Oxford University Press,1981),hlm.2 3 DGE Hall. Sejarah Asia tenggara. (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional),hlm.82-83 4 Haji Zain bin Haji Serudin. Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam : Studi Islam di Asia Tenggara. (Surakarta : Muhammadiyah University Press,1999),hlm.73 11

12 (Singapura), iapun memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Sultan Muhammad Syah 5. Berdirinya Kesultanan Brunei, dipastikan pula oleh Kronik Dinasti Ming. Pada tahun 1370, Kaisar Hongwu mengirimkan Utusan ke Poni (Brunei) yang diketuai oleh Chang Ching Tze bersama seorang Pejabat Prefektur Fujien bernama Sin Tze. Kedua utusan itu melaporkan pada Kaisar Hongwu bahwa sekarang Poni telah berubah menjadi Kesultanan Islam yang dipimpin Ma-Ho-Ma-Sha, Ejaan Mandarin dari Muhammad Syah 6. Adapun Mazhab Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat Brunei adalah Mazhab Syafii, seperti halnya masyarakat di tanah Melayu dan seluruh kepulauan Nusantara 7. Bahkan dalam Silabus dan Kurikulum Pendidikan di Brunei, kita dapat menemukan Kitab-kitab Fiqih Klasik seperti Sabiqul Muhtadin, Al-Mukhtasar, Ghayatul Taghrib Fil-Irthi wa-taasib; serta Kitab Tasawuf macam Misyaful Arfah dan Hidayah Walid Lil Walad 8. Dari Pernikahan Sultan Muhammad Shah dengan putri Raja Sang Nila Utama, ia dikaruniai anak perempuan bernama Putri Ratna Dewi. Putri Ratna Dewi kemudian diperisteri oleh seorang Utusan dari Dinasti Ming bernama Huang Senping. Karena menikahi Putri Sultan, Huang Senping dianugerahi Gelar Pangeran Maharaja Lela dan juga hadiah berupa tanah di daerah Sabah, yang kemudian dinamai Kinabatangan yang artinya Sungai Cina, karena itu Huang Senping juga dikenal sebagai Adipati Kinabatangan 9. Sepeninggal Sultan Muhammad Syah, Tahta Kesultanan Brunei diwarisi oleh Maharaja Karna atau yang lebih dikenal sebagai Sultan Abdul Madjid Hasan. Pada tahun 1408, untuk mempererat hubungan dengan Kekaisaran Ming Tiongkok, Sultan Abdul Madjid pergi ke Daratan Cina 5 Yura Salim. Ririsej Kesultanan Brunei.(Bandar Sri Begawan : Dewan Bahasa & Pustaka Brunei,2002),hlm.1 6 Mahmud Seddon bin Awang Othman. Pemimpin Era Baru. (Bandar Sri Begawan : Univeristas Brunei Darussalam,1996),hlm.4 7 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Jakarta: Prenada Media, 2005),hlm.29-30 8 Haji Zain bin Haji Serudin. Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam : Studi Islam di Asia Tenggara. (Surakarta : Muhammadiyah University Press,1999),hlm.82-83 9 Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn Books,2000). hlm. 145 157

13 namun ia tidak sempat bertemu Kaisar karena sakit mendadak. Sultan Abdul Madjid kemudian wafat pada usia 28 tahun, jenazahnya tidak dibawa pulang ke Brunei melainkan dikebumikan di Nanjing, Cina 10. Setelah Sultan Abdul Madjid meninggal, Adik Sultan Muhammad Shah yang bernama Awang Pateh Barbai naik tahta dengan gelar Sultan Ahmad. Selama Pemerintahan Sultan Muhammad Syah dan Sultan Abdul Madjid, Sultan Ahmad mengabdi sebagai Pengiran Bendahara (Perdana Menteri). Sultan Ahmad juga menikahi adik perempuan Huang Senping dan dikaruniai seorang Putra bernama Nahkoda Angging dan seorang Puteri bernama Ratna Kesuma 11. Karena Nahkoda Angging menjadi Raja di Sulu, maka yang mewarisi tahta Kesultanan Brunei adalah menantu Sultan Ahmad, suami dari Ratna Kesuma yang bernama Syarif Ali. Beliau adalah anggota Keluarga Keturunan Rasulullah dari jalur Hassan bin Ali yang mengabdi sebagai Sharif Mekkah dibawah Pemerintahan Dinasti Mamluk. Ayahnya adalah Syarif Ajlan bin Rumaithah dan kakeknya adalah Syarif Muhammad Abu Numaie Al- Awwal 12. Pada masa Sultan Syarif Ali, usaha dakwah Islam yang serius mulai digalakan. Para ulama dan mubaligh dikirim ke seluruh wilayah Pesisir dan Pedalaman Kalimantan Utara untuk mengajak masyarakat agar mau memeluk Islam. Walaupun ada hambatan dari masyarakat yang masih banyak memeluk agama Hindu-Buddha maupun Animisme, namun Sultan Syarif Ali tidak menyerah. Selain aktif dalam berdakwah, Sultan Syarif Ali juga banyak menulis Kitab dan mendirikan Masjid, karena ketakwaannya inilah beliau dijuluki oleh masyarakat Brunei sebagai Sultan Berkat 13. 10 Gordon Melton. Faiths Across Time: 5,000 Years of Religious History. (California : ABC Clio, 2014). hlm.958 11 Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn Books,2000). hlm. 145 157 12 Al Habib Ali bin Thahir al Hadad. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. (Jakarta : Penerbit Lentera,2001),hlm.144-145 13 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Tarsilah Brunei : Sejarah Awal Perkembangan Islam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.33

14 Dari Pernikahan antara Ratna Kesuma dan Syarif Ali, lahirlah seorang Putera Mahkota bernama Sulaiman. Karena pemerintahannya yang adil dan selalu memprioritaskan kesejahteraan rakyat, Sultan Sulaiman dijuluki oleh rakyat sebagai Sang Aji Brunei & Adipati Agong, semua itu tak lepas dari pendidikan agama yang diajarkan oleh ayahnya, Syarif Ali sedari kecil. Sultan Sulaiman juga berjasa membangun Benteng Batu untuk mempertahankan garis Pantai Brunei 14. Pemimpin Brunei yang terbesar dan teragung adalah Putra Sultan Sulaiman yang bernama Sultan Bolkiah. Nama beliau diabadikan menjadi nama Wangsa/Dinasti keluarga Kesultanan Brunei yang masih berkuasa hingga hari ini. Sultan Bolkiah terkenal karena melakukan perjalanan keliling Nusantara, sehingga ia dijuluki Nahkoda Ragam 15. Ketika Sultan Bolkiah mendarat di Jawa, ia melihat ladang-ladang berwarna hijau, ditumbuhi padi. Bahkan beras merupakan bahan pokok utama di Asia Tenggara dan Nasi adalah makanan utama penduduk di Nusantara. Pada abad ke 15, Padi menjadi Tanaman Favorit yang dapat tumbuh dimana saja 16. Melihat fakta tersebut, Sultan Bolkiah berkesimpulan bahwa Padi sangat penting bagi kesejahteraan hidup masyarakat Jawa, ia yakin bahwa jika Padi ditanam di Brunei maka penduduk Brunei akan semakin sejahtera. Maka Sultan Bolkiah memboyong orang orang Jawa ke Brunei untuk mengajari penduduk Brunei bercocok tanam Padi 17. Pada masa Sultan Bolkiah, Kesultanan Brunei memperluas wilayahnya dengan melakukan ekspansi ke seluruh Kalimantan Utara, menjadikan 14 Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn Books,2000). hlm. 145 157 15 Yura Salim. Ririsej Kesultanan Brunei.(Bandar Sri Begawan : Dewan Bahasa & Pustaka Brunei,2002),hlm.45-46 16 Anthony Reid. Asia Tenggara DalamKurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin. (California : Yale University Press, 1957),hlm.23 17 Ahmad Ibrahim dkk. Islam di Asia Tenggara : Perkembangan Kontemporer. (Jakarta : LP3ES,1990),hlm.388-389

15 wilayah Brunei membentang dari Sabah di Timur hingga Serawak di Barat. Sultan Bolkiah juga menundukkan Wilayah Sulu dan Kepulauan Filipina 18. Pada tahun 1500, Sultan Bolkiah menyerang Kerajaan Tondo di Filipina. Namun ia kemudian mengampuni Kerajaan tersebut dan mendirikan Kesultanan Maynila di wilayah Tondo dengan sebuah kota berarsitektur Melayu sebagai ibukotanya, dinamai Selurong. Dengan demikian, Kerajaan Tondo menjadi Negara bawahan Brunei yang dikendalikan lewat Kesultanan Maynila 19. Pada tahun 1524, Sultan Bolkiah wafat dan puteranya yang bernama Abdul Kahar naik tahta. Ia mewarisi wilayah yang luas dari ayahnya meliputi seluruh Kalimantan Utara, Kepulauan Sulu, dan Mindanao. Sayangnya, ia turun tahta pada tahun 1830 untuk memberi kesempatan pada keponakannya, Saiful Rijal untuk menjadi Sultan 20. Pada masa ini, Brunei harus menghadapi ancaman Penjajah Barat. Armada Spanyol yang dipimpin oleh Ruy Lopez de Villalobos dan Miguel Lopez de Legaspi mendarat di Filipina. Penaklukan Kepulauan Filipina dilakukan oleh pasukan ekspedisi Spanyol pada tahun 1525, dan berhasil menaklukkan Kesultanan Maynila. Tentara Spanyol kemudian mendirikan kota Manila sebagai Basis Pemerintahannya. Pada tahun 1529, Karl von Habsburg selaku Raja Spanyol menandatangi Perjanjian Zaragossa, ia melepaskan Klaimnya atas Maluku pada Portugis & mendapatkan Filipina 21. Pada tahun 1578, hubungan Brunei-Spanyol memburuk karena Spanyol mencaplok Kesultanan Sulu. Tak hanya itu, Spanyol bahkan juga melakukan Invasi terhadap wilayah Kesultanan Brunei. Sultan Saiful Rijal kemudian memberikan Ultimatum kepada Spanyol agar pergi dari Sulu atau Brunei 18 Muhammad Yusoff Hashim. Sejarah Malaysia (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan Pustaka,1990),hlm.250 19 William Henry Scott. Barangay: Sixteenth Century Philippine Culture and Society. (Quezon City: Ateneo de Manila University Press,1994),hlm.37 20 Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn Books,2000). hlm. 145 157 21 Agoncillo, Teodoro A. (1990), History of the Filipino People (Eighth ed.), University of the Philippines,,hlm73

16 akan melakukan penyerangan dengan menggunakan armada besar guna merebut Kesultanan Sulu. 22 Gubernur Filipina, Fransisco de Sande menuntut Brunei untuk tidak menyebarkan dakwah Islam di Filipina karena dianggap mengganggu kegiatan missionaris. Selain itu Spanyol juga menuntut Brunei agar membuka diri terhadap para missionaris di kawasan tersebut. Sayangnya upaya Spanyol untuk menguasai kawasan Brunei tidak membuahkan hasil karena negeri itu sedang dilanda oleh penyakit disentri dan kolera 23 Wabah tersebut membuat Spanyol mengalami kerugian besar dan akhirnya meninggalkan Brunei dan mundur kembali ke Manila pada tanggal 26 Juni 1578. Spanyol begitu kuat dalam menghadapi alat untuk berperang tetapi lemah dalam menghadapi penyakit, pendudukan atas Brunei pun akhirnya hanya bertahan selama 72 hari. Kerugian yang diderita oleh Brunei akibat pertempuran tersebut tidak terlalu besar karena Putra Sultan Saiful Rijal, yaitu Sultan Muhammad Hasan berhasil merebut kembali Kesultanan Sulu dan mendudukkan Putranya, Pengiran Tengah sebagai Sultan Sulu, walaupun Sultan Muhammad Hasan tetap tak berhasil merebut Luzon dan Mindanao. 24 Setelah Sultan Muhammad Hassan wafat, Penguasa Brunei berturut turut adalah Abdul Jalilul Akbar, Abdul Jalilul Jabbar dan Muhammad Ali. Pada era Sultan Muhammad Ali, terjadi perselisihan diantara Pengiran Muda Bongsu dan Pengiran Muda Alam yang berawal dari Adu Ayam. Pengiran Muda Bongsu membunuh Pengiran Muda Alam karena mengejek beliau, ia juga mencekik Sultan Muhammad Ali hingga tewas. Pengiran Muda Bongsu lantas menobatkan diri sebagai Sultan Abdul Mubin. Perang saudara ini akhirnya di menangi oleh cucu Sultan Muhammad Ali yang bernama Sultan Muhyiddin. Karena kemenangan beliau terjadi berkat bantuan Sultan Sulu, beliau menghadiahkan sebagian wilayah Sabah kepada Sultan Sulu. Sejak 22 Frankham, Steve. 2008. Footprint Borneo. Footprint Guides. Hlm. 278 23 Robert Day McAmis, Malay History : The History and Challenge of Resurgent Islam in Southeast Asia(Michigan : Wm. B. Eerdmans Publishing,2002),hlm.35 24 Graham E Saunders.A history of Brunei. (London : Routledge,2002),hlm. 54-60

17 saat itulah sebagian besar Sabah lepas dari wilayah Brunei dan menjadi wilayah kesultanan Sulu 25 B. Penjajahan Inggris atas Brunei Pada abad 18, kawasan Asia Tenggara mangalami masa kolonialisme. Apalagi menjelang awal abad 19 kekuasaan kolonialisme Barat telah masuk ke kawasan Asia khususnya Asia Tenggara. Dalam hal ini kawasan Asia Tenggara mengalai masa kolonialisme. 26 Contoh-contoh dari kolonialisme itu adalah. Indonesia yang dikuasai oleh Belanda, Indo-cina oleh Perancis, Fhilipina oleh Spanyol dan Amerika, Malaya dan Singapura dikuasai oleh Inggris. 27 Kawasan Malaya sudah dikuasai oleh Inggris menyebabkan Brunei mengalami kondisi yang berbahaya. Pengaruh Inggris di Brunei di mulai saat kedatangan James Brooke ke Kuching, Serawak, pada tahun 1839. Bahkan James Brooke melakukan perjanjian dengan Sultan Hashim Jailul Alam Aqamadin. Kekuasaan Brunei yang sebenarnya meliputi Serawak hingga Sabah. Akan tetapi, akibat dari perjanjian yang dilakukan oleh Sultan Hashim dengan James Brooke menyebabkan sebagian wilayah Serawak diambil alih kekuasaannya pada tahun 1841. Kedatangan Inggris di Brunei disebabkan karena pengaruh Kolonialisme yang yang terjadi di wilayah Asia Tenggara. Pada awalnya Kerajaan Inggris tidak berniat menaklukan Brunei karena menurut mereka wilayah jajahan mereka sudah sangat banyak. Mereka menganggap wilayah Brunei tidaklah memiliki arti penting ataupun memberikan keuntungan signifikan bagi Imperium Britannia. Jadi, Awal mula kedatangan Inggris di Brunei dipelopori oleh pihak Swasta yaitu James Brooke, seorang Petualang Berkebangsaan Inggris yang lahir di India, ia meminjam uang dari ayahnya untuk membeli sebuah kapal guna berdagang ke Timur Jauh. James Brooke tiba di Sarawak, dimana ia kemudian menjalin persahabatan dengan Sultan 25 Constancio B. Maglana. Sabah is Philipinnes. (Manila : Parliamentary Press,2002),hlm.34 26 Jamil Al Sufri 1990.Op.cit hlm. 37 27 Haji Awang Mohd. Jamil Al Sufri, Liku Liku perjuangan pencapaian Kemerdekaan Brunei Darrusalam, Pusat Sejarah Brunei, 1992. hlm XLVI

18 dan membantu memadamkam Pemberontakan yang dilakukan Etnis Minoritas Bidayuh. Atas jasa-jasanya, James Brooke diangkat sebagai Gubernur Serawak, 28 Pada tahun 1843 terjadi konflik antara James Brooke dan Sultan Saifudin II yang berakhir dengan kekalahan di pihak Brunei. Sultan Saifudin II akhirnya terpaksa mengakui kemerdekaan Serawak, dimana James Brooke mengangkat dirinya sebagai Raja disana. Lepasnya Serawak membuat gerakan Inggris menjadi semakin mudah karena memiliki kawasan yang lebih strategis.wilayah kekuasaan Brunei pun semakin mengecil, Pada tahun 1877, James Brooke juga memaksa Brunei untuk menandatangani perjanjian penyewaan sisa wilayah Sabah kepada Perusahaan Borneo Utara milik Inggris. Wilayah Brunei yang awalnya begitu luas pun berubah menjadi kecil mungil akibat dikikis oleh Inggris. 29 Pada tahun 1844, James Brooke berunding dengan Sultan Brunei mengenai penyerahan Pulau Labuan untuk digunakan oleh Inggris sebagai Pertambangan Batubara dan Pangkalan Militer untuk melindungi Kapal-kapal dagang Inggris. Pada 18 Desember 1846, sebuah perjanjian telah yang menyebabkan Pulau Labuan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya diserahkan pada Inggris. James Brooke diangkat menjadi Gubernur Labuan yang pertama dan Konsul besar di Sabah. Willian Napier dilantik sebagai Wakil Gubernur, Hugh Low sebagai Bendahara Kolonial dan Spencer St.John sebagai penasihat urusan colonial. Akan tetapi Labuan tak berkembang layaknya Singapura dan Pulau Pineng, sebagaimana yang diharapkan penggagasnya 30. Pada tahun 1826, Singapura, wilayah Penang dan Malaka diletakkan di bawah satu administrasi yang disebut Straits Settlements. Mulai tahun 1867 28 Gertrude Le Grand Jacob. The Raja of Saráwak: An Account of Sir James Brooks. London: MacMillan, 1876,hlm 13 29 Hussainmiya, B.A. (1995) Sultan Omar Ali Saifuddin II and Britain: The Making of Brunei Darussalam. Kuala Lumpur: Oxford University Press,hlm.80 30 Nicholas Tarling. Britain,Brooks & Brunei. Passific Affairs. Vol.45 no.3 (Autumn 1962),hlm.460

19 Straits Settlements dijadikan bagian dari British Malaya. Pada tahun 1890, Labuan juga dijadikan bagian dari Straits Settlements 31. Pada tahun 1865, seorang Konsul Amerika di Brunei, Claude Lee Moses telah menyewa Borneo Utara dari Sultan Brunei selama 10 tahun. Kemudian ia menjual lagi ke American Trade Company, kemudian berpindah tangan ke Konsul Austria-Hungaria di Hongkong, Baron Gustav von Overbeck. Gutsav von Overbeck diangkat menjadi Maharaja Sabah, Rajah Gaya & Sandakan dalam perjanjian dengan Sultan Abdul Momin pada 29 December 1877. Ia juga diangkat menjadi Dato Bendahara Sabah dalam perjanjian dengan Sultan Jamaluzzamam dari Sulu pada 22 Januari 1878. Namun karena Kaisar Austria sekaligus Raja Hungaria, Franz Joseph von Habsburg Lothringen menolak mengucurkan dana untuk Investasi di Sabah, Gustav von Overbeck memutuskan menjual wilayah Sabah pada Alfred Dent yang mewakili Pemerintahan Inggris 32. Untuk membereskan sengketa perbatasan dengan sesama negara penjajah, pada tahun 1885, Spanyol dan Inggris menandatangani Protokol Madrid dengan Kekaisaran Jerman sebagai mediatornya. Isi Protokol tersebut adalah : Inggris mengakui kekuasaan Spanyol atas Kesultanan Sulu, sebaliknya Spanyol membatalkan klaimnya atas wilayah Sabah yang dahulu merupakan teritori Kesultanan Sulu 33. Di bawah tirani penjajahan Inggris, rakyat Brunei melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah, namun seperti yang terjadi di Indonesia, perlawanan tersebut bersifat kedaerahan dan dipimpin oleh para tokoh lokal karismatis. Salah satu pejuang itu adalah Datuk Muhammad Salleh atau yang dikenal dengan nama Mat Salleh, seorang pria berdarah campuran Suluk dan Bajo, ia meneruskan pekerjaan ayahnya, Datuk Balu sebagai Kepala Desa di daerah Lingkabo dan Sungai Sugut. Pekerjaan utama 31 Ensiklopedia Islam Jilid 5, Asia tenggara.(jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve). hlm.327 32 Leight R Wright. Historical Notes on the North Borneo Dispute. The Journal of Asian Studies,Vol. 25, No. 3 (May, 1966), hlm. 471-484 33 Leigh R. Wright. The Anglo-Spanish-German Treaty of 1885: A Step in the Development of British Hegemony in North Borneo. Australian Journal of Politics & History, vol.18, no.1, hlm.62 75

20 Mat Salleh adalah memungut pajak kepada pedagang-pedagang yang berlayar melalui Sungai Sugut pada tahun 1894 34. Inggris tidak senang dengan perbuatan Mat Salleh itu, lalu menyerang Mat Salleh di Jambongan serta membakar perkampung Mat Salleh di Sungai Sugut pada tahun 1896. Namun, Mat Salleh dapat melepaskan diri. Mulai saat itu, Mat Salleh bertekad menentang keganasan Inggris. Pada bulan Juli 1897. Mat Salleh dan pengikut-pengikutnya menyerang dan menjarah aset milik Inggris di Pulau Gaya. Pada Saat itu di tahun yang sama juga, Mat Salleh menyerang dan membakar markas Residen Inggris di Ambong 35. Pada bulan Desember 1898, Inggris menyerang pertahanan Mat Salleh di Ranau. Mereka kalah dan banyak pasukan Inggris terbunuh. Selanjutnya pada bulan Januari 1898, Inggris sekali lagi menyerang pertahanan Mat Salleh di Ranau dengan angkatan tentera yang lebih besar. Mat Salleh terpaksa menyerah dan mengundurkan diri dan membangun basis pertahanan yang baru, yang lebih kuat dan kukuh di kampung Tibabar, Tambunan 36.Basis pertahanan Mat Salleh di Tambunan ini sangat sulit ditembus. Benteng ini diperbuat dengan batu-bata, kayu serta jerami sehingga tidak dapat ditembus peluru. Setiap kota dijaga ketat dan terdapat beberapa terowongan atau jalan bawah tanah yang rahasia digunakan untuk meminta bantuan-bantuan senjata, makanan dan lain-lain dari luar kota. Jalan rahasia ini juga dijadikan rute untuk menyelamatkan diri apabila dikepung musuh 37. Tidak lama kemudian, Inggris menawarkan perdamaian dan Mat Salleh setuju, walaupun ditentang anak buahnya. Tetapi pada 1899, Inggris mencoba menyerang Tambunan dan menyebabkan peperangan meletus kembali. Akhirnya pada 31 Januari 1900, Benteng Tambunan ditembus akibat 34 Uqbah Iqbal, Nordin Hussin, Ahmad Ali Seman. Sejarah Perkembangan Nasionalisme Melayu Sebelum Kemerdekaan. (Munich : BookRix,2014),hlm.39 35 R.M. Jasni. Semangat perjuangan Datu Paduka Mat Salleh dan Saham Kaum Dusun Menentang Penjajah. (Kota Kinabalu: Iris Publishing & Distributors,2012), hlm.16 36 Emin Madi, Potiukan. (Bloomington : Xlibris, 2012),hlm.7 37 Low Kok On. Reading Symbols & Mythical Landscape in the Tambunan Dusun Origin Myth of North Borneo. IJAPS Vol. 2 (Nov) 2006,hlm.69-688

21 serangan hebat Inggris yang berhasil mematahkan pertahanan Mat Salleh. Peristiwa itu menandakan gugurnya Mat Salleh sebagai pejuang bangsa 38. Pejuang lainnya yang berperang menentang Penjajahan Inggris, adalah Ontoros Antanom, seorang kepala suku Dayak Murut. Menurut sejarah lisan lokal, ia diklaim memiliki kekuatan gaib. Karena itu ia mampu menyatukan para kepala suku Dayak dan warga desa mereka dari seluruh wilayah Keningau, Tenom, Pensiangan dan Rundum untuk memberontak melawan despotisme Inggris 39. Di bawah Penjajahan Inggris, selain mereka memaksakan banyak pajak yang penduduk setempat tidak pernah mendengar sejak era Kesultanan Brunei, Inggris juga memaksa setiap keluarga Suku Dayak Murut untuk memiliki dua anak agar dapat menyerahkan salah satu dari mereka sebagai tenaga kerja paksa 40. Kehabisan toleransi, Ontoros Antonom mengumpulkan hampir seribu prajurit suku Dayak dari Tenom, Keningau dan Pensiangan untuk melawan kerajaan Inggris pada tahun 1915 41. Para perwira Inggris yang benar-benar terkejut ketika ratusan Prajurit Dayak membanjiri gedung pemerintahan dan mengayau 42 prajurit-prajurit Inggris. Pada bulan April 1915, Inggris mengirim 400 tentara dilengkapi dengan senjata api untuk melakukan serangan balik. Meskipun pasukan Dayak hanya menggunakan senjata primitif mereka seperti sumpit, pedang dan mandau, tentara Inggris gagal mengalahkan mereka. Oleh karena itu, Inggris membuat jebakan dengan menawarkan perundingan damai di Rundum. Ketika Ontoros Antonom dan pengikutnya sedang dalam perjalanan ke tempat perundingan, 38 Regina Lim. Federal-state Relations in Sabah, Malaysia: The Berjaya Administration, 1976-85. (Singapore : Institute of Southeast Asian Studies, 2008),hlm.27 39 Sue Russel. Conversion, Identity, and Power: The Impact of Christianity on Power Relationships and Social Exchanges. (Maryland : University Press of America, 1999),hlm.26-27 40 Callistus Fernandez (1999) 'Contesting colonial discourse: rewriting Murut history of resistance in British North Borneo from 1881 to 1915'. Akademika, vol.54. hlm. 81-103. 41 DeWitt C. Ellinwood, Jr., Cynthia H. Enloe. Ethnicity and the Military in Asia. (New York : Transaction Publishers,1978),hlm.202 42 Mengayau berasal dari kata kayau yang berarti memotong kepala musuh. Mengayau adalah tradisi Suku Dayak guna mendapatkan daya hidup dari manusia yang dipenggal sehingga bermanfaat bagi desa, pribadi maupun sebagai sebab-akibat hukum adat.

22 ratusan tentara Inggris mengepung dan menangkap mereka. Kemudian Ontoros Antonom dieksekusi 43. Kondisi Brunei yang sudah sedemikian lemahnya akibat digerogoti wilayah teritorialnya membuat Sultan Hasyim Alilul Alam Aqamaddin menandatangani perjanjian dengan Inggris pada tahun 1888 yang meletakkan Brunei di bawah Protektorat Inggris, yang menandai akhir dari kedaulatan Brunei sebagai negara merdeka. Akhirnya Sultan mengirimkan permintaan kepada pemerintah Inggris agar mengirimkan warga Inggris ke Brunei untuk membantu menjalankan pemerintahan. Inggris segera membangun sekolah, Kantor Pertanahan & kepolisian. Kemakmuran Brunei mulai kembali terlihat sejak Inggris menemukan ladang minyak di Seria pada tahun 1929 44. C. Pendudukan Jepang Di Brunei Pada masa perang dunia ke dua, Jepang mengadakan perluasan kekuasaan ke wilayah selatan. Wilayah yang mulai di datangi oleh Jepang adalah wilayah Asia Tenggara. Hampir seluruh wilayah Asia Tenggara di kuasai Jepang. Jepang melakukan ekspansi ke Asia Tenggara dalam rangka perluasan kekuasaan wilayah serta menunjukan kekuatan Jepang kepada bangsa Eropa. Wilayah Asia Tenggara yang di kuasai oleh Jepang meliputi, Semenanjung Malaya, Indonesia, dan Borneo Utara. Wilayah Brunei merupakan wilayah yang terdapat di Borneo Utara. Jepang pertama kali datang ke Brunei pada tahun 1941. Jepang masuk ke Brunei melalui wilayah Kuala Belait pada tanggal 16 Desember 1941. 45 Jepang masuk Ke Brunei dengan kekuatan sekitar 10.000 tentara. 46 Jepang Mulai menguasai Brunei secara menyeluruh setelah berhasil menduduki Bandar Sri Begawan yang 43 Anthony Kirk Greene. On Crown Service: A History of HM Colonial and Overseas Civil Services, 1837-1997.(London : IB Tauris, 1999),hlm.182 44 Hussainmiya, B.A. (2006) Brunei: Revival of 1906: A Popular History. (Bandar Seri Begawan: Brunei Press Sdn),hlm.65 45 C.Mary Thurnbull, A History Of Malaysia,Singapore,and Brunei. Sydney: Allen and Unwin 1989.hlm.220. 46 Haji Zaini nin haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme Di Brunei (1939-1962). Brunei : Asia Printes. 2004.hlm.2

23 merupakan pusat pemerintahan Brunei pada 22 Desember 1941 47. Kedatangan Jepang ke Brunei di sambut oleh rakyat karena beranggapan bahwa Jepang membebaskan rakyat dari jajahan kolonial Inggris 48, hal ini juga terjadi di wilayah Semenanjung Melayu dan Indonesia. Jepang Menguasai Brunei selama tiga setengah tahun. Dalam masa penjajahan Jepang di Brunei, rakyat Brunei merasakan penderitaan yang berat akibat dari kurangan nya bahan makanan yang layak dimakanserta pakaian yang menyebabkan banyak rakyat yang menderita berbagai penyakit mulai dari kekurangan gizi hingga penyakitkulit yang parah. Hal ini berbanding terbaik dengan yang dirasakan oleh pihak Jepang. Jepang setelah berhasil menguasai Borneo Utara yang melingkupi Serawak, Brunei, Sabah mulai mengadakan langkah-langkah uantuk menjaga kekuasaan mereka. Dimulai dari pendirian indrustri minyak di Kilang minyak Seria yang berlokasi di Brunei, memiliki tujuan untuk sumber dana perang, pertahanan serta pembentukan konsep kerjasama Great East Asia Co-Prosperity Sphere yang berada di bawah hegemoni kepemimpinan Jepang 49. Meskipun rakyat menderita pada masa penjajahan Jepang, ada juga sisi positifnya. Akibat dari penjajahan Jepang menimbulkan rasa nasionalisme orang Melayu di Brunei. Pada saat dijajah swlama tiga setengah tahun telah meningkatkan kesadaran dan perasaan anti kolonial yang akhirnya membawa pada keinginan rakyat untuk merasakan kemerdekaan dari penjajah. 50 Pada tahun 1942, Tentara Kekaisaran Jepang melakukan Invasi terhadap Pulau Kalimantan. Kampanye Militer ini bertujuan untuk menguasai pulau Kalimantan, dan penyerangan dipusatkan ke Kerajaan Sarawak,Brunei, Borneo Utara serta bagian barat dari Kalimantan yang saat itu masih bagian dari Hindia Belanda. Pasukan Jepang yang dikerahkan untuk misi ini adalah Pasukan Infanteri ke-35, yang dipimpin oleh Mayor Jendral 47 Ibid.hlm 3 48 Ibid.hlm 4 49 Pembentukan konsep agar muncul kepercayaan pada pihak Jepang. Ibid. 50 Haji Awang mohd. Jamil Al Sufri. The Survival of Brunei: A Historical Perspective. Bandar Sri Begawan: Pusat Sejarah Brunei, 2002,Hlm.3

24 Kiyotake Kawaguchi. Pasukan Jepang kemudian berhasil memenangkan pertempuran ini dan menguasai seluruh wilayah Kalimantan 51. Jepang menandatangani perjanjian dengan Sultan Ahmad Tajuddin mengenai Transisi Pemerintahan Brunei. Pengiran Dato Awang Ibrahim yang sebelumnya merupakan sekretaris Residen dibawah Pemerintahan Inggris, dilantik sebagai Sekretaris Negara dibawah Gubernur Jendral Jepang 52. Dibawah pendudukan militer Jepang, Sarawak & Brunei dipersatukan namun dibagi menjadi 3 daerah administratif (shu): Kuching-shu, Miri-shu (termasuk wilayah Brunei) & Sibu-shu. Sedangkan, Sabah & Labuan dibagi lagi menjadi 2 Area: Sekai-shu (termasuk Labuan) & Tokai-shu. 5 wilayah Shu dipimpin oleh seorang Gubernur Militer Jepang dengan penduduk Melayu Pribumi sebagai Pegawainya 53. Pemerintah Militer Jepang, dibawah Semboyan Greater Asia Co- Prosperity Sphere mencoba membangkitkan Sentimen Anti Eropa dengan mengajarkan bahasa Jepang, menggalakan pemakaian bahasa Melayu, melarang pemakaian bahasa Inggris dan mengajarkan Pendidikan Militer serta memberikan beasiswa pada Pemuda-pemuda Melayu. Salah satu yang mendapat beasiswa adalah Pengiran Yusuf, yang menempuh pendidikan Ilmu Pemerintahan di Hiroshima dan AM Azahari yang mendapat kesempatan untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor, Indonesia 54.Adapun dari segi Infrastruktur, Pemerintah Militer Jepang tidak banyak melakukan pembangunan di Brunei. Adapun bangunan peninggalan Pemerintah Jepang hanyalah Bandar Udara pertama di Brunei yang sempat rusak selama pemboman pasukan sekutu 55. 51 Arthur Ernest Percival The War in Malaya.(London, Eyre & Spottiswoode, 1949),hlm.115 52 AVM Horton. British Adminsitration in Brunei 1906-1959. Modern Asian Studies. Vol.20 no.2 (1986),hlm.365 53 Paul Kratoska. Southeast Asian Minorities in the Wartime Japanese Empire.(London : Routledge,2013),hlm.50 54 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei : Asia Printer,2004),hlm.3 55 Joginder Jessy Sing. History of Southeast Asia (1824-1965).(Kedah : Penerbit Darul Alam,1985),hlm.315

25 Semua rencana Jepang untuk menarik hati penduduk Melayu Brunei berhasil membangkitkan Nasionalisme dan semangat Anti-Kolonialisme pada Elit dan sebagian Rakyat Brunei, bahwa mereka harus bisa berdiri sendiri kelak 56. Namun tidak semua rakyat Brunei merasa demikian, Minoritas Cina seperti halnya di Cina Daratan maupun wilayah lain di Asia Timur yang di duduki oleh Tentara Jepang, merasa diperlakukan secara Diskriminatif oleh Pemerintah Militer Jepang 57. Hal tersebut mendorong Albert Kwok, seorang Simpatisan Kuomintang (Partai Nasionalis Cina) untuk melancarkan pemberontakan. Ia mendapat bantuan dari Imam Marjukim, seorang Ulama asal Sulu yang menentang pemerintah Jepang, juga Tuah Panglima Ali sebagai pemimpin Suku Bajo. Pada tanggal 10 October 1943, Pemberontakan pecah di Kinabalu. 300 orang Gerilyawan Cina dibantu oleh Sukarelawan Sulu dan Bajo menyerang Barak-barak Militer Jepang, Kantor Polisi dan membakar desa desa. Pemberontakan baru bisa dipadamkan tanggal 21 Januari 1944, dimana Pemerintah Jepang bertindak kejam dengan mengeksekusi Albert Kwok dan seluruh pasukannya 58. Selain Pemberontakan dari Minoritas Cina, Jepang juga harus menghadapi serbuan dari Pasukan Sekutu. Royal Australian Air Force (RAAF) menggelar Operation Phyton untuk membebaskan Kalimantan Utara dari cengkraman Jepang. Tentara Australia melatih anggota Suku Dayak untuk berperang melawan tentara Jepang. Para prajurit Dayak ini terbukti sangat berguna, mereka menangkap 150 orang tentara Jepang dan memberitahu lokasi kilang kilang minyak tentara Jepang. Berdasarkan informasi tersebut, satu Divisi tentara Australia yang disebut Z Force, terjun dengan Parasut dari Pesawat di Batu Lawi untuk menyerang Kilang Minyak 56 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei : Asia Printer,2004),hlm.5 57 Danny Tze-Ken Wong. Historical Sabah: The Chinese. (History Publications,2004),hlm.116 58 Maxwell J Hall. Kinabalu Guerrillas: An Account of the Double Tenth 1943 (Borneo Literature Bureau,1965),hlm.146

26 yang diduduki tentara Jepang, Operasi ini gagal krn Pesawat tersebut ditembak jatuh oleh Artileri Anti Serangan Udara milik Tentara Jepang 59. Pada tanggal 10 Juni 1945, Pasukan Australia yang dipimpin oleh George Wooten dan Victor Windeyer mendarat di Muara Bawah dan melaksanakan Operation Oboe Six untuk merebut kembali Brunei. Mereka didukung oleh US Air Force dan US Marine. Brunei & Kalimantan Utara berhasil direbut dalam 3 hari. Perang berakhir dengan menyerahnya Letnan Jendral Baba Masao di Labuan pada tanggal 10 September 1945 60. Setelah Perang Dunia II, pemerintahan baru dibentuk di Brunei bawah Pemerintah Militer Inggris (BMA) yang terutama terdiri atas perwira dan prajurit Australia. Pemerintahan Brunei dialihkan ke Administrasi Sipil pada tanggal 6 Juli 1946 di Brunei. Dewan Negara juga dihidupkan kembali tahun itu. BMA ditugasi untuk menghidupkan kembali ekonomi Brunei, yang rusak dan porak-poranda akibat pendudukan oleh tentara Jepang 61. BMA dipimpin oleh seorang Komisaris Besar, yang bertanggung jawab langsung pada Pemerintahan Kerajaan Inggris di London. Komisaris Besar mengendalikan administrasi pemerintahan tidak dari Ibukota Bandar Sri Begawan, melainkan dari Kuching, ibukota Serawak 62. Seperti ketika dahulu Inggris menggerogoti wilayah Brunei, sekarang BMA juga kembali memecah belah wilayah Brunei seperti sediakala. Rupanya, Inggris tidak mau ada yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan dan memerdekakan wilayah Kalimantan Utara yang luas, seperti yang dilakukan Soekarno dengan memerdekan Indonesia pada tahun 1945. Sarawak, wilayah bekas Kesultanan Brunei di sebelah Barat, pada masa 59 Dick Crofton Horton. Ring of fire: Australian guerrilla operations against the Japanese in World War II (Secker & Warburg,1983),hlm.70 60 Ooi Keat Gin. Prelude to Invasion: Covert Operations Before the Re-Occupation of Northwest Borneo, 1944-45. Journal of the Australian War Memorial. (October 2002), hlm.37 61 Marie-Sybille de Vienne. Brunei: From the Age of Commerce to the 21st Century. (Singapura : NUS Press, 2015),hlm.105 62 Jatwan Sidhu. Historical Dictionary of Brunei Darussalam. (New Jersey : Scarecrow Press,2009),hlm.37-38

27 lampau yang kini juga dikendalikan oleh BMA, diubah formatnya menjadi Koloni Mahkota (Accretia Colony) Kerajaan Inggris 63. Tentunya usaha Inggris tersebut juga memunculkan perlawanan dari masyarakat Serawak yang dipimpin oleh Rosli Dhoby yang mendirikan Organisasi Rukun 13 bersama dengan Morshidi Sidek, Awang Rambli Amit Mohd Deli dan Bujang Suntong. Organisasi tersebut adalah sebuah organisasi sel rahasia, yang terdiri atas para nasionalis, yang menargetkan pembunuhan terhadap para pejabat pemerintahan Kolonial Inggris di Sarawak.Rosli Dhoby sendiri berhasil membunuh Komisaris Besar BMA, Sir Duncan George Stewart. Meskipun demikian, Inggris berhasil menangkap para Pemberontak dan tetap menjadikan Serawak bagian dari Koloni Mahkota (Accretia Colony) Kerajaan Inggris 64. Inggris juga melakukan hal yang sama pada wilayah bekas Kesultanan Brunei di sebelah Timur yaitu Sabah. BMA segera mengubah wilayah Sabah menjadi Koloni Mahkota (Accretia Colony) Kerajaan Inggris. Edward Francis Twining, diangkat sebagai Gubernur Sabah. Usaha Inggris tersebut tidak mendapat penolakan dari penduduk lokal 65. Pada pertengahan tahun 1948, BMA mengembalikan kekuasaan Brunei kepada Kesultanan, namun para Pejabat Inggris tidak juga hengkang dari tanah Brunei, mereka tetap ikut campur urusan dalam negeri Brunei dan hanya membiarkan Sultan mengurusi masalah Agama serta Adat 66. 63 Patricia Pui Huen Lim & Diana Wong. War and Memory in Malaysia and Singapore. (Singapore : Institute of Southeast Asian Studies,2000),hlm.124 64 Abang Saifuddin bin Abang Bokhari. Rosli Dhobby : Rukun Berdarah. (Kuala Lumpur : PT.S.One,2005),hlm.11 65 Anthony Kirk Greene. On Crown Service: A History of HM Colonial and Overseas Civil Services, 1837-1997.(London : IB Tauris, 1999),hlm.183 66 Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield & Nicholson,1989),hlm.51

28 BAB III KEBANGKITAN GERAKAN PEMUDA DI BRUNEI DARUSSALAM A. Barisan Pemuda (BARIP) Berakhirnya Perang dunia kedua mengakibatkan terjadinya dekolonisasi di seluruh kawasan Asia. Tuntutan akan kemerdekaan di hampir semua negeri yang tunduk pada kekuasaan Penjajah Barat semakin kuat. Dimulai dari Indonesia pada tahun 1945, efek berantai dari dekolonisasi mulai menerpa kawasan Asia lain, termasuk Asia Tenggara 1. Rasa nasionalis mulai tumbuh pada rakyat Brunei pada tahun 1946, terutama pada kaum intelektualnya. Muncul keinginan dari para nasionalis dan kaum intelektual untuk mendirikan organisasi masa yang bertujuan sebagai wadah untuk menyalurkan paham nasionalisme yang pada masa itu sedang berkembang pesat. Orang-orang yang mendirikan organisasi pemuda merupakan para pemuda yang belajar di Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI). 2 MPSI merupakan perguruan tinggi yang melahirkan para pemimpin dan tokoh intelektual di wilayah melayu. MPSI juga berperan sebagai tempat pelatihan guru guru yang saling bertukar corak kebudayaan dan politik di wilayah Melayu. Semangat Kemerdekaan tersebut juga menjamur di Tanah Melayu. Hal tersebut mengakibatkan tumbuhnya Nasionalisme Melayu dan Semangat untuk mendirikan Negara Melayu guna menegakkan Hegemoni Bangsa Melayu melawan Kolonialis Barat dan etnis minoritas Cina. Adapun 3 Elemen Pembentukan Nasionalisme Melayu adalah Islam, Identitas Melayu, dan kesetiaan pada Kesultanan 3. Salah satu Ideologi yang mempengaruhi Nasionalisme di kawasan Asia Tenggara adalah Komunisme. Alasannya, karena Doktrin Sosialis-Komunis 1 Ensiklopedia Islam. Dinamika Masa Kini. (Jakarta : PT.Ikhtiar Baru van Hoeve,2002), hlm.10 2 Perguruan tinggi yang lulusannya banyak berpengaruh dalam perkembangan nasionalisme di negaranya 3 Radin Soenarno. Malay Nationalism : 1896-1941. Journal of Southeast Asian History. Vol. No.1 (Maret 1960),hlm.1-28 28

29 seperti Perjuangan Buruh dan Revolusi Kelas sangat menarik perhatian Golongan Marjinal yang senantiasa hidup dalam kekurangan dan mendambakan kebebasan, termasuk di Brunei. Keinginan untuk bebas itulah yang mendasari mereka untuk mendirikan organisasi pergerakkan guna mewujudkan aspirasinya 4. Setelah terjadinya kekerasan Rasial antara Mayoritas Melayu dan Minoritas Cina pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandar Sri Begawan, Pada tanggal 12 April 1946, di rumah Awang Yusuf bin Awang Othman, berdirilah gerakan Pemuda yang menentang Penjajahan Inggris, yang dinamai Barisan Pemuda (BARIP) yang didirikan oleh Pengiran Mohammad Yusuf yang baru kembali dari Jepang setelah kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Hiroshima. Gerakan tersebut dibentuk atas dasar nasib rakyat Brunei yang dikesampingkan dan bertujuan untuk menyatukan semangat pemuda guna memperjuangkan hak bangsa Melayu Brunei di negerinya sendiri dan menjadi barisan terdepan dalam menegakkan dan mempertahankan kekuasaan Sultan serta rakyat Brunei. Gerakan itu dibentuk bersama para pemuda yang berasal dari guru-guru lulusan Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI), lulusan Persekutuan Guru-Guru Melayu Brunei (LLPGMB) 5. Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) & Persekutuan Guru-Guru Melayu Brunei (LLPGMB) memiliki peran yang sangat krusial dalam berdirinya Barisan Pemuda (BARIP). Hal itu dikarenakan kedua lembaga pendidikan tersebut membantu mengembangkan kesadaran politik, melatih kepemimpinan serta menumbuhkan kesadaran untuk memperjuangkan eksistensi khazanah sastra dan kebudayaan Melayu. Bisa disimpulkan bahwa kedua lembaga itu adalah STOVIA nya Brunei, karena dari situlah Kebangkitan Nasional mulai muncul di negeri itu 6. 4 Fujiro Hara. The North Kalimantan Communist Party & The People Republic of China. The Developing Economies. Vol.13 no.4 (December 2005),hlm.460 5 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.15 6 William Roff. The Origin of Malay Nationalism. Journals of Politics. Vol.30 no.2 (May 1968),hlm.564-566

30 Walau Barisan Pemuda (BARIP) pada dasarnya bukanlah Organisasi Politik semacam Indische Partij di Indonesia namun Sultan Ahmad Tajaluddin sendiri mengakui bahwa Barisan Pemuda (BARIP) melakukan Agitasi pada para pemuda agar diberikan jabatan sebagai Pegawai Negeri di Pemerintahan. Barisan Pemuda (BARIP) menjadi forum bagi kaum Nasionalis untuk menyuarakan ide seputar kemerdekaan. Dalam waktu singkat Barisan Pemuda (BARIP) sudah memiliki cabang di Kinabalu, Labuan, Papar, dll. Pada tahun 1947, Barisan Pemuda (BARIP) berhasil menjaring sekitar 1047 anggota. Dewan pimpinan Barisan Pemuda (BARIP) terdiri atas 36 orang, adapun para petingginya yang terkenal adalah Haji Muhammad Saleh, Pengiran Yusuf, Awang Mohammad bin Awang Usman, Awang Abdullah bin Awang Jafar,dan Jassin Affandi 7. Barisan Pemuda (BARIP) juga terpengaruh oleh Perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu bukti nyatanya adalah penggunaan Warna Sang Saka Merah Putih sebagai warna Benderanya dan mengajak para anggotanya untuk mencontoh semangat orang orang Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pengaruh itu muncul karena masyarakat sering mendengarkan siaran Radio Republik Indonesia (RRI) yang mulai sejak Agustus 1945. Saat itu Brunei belum memiliki siaran Radio sendiri, maka bukan hal yang aneh apabila rakyat Brunei dapat mendengarkan siaran Radio dari Negara tetangga. Selain itu, majalah majalah dari Indonesia juga turut mempengaruhi pikiran para pemuda Brunei untuk memperjuangkan kemerdekaan 8. Para anggota Barisan Pemuda (BARIP) juga sudah mulai memikirkan untuk menggunakan media tertulis sebagai sarana untuk mempropagandakan ide-ide perjuangan. Pengiran Yusuf pernah menulis buah pemikirannya di 7 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Liku-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Brunei Darussalam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.6 8 Peter Poole. A Politic & Society in Southeast Asia. (Singapore : McFarland,2009),hlm.21

31 Koran Melayu Raya. Pengiran Yusuf juga pernah menulis sajak berjudul Merdeka 9. Sayangnya mulai awal tahun 1950an, Barisan Pemuda (BARIP) mulai melemah. Hal itu disebabkan karena semangat pergerakan rakyat mulai menurun. Selain itu para tokoh Barisan Pemuda (BARIP) seperti Haji Muhammad Saleh, Pengiran Yusuf, Awang Mohammad bin Awang Usman, Awang Abdullah bin Awang Jafar,dan Jassin Affandi mulai menjauhi kehidupan politik karena harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Boleh dikatakan, kaum intelektual ketika itu tak mampu berjuang karena kemiskinan sehingga tiada lagi yang memberi semangat pada rakyat untuk berjuang 10. Setelah Barisan Pemuda (BARIP), tidak aktif lagi maka dibentuklah Angkatan Pemuda Brunei (APB) yang dipimpin oleh Awang Abdul Hamid bin Awang Othman dan Persatuan Murid Tua (Mutu) yang dipimpin oleh Pengiran Anak Saifudin bin Pengiran Bendahara Anak Mohammad Yasin. Tujuan organisasi ini sebenarnya mirip dengan Barisan Pemuda (BARIP), hanya lebih berfokus pada sektor pendidikan; mirip seperti PNI Pendidikan yang didirikan oleh Bung Hatta 11. B. Organisasi Perfilman Brunei (BRUFIPCO) Organisasi Pergerakan Pemuda di Brunei muncul kembali pada tahun 1952. AM Azahari, Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terinspirasi oleh tokoh tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti DN Aidit, Njoto dan Sudisman selama ia menetap di Indonesia, memiliki ide untuk membuat organisasi pergerakan sendiri, yang disebut Organisasi Perfilman Brunei atau yang lebih dikenal dengan nama Bahasa Inggrisnya Brunei Film Corporation, disingkat BRUFIPCO. Organisasi ini berbeda dengan Barisan Pemuda 9 Muhammad Abdul Latif. Sejarah Kesusastraan Melayu. (Brunei : Dewan Pustaka& Bahasa,1980),hlm.28 10 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa?. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998,hlm.34 11 Peter Poole. Politic & Society in South East Asia. (Singapore : McFarland,2009),hlm.115

32 (BARIP) yang lebih banyak bergerak di bidang Sosial-Budaya, BRUFIPCO lebih menekankan bidang perfilman dalam perpolitikan Brunei dengan tujuan utamanya adalah memprovokasi para pemuda agar mau melawan Pemerintah Inggris 12. Azari sendiri merupakan pemuda yang naisonalis akan Negara nya tersebut yaitu Brunei yang di kirim ke Indonesia untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi bentukan Jepang pada tahun 1942. Semasa di Indonesia Azhari turut ikut serta dalam Partai Pemuda Nasional Indonesia (PPNI) yang aktif berjuang dalam pertahanan kemerdekaan Indinesia pada tahun 1945-1946 13. Pada tahun 1951 Azhari pulang ke Brunei setelah mengetahui kondisi Brunei yang mengalami masa-masa kemiskinan. Setelah sepulangnya dari Indonesia Azhari mangadakan acara pertemuan dengan para tamu yang datang ke rumah ayahnya di kampung halamannya yaitu di Padang 14. Dalam pertemuan itu Azhari berpidato tentang keikut sertaannya dalam perjuangan nya melawan Belanda di Indonesia. Dia banyak menggambarkan kegigihan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaannya dan dia menginginkan hal itu terjadi juga di Brunei.Banyak dari masyarakat yang datang dalam pertemuan tersebut merupakan tokoh-tokoh intelektual Brunei yang mendirikan organisasi masa seperti BARIP, PGGMB, APB, MUTU. Tujuan Azhari mengadakan pertemuan tersebut adalah tiada lain untuk menyadarkan kepada masyarakat dan tokoh-tokoh intelektual tentang keburukan dan kekejaman sistem pemerintahan penjajah. Azhari juga mengecamkan kepada masyarakat Brunei bahwa masyarakat Brunei harus memiliki rasa anti penjajah. Hal ini juga didasari terjadinya kesenjangan ekonomi antara orang Melayu dengan yang bukan Melayu serta ketidakadilan 12 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.10 13 Haji Awang Mohd. Jamil Al Sufri. Brunei Darussalam : The Road To Independence. Bandar Sri Begawan: Pusat Sejarah Brunei. 1998. hlm.19 14 Ibid.hlm.23

33 penjajah yang telah merampok kekayaan alam Brunei berupa minyak dan rakyat tidak mendapatkan apa-apa. Setelah berhsil mendapat dukungan dari masyarakat pada tanggal 28 Oktober 1952, Azhari mengadakan suatu pertemuan atau rapat di Sekolh Chung Hwa di Bandar Brunei. Tujuan dari rapat itu adalah untuk menumbuhkan sebuah lembaga bisnis perfilman, Azhari sendiri yang menjadi penggagasnya. Setelah di sepakati oleh semua peserta rapat akhirnya di putuskan untuk mendirikan Brunei Film Production Company atau di singkat menjadi (BRUFIPCO). Hal ini di dasari dari sedang maraknya perfilman Brunei dan masyarakat sangat membutuhkan itu yang sedang mengalami kondisi yang memperihatinkan 15 Ketika BRUFIPCO berdiri, tidak ada yang menyangka bahwa organisasi tersebut memiliki tujuan lain selain berbisnis. Waktu itu bisnis Film sedang marak di Brunei, karena rakyat membutuhkan hiburan untuk mengalihkan pikiran dari kemiskinan yang melanda mereka.namun Azahari memanfaatkan organisasi ini untuk mempropagandakan isu-isu kemerdekaan. Adapun film-film yang diputar mulai dari film Perjuangan kemerdekaan Amerika besutan Hollywood sampai film-film documenter yang memancing rakyat agar melawan penjajah 16. Sayangnya, hal tersebut tercium oleh Pemerintah Inggris dan Kesultanan Brunei. Sir Anthony Campbell selaku Komisaris Besar Inggris mengatakan bahwa BRUFIPCO hanyalah kedok bagi kampanye politik Azahari dan semua uang yang ia dapatkan dari organisasi tersebut digunakan demi perjuangan politiknya. Berdasarkan hal tersebut lah, Pemerintah Inggris mendesak para Bankir agar tidak memberikan kredit usaha tambahan bagi BRUFIPCO. Namun Azahari masih terus berkeras melanjutkan propagandanya hingga Izin Usaha BRUFIPCO dicabut dan ia bersama tokoh tokoh BRUFIPCO seperti Haji Mohammad Manggol dan Jas Karim 15 Ibid.hlm.25 16 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa?. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998,hlm.6

34 ditangkap Polisi Inggris. Mereka dituduh telah merencanakan kudeta dan divonis hukuman penjara selama 1 tahun 17. C. Partai Rakyat Brunei (PRB) Kegagalan BRUFIPCO, membuat Azahari yang baru keluar dari Penjara, memikirkan ide untuk menciptakan Organisasi Pergerakan yang baru. Pada tanggal 12 Agustus 1956, Azahari mendirikan Partai Politik yang bernama Partai Rakyat Brunei (PRB). PRB adalah Partai Politik Pertama dalam Sejarah Brunei. Landasan Ideologinya adalah Nasionalisme yang dipengaruhi oleh Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Tujuan utama partai ini adalah penghapusan segala bentuk penjajahan, Pemerataan kesejahteraan dengan pengalokasian pendapatan Negara bersumber migas dan membentuk sebuah Negara Federasi Brunei Raya yang juga mencakup wilayah Serawak dan Sabah 18. Pengaruh PRB dalam pergerakannya sangat tidak disukai oleh Sultan karena PRB menginginkan bentuk Pemerintahan diubah dari Monarki Absolut menjadi Monarki Konstitusional,selain itu PRB merupakan sebuah organisasi yang kurang dalam pendanaan karena tidak mempunyai sumber keuangan. Meski demikian, popularitas PRB dalam masyarakat sangat pesat berkat propaganda yang intens, hanya dalam waktu 5 bulan PRB sudah memiliki 12 cabang dan 47 ranting di Brunei Darussalam 19. Selain itu dalam area politik luar negeri PRB mengadakan hubungan kerjasama dengan partai-partai nasionalis di Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Di Singapura PRB mengadakan kerjasama dengan Partai Rakyat Singapura (PRS) yang merupakan partai yang menginginkan Singapura untuk 17 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei : Asia Printer,2004),hlm.44-45 18 Ooi Keat Gin. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor. (California : ABC Clio, 2014). hlm.1027-1028 19 Haji Awang Mohd. Jamil Al Sufri. 8 Disember: Dalangnya Siapa?. (Bandar Sri Begawan: Pusat Sejarah Brunei, 2003). hlm. 12

35 menjadi Negara Kesatuan dan di Malaysia PRB mengadakan kerjasama dengan Partai Islam Setanah Melayu (PAS) dan Partai Buruh 20 Adapun para petinggi PRB, kebanyakan adalah eks-anggota Barisan Pemuda (BARIP) antara lain AM Azahari yang menjabat sebagai Ketua Umum sekaligus Ketua Bidang politik, HM Saleh sebagai Wakil ketua, Jassin Affandi sebagai Setiausaha Agung (Sekretaris Utama), Awang Hapidz Laksamana sebagai Bendahara, Awang Othman bin Awang Latif sebagai Ketua Departemen Penerangan dan Awang Abdullah bin Awang Jafar sebagai Ketua Departemen Sosial. Adapun Struktur organisasi PRB tersebut mencontoh dari Partai Rakyat Malaya (PRM) yang berpusat di Malaysia. Selain itu kekuasaan tertinggi ada pada Kongres Partai yang diadakan setahun sekali 21. Falsafah Egalitarianisme PRB membuat Partai ini sangat menyukai paham Sosialisme, mirip seperti PRM yang dipimpin oleh Ahmad Boestamam atau untuk contoh kontemporer. Meski pengaruh PRB sudah meluas ke hampir seluruh wilayah Brunei, namun pendukung PRB adalah mayoritas etnis Melayu. PRB kurang begitu disukai dikalangan etnis minoritas Cina dan penduduk asli Brunei yang non-muslim (menganut kepercayaan Tradisional). PRB memberikan ultimatum pada para pengusaha Cina, yang telah mendapatkan priviliege selama masa pemerintahan Inggris agar Monopoli dagang yang mereka lakukan segera dihentikan 22. 20 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei : Asia Printer,2004),hlm.35 21 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Partai Rakyat Brunei : Dokumen Terpilih. (Kuala Lumpur : INSAN,1988),hlm.43 22 Ooi Keat Gin. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor. (California : ABC Clio, 2014). hlm.1027-028

36 BAB IV PERLAWANAN PARA PEMUDA DAN BERDIRINYA NEGARA BRUNEI A. Perjuangan Melalui Meja Perundingan Pada bulan Mei 1957, para petinggi Partai Rakyat Brunei pergi ke Inggris untuk meminta nasihat mengenai system pemerintahan pada seorang ahli hukum tata Negara bernama W.A.E Raeburn. Beliau memberikan nasihat seputar bentuk parlemen,komposisi kabinet dan pemilihan umum. Setelah itu, Partai Rakyat Brunei mengirimkan Memorandum kepada Pemerintah Inggris yang isinya antara lain menghendaki system Residen diganti system Kementrian yang dipimpin oleh seorang Menteri Besar dan posisi Raja hanyalah sebagai Kepala Negara yang menerima nasihat dari Menteri Besar selaku Kepala Pemerintahan. Dengan kata lain, PRB menghendaki Brunei meniru Wesminster System ala Inggris 1. Para petinggi Partai Rakyat Brunei juga mengirimkan surat yang berisikan beberapa tuntutan pada Sultan, seperti meniadakan Hak Sultan untuk melantik dan memecat anggota Kabinet, mengadakan pemilihan umum dan yang terpenting, Partai Rakyat Brunei menghendaki agar Sultan memerdekakan Brunei menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat meskipun masih tetap menjalin aliansi dengan Inggris dengan menjadi anggota British Commonwealth. Adapun mengenai wilayah, Partai Rakyat Brunei menghendaki agar Sabah dan Serawak menjadi Negara bagian Kesultanan Brunei yang berbentuk Monarki Federal 2. Misi Partai Rakyat Brunei itu diterima oleh Secretary of Colonial Affairs, Alexander Lennox Boyd. Namun, beliau memberi nasihat kepada Azahari dan rekan-rekannya agar mengikuti rencana politik dan postur pemerintahan yang sesuai dengan kehendak Sultan, karena menurut beliau, 1 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei : Asia Printer,2004),hlm.38 2 Naimah Talib. A Resilient Monarchy : The Sultanate of Brunei & Regime Legitimacy in Era Democratic Nation State. New Zealand Journal of Asian Studies. Vol.4 no.2 (December 2002),hlm.139-140l 36

37 hal itu tersebut lebih tepat bagi kondisi Brunei saat ini. Adapun proposal yang ditawarkan Azahari dan rekan-rekannya dapat diimplementasikan apabila Brunei sudah memiliki pengalaman sekitar 10-15 tahun menjadi Negara dibawah asuhan Inggris (terhitung sejak BMA mengembalikan mandat pada Sultan di tahun 1948). Kegagalan misi PRB ini telah membuat transformasi penting di tubuh PRB, Salleh bin Masri dan Awang Zaini bin Awang Ahmad dari kubu Moderat mengundurkan diri. Dukungan masyarakat pun menurun. Namun, rencana Inggris untuk membuat Federasi Malaysia di tahun 1961 merupakan isu bagi PRB untuk menjaring dukungan public. Tapi keengganan dari pihak Inggris untuk berunding dengan PRB telah memberi alasan bagi PRB untuk menempuh metode perjuangan yang lebih radikal 3. B. Pembentukan Federasi Malaysia Pasca Invasi Jepang ke Semenanjung Malaya dan pendudukan beruntunnya selama Perang Dunia II, dukungan rakyat untuk kemerdekaan tumbuh. Pasca perang, Inggris berencana ingin menyatukan pengelolaan Malaya di bawah entitas tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan penentangan yang hebat dari Suku Melayu, yang melawan upaya pelemahan para Sultan Melayu dan mengizinkan kewarganegaraan ganda kepada etnis Cina dan minoritas lainnya. Uni Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri atas semua jajahan Inggris di Semenanjung Malaya, kecuali Singapura, dibubarkan pada tahun 1948 dan diganti oleh Persekutuan Tanah Melayu, yang memberikan otonomi para para Sultan-Sultan di Semenanjung Malaya namun dibawah Protektorat Inggris 4. Selama masa itu, terjadi pemberontakan Partai Komunis Malaya di bawah kepemimpinan Chin Peng yang melancarkan operasi gerilya guna 3 AJ Stockwell. Britain & Brunei 1945-1963 : Imperial Retreat & Royal Ascendancy. Modern Asian Studies. Vol.38. no.4 (2004),hlm 789 4 Ken'ichi Goto. Tensions of Empire: Japan and Southeast Asia in the Colonial and Postcolonial World (Athens: Ohio University Press, 2003), hlm. 222

38 mengusir Inggris dari Malaya 5. Darurat Malaya, begitulah dikenalnya, berlangsung sejak 1948 dan melibatkan sejumlah operasi Counter Insurgency oleh Inggris di Semenanjung Malaya 6. Meskipun pemberontakan dengan cepat ditumpas namun tentara Inggris masih saja bercokol di Semenanjung Malaya bersamaan dengan masuknya Era Perang Dingin. Akhirnya, Inggris memberikan kemerdekaan pada Persekutuan Tanah Melayu pada 31 Agustus 1957 namun tetap terikat dalam British Commonwealth (Persemakmuran Inggris) 7. Gagasan pembentukan federasi Malaysia pertama kali dilontarkan Perdana menteri Malaysia, Tungku Abdul Rachman pada 27 Mei 1961 di hadapan Foreign Correspondent Association di Singapura. Menurutnya, federasi yang akan dibentuk terdiri atas Malaya, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah 8. Pada bulan Oktober 1961 diadakan perundingan antara Perdana Mentri Malaysia, Tungku Abdul Rachman dan Perdana Mentri Inggris Sir Harold McMillan di London, Inggris. Dari hasil pertemuan itu, Inggris menyampaikan dukungannya terhadap cita-cita pembentukan Federasi Malaysia. Hal ini disebabkan Malaya merupakan bekas wilayah jajahan Inggris yang terikat dalam British Commonwealth (Persemakmuran Inggris). Berdasarkan pertemuan pada tanggal 13 Oktober 1961 di London, sebuah panitia penyelidikan Fact-Finding Comission yang diketuai Lord Cobbald akan dibentuk untuk mengumpulkan jajak pendapat masyarakat mengenai rencana pembentukan tersebut. 9 Inggris sebagai negara besar yang memiliki negara persemakmuran-nya di Asia Tenggara, berupaya memperkuat dirinya di kawasan Asia Tenggara, 5 C. C. Chin & Karl Hack. Dialogues with Chin Peng: New Light on the Malayan Communist Party. (Singapore : NUS Press, 2004),hlm.295 6 Karl Hack. 'Iron Claws on Malaya : The Historiography of the Malayan Emergency'. Journal of Southeast Asian Studies. Vol. 30, No. 1 (Mar., 1999), pp. 99-125 7 Clive J Christie. Southeast Asia in the Twentieth Century: A Reader. (London : I.B.Tauris, 1998),hlm.183 8 R. S. Milne. 'Malaysia: A New Federation in the Making'. Asian Survey, Vol. 3, No. 2, (Feb., 1963), hlm. 76-82 9 Willard A. Hanna, The Formation of Malaysia: New Factor in World Politics. (New York : American Universities Field Staff,1962). hlm. 16

39 dengan meragukan eksistensi Indonesia di bawah pemerintahan Soekarno yang sudah mulai disusupi oleh kelompok elit Komunis. Di samping itu, Indonesia juga memiliki hubungan baik dengan Uni Soviet sebagai negara Komunis terbesar di dunia. Sejalan dengan keraguan tersebut, maka Inggris mempengaruhi Malaya untuk membentuk negara federasi 10. Soekarno menentang pembentukan negara federasi itu, dan menganggapnya sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia. Selain Indonesia, Filipina juga menentang dan menolak pembentukan negara Federasi Malaysia itu, karena mereka berpendapat bahwa daerah Sabah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia secara historis dan yuridis adalah milik Sultan Sulu yang disewakan kepada Inggris. Akibatnya, timbul sengketa antara Indonesia dan Filipina di satu pihak dan Persekutuan Tanah Melayu di pihak lain. Akhirnya ketiga negara sepakat meminta sekjen PBB, yaitu untuk menyelidiki keinginan rakyat di daerah-daerah diatas, apakah mereka setuju dengan pembentukan negara federasi atau tidak 11. Sementara, di Brunei sendiri, Sultan Omar Ali Saifuddin III mengimplementasikan konstitusi baru yang mulai diberlakukan pada tahun 1959 yang menjadi dasar pembentukan Dewan Legislatif yang anggotanya sebagian dipilih berdasarkan pemilihan umum. Dalam pemilihan umum ini, dukungan rakyat Brunei terhadap Partai Rakyat Brunei (PRB) sangat besar. Pada pemilu Dewan Legislatif Brunei yang digelar pada Agustus 1962, PRB menang besar: memenangkan 16 dari 33 kursi Dewan Legislatif, adapun Azahari sebagai Ketua Partai Rakyat Brunei (PRB) dilantik menjadi Ketua Parlemen 12. 10 John Subritzky. Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation 1961-5. (London : Palgrave Macmillan,2000),hlm.67 11 Manai Sophiaan. Kehormatan bagi yang berhak: Bung Karno tidak terlibat G30S/PKI. (Jakarta : VisiMedia, 2008),hlm.63 12 B A Hussainmiya, Sultan Omar Ali Saifuddin III and Britain: The Making of Brunei Darussalam (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1995),hlm.125

40 Namun, terjadi pertikaian dalam sidang istimewa pertama, pertikaian itu dipicu dua kepentingan yang berseberangan antara Eksekutif vs Legislatif. Sultan ingin bergabung dengan koloni Inggris lain di Semenanjung Malaya dan membentuk Federasi Malaysia. Sementara Partai Rakyat Brunei (PRB) yang mendominasi Parlemen ingin bergabung dengan Serawak dan Sabah, membentuk sebuah Negara Brunei Raya yang disebut Federasi Kalimantan Utara. Sultan Omar Ali Saifuddin III tidak menyetujui keputusan parlemen tersebut dan mengancam tidak akan membuka sidang parlemen berikutnya. Langkah Sultan itu telah memaksa Azahari dan para Politikus Parlemen untuk berjuang sendiri dengan cara sporadis untuk mewujudkan rencana mereka 13. C. Revolusi Brunei Tahun 1962 Pada tanggal 8 Desember 1962, A.M. Azahari, pemimpin Partai Rakyat Brunei, partai terbesar di Brunei, memproklamirkan berdirinya Negara Nasional Kalimantan Utara (NNKU) dan membentuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) yang berasal dari Sayap Militer Partai Rakyat Brunei (PRB). Azahari mengklaim wilayah NNKU meliputi daerah Sarawak, Brunei dan Sabah 14. Untuk menyukseskan Revolusi ini, Azahari telah merekrut beberapa sukarelawan yang telah dilatih dalam peperangan gerilya di Indonesia. total anggora TNKU kira-kira berjumlah 4000 anggota, dilengkapi dengan sejumlah senjata berat dan kira-kira 1000 pucuk senapan 15. Para Prajurit TNKU dibawah pimpinan Jassin Affandi memulai serangan terhadap kota minyak Seria, mengincar instalasi minyak milik Dutch Royal Shell dan menyerang pos polisi dan fasilitas pemerintahan di sekitar wilayah ini. Adapun alasan dipilihnya Kilang Minyak di Seria, adalah karena lokasi itu merupakan symbol Penjajah Asing dan titik vital yang 13 Hidayat Mukmin. TNI Dalam Politik Luar Negeri. (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1991),hlm.89 14 Soemadi. Peranan Kalimantan Barat Dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia Tenggara. (Pontianak : Yayasan Tanjungpura, 1974), hlm. 53. 15 Tom Pocock. Fighting General The Public and Private Campaigns of General Sir Walter Walker. (London: Collins,1973),hlm.129

41 diharapkan bisa memotong logistic bahan bakar untuk tentara Kesultanan Brunei 16. Dalam waktu singkat, Kilang Minyak di Seria dan seluruh kantor Polisi di wilayah Brunei direbut oleh TNKU. Inggris tidak tinggal diam melihat tindakan Azahari dan anak buahnya ini. Divisi Infanteri Inggris ke 99 diterbangkan dari Bandar Udara Changi, Singapura ke Pulau Labuan untuk menghadapi TNKU. Pasukan Gurkha yang terkenal kuat juga didatangkan. Pada pukul 10 Malam, Pasukan Gurkha yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Dighby Willoughby berhasil mengamankan Sultan Omar Ali Saifuddin III. Pada tanggal 9 Desember, Kolonel John Fisher meminta bantuan suku dayak dan Mayor Tom Harisson meminta bantuan suku Kelabit untuk melawan TNKU. Sementara bantuan terus mengalir, Divisi Infanteri Inggris ke 99 dibawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Nigell Pott tiba dari Singapura 17. Sementara di ibukota Bandar Sri Begawan, beberapa gedung pemerintahan telah diduduki oleh TNKU dan para pejabatnya disandera, termasuk para Menteri. Pada tanggal 8 Desember, tembakan bisa terdengar di seluruh wilayah Brunei. Di kota Temburong, Pengiran Haji Besar dan Pengiran Haji Kuala yang merupakan Pejabat Distrik Temburong, di eksekusi oleh TNKU dengan cara ditembak mati di kepalanya karena menolak mengakui eksistensi NNKU. Pada pukul 5 pagi, TNKU sudah menguasai Ibukota. Sultan Omar Ali Saifuddin III, melalui stasiun radio militer Inggris, membuat siaran pernyataan yang isinya menyatakan bahwa Negara dalam keadaan darurat dan mengutuk tindakan TNKU yang merupakan Sayap Militer dari Partai Rakyat Brunei (PRB) sebagai sebuah perbuatan makar 18. Di wilayah Limbang, Pasukan TNKU membunuh lima orang polisi dan menawan seorang pejabat Inggris bernama RH Morris bersama keluarganya. Pasukan Marinir Inggris yang dipimpin oleh Kapten Jeremy Moore datang 16 Robert Jackson.The Malayan Emergency and Indonesian Confrontation: The Commonwealth's Wars 1948 1966. (Barnsley: Pen & Sword Aviation,2008),hlm.297 17 Ranjit Singh. Brunei 1839-1983 : Problem of Political Survival. (Singapore : Oxford University Press,1984),hlm.89 18 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa?. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998,hlm.75-78

42 menggunakan Kapal HMS Invicible. Namun kedatangan mereka telah diantisipasi pasukan TNKU yang melancarkan serangan kejutan. Dampak dari bakutembak itu sekitar lima tentara marinir tewas dan delapan terluka dalam serangan itu. Dalam sumber Inggris memperkirakan kerugian dari pihak TNKU yakni 40 prajurit tewas dan hanya enam marinir yang tewas dalam peristiwa itu. Ada penghormatan khusus terhadap korban yang gugur di Limbang. Komandan Lapangan TNKU di Limbang tertangkap dan dia lalu menerima hukuman sebelas tahun kurungan penjara 19 Pada 17 Desember 1962, pasukan Gurkha telah menguasai seluruh wilayah Brunei, apalagi setelah pasukan tambahan didatangkan melalui kapal HMS Tiger dan HMS Albion. Pasukan TNKU pun banyak yang mundur karena saat itu Brunei diguyur hujan lebat. Adapun para sandera telah dibebaskan berkat kerjasama tentara Inggris dan polisi local. Pada tanggal 18 Desember 1962, Markas TNKU diserbu oleh pasukan Gurkha, sepuluh prajurit TNKU tewas dan sisanya tertangkap. Sementara para pemimpin NNKU melarikan diri, Jassin Affandi sebagai komandan lapangan melarikan diri ke pesisir Serawak namun tertembak di pinggul. Sedangkan AM Azahari melarikan diri ke Filipina untuk mencari suaka 20. Sebelum ke Filipina, Azahari sempat menghubungi Menlu Subandrio dan Partai Komunis Kalimantan Utara. Kegagalan Revolusi Brunei, memicu Partai Komunis Kalimantan Utara dan sayap militernya, Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) untuk memulai pemberontakan menentang berdirinya Federasi Malaysia 21. Azahari yang melarikan diri ke Filipina, ternyata mendapat penolakan akibat permintaan Sultan Omar Ali Saifuddin III kepada Presiden Filipina, Diosdado Macapagal untuk tidak membantu Azahari. Ia pun melarikan diri ke Indonesia dimana ia menerima suaka dari Presiden Soekarno, sehingga ia bisa 19 Harun Abdul Madjid. Rebellion in Brunei : 1962 Revolt, Imperialism, Confrontation & Oil. (Brunei : IB Tauris,2007),hlm.83 20 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Liku-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Brunei Darussalam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.86 21 Fujiro Hara. The North Kalimantan Communist Party & The People Republic of China. The Developing Economies. Vol.13 no.4 (December 2005),pp.600

43 menetap di Indonesia hingga ia wafat di negeri tempat ia pernah menimba ilmu ini membawa mimpi-mimpinya tentang sebuah Negara Brunei Raya yang kuat dan bersatu 22.. D. Perpisahan Brunei dengan Malaysia Pada tahun 1959, Brunei Mengeluarkan sebuah konstitusi baru yang menyatakan peembentukan pemerintah sendiri dan enggan ingin menjadi dari bagian federasi Malaysia, sedangkan urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan tetap menjadi milik Britana Raya yang di wakili oleh komisaris tinggi. Sebenernya Brunei sudah berusaha untuk menggunankan sistem badan legislatif terpilih yang di wakili oleh partai politik, namun usaha tersebut gagal akibat pemberontakan yang di lakukan partai oposisi, Partai Rakyat Brunei (PRB) pada tahun 1962. Pemberontakan bersenjata tersebut berhasil digagalkan oleh pasukan bersenjata Inggris. Pada awal tahun 1960-an, Brunei mendapat tawaran untuk bergabung dengan Malaysia, negara tetangga yang baru saja Merdeka. Namun tawaran tersebut di tolak, Sultan tetap memutuskan untuk membentuk Brunei sebagai negara yang terpisah dari Malaysia. Pada tahun 1967, Sultan Omar Ali Saifuddin turut takhta dan di gantikan anak sulungnya, yaitu Sultan Hassanal Bolkiah. 23 Berakhirnya Revolusi Brunei 1962 membuat Sultan Omar Ali Saifuddin III membuat sejumlah kebijakan penting, antara lain membekukan Partai Rakyat Brunei (PRB) karena telah melanggar konstitusi dengan melakukan revolusi, lalu membentuk pemerintahan darurat untuk memperbaiki situasi yang kacau. Sultan Omar Ali Saifuddin III pun juga merenungkan kembali keputusannya untuk bergabung dengan federasi Malaysia, menimbang bahwa tindakan reaktif dari PRB itu juga pasti merupakan aspirasi dari konstituen mereka sebagai Partai terbesar yang 22 Harun Abdul Madjid. Rebellion in Brunei : 1962 Revolt, Imperialism, Confrontation & Oil. (Brunei : IB Tauris,2007),hlm.87 23 Hussainmiya, B.A. (1995) Sultan Omar Ali saifuddin III and Britan: The making of Brunei Darussalam. Kuala Oxford University Press

44 menguasai Parlemen, maka Sultan Omar Ali Saifuddin III membatalkan keputusannya untuk bergabung dengan Federasi Malaysia, sejak saat itu Brunei berdiri menjadi Negara yang berdaulat di Kalimantan Utara 24. Meski demikian, Brunei ini bukanlah Brunei seperti di masa lalu yang mencakup Serawak dan Sabah. Inggris menjadikan Sarawak sebagai negara bagian berstatus otonom di bawah federasi Malaysia pada tanggal 16 September 1963 25. Meskipun demikian, pemberontakan Komunis Partai Komunis Kalimantan Utara dan sayap militernya, Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) dibawah kepemimpinan Bong Kee Chok dan Yang Chu Chung terus berlangsung di Sarawak hingga tahun 1990 dan menjadi ujian besar bagi Pemerintah Malaysia 26. Sedangkan Sabah juga digabungkan dengan Malaysia pada tanggal yang sama dengan Sarawak, namun Filipina masih tetap menganggap wilayah tersebut sebagai bagian integralnya, dan konflik sengketa perbatasan Malaysia-Filipina seringkali terjadi di masa mendatang 27. Seandainya Brunei bergabung kedalam Federasi Malaysia, maka yang akan terjadi adalah Brunei bukan saja akan di kenakan Pajak hasil minyak bumi, malah 95% hasil minyak akan dihisap oleh Kuala Lumpur dan Brunei hanya akan mendapat 5% sisanya. Implikasinya, Rakyat Brunei akan membeli minyak dengan harga yang lebih mahal yaitu 1.90 Ringgit Malaysia per liter dibandingkan dengan harga Brunei saat ini yaitu 0.90 Ringgit Malaysia per liter. Pendapatan perkapita rakyat juga Brunei mungkin akan sama dengan Sarawak yaitu 30,000 Ringgit Malaysia dibandingkan dengan pendapatan perkapita rakyat Brunei saat ini yaitu sekitar 62,000 Ringgit Malaysia (20,000 US Dolar). Rakyat Brunei yang hendak melanjutkan 24 Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield & Nicholson,1989),hlm.67-70 25 Frans Welman. Borneo Trilogy Sarawak: Volume 2. (Bangkok : Booksmango,2011),hlm.134. 26 Cheah Boon Kheng. 'The Communist Insurgency in Malaysia, 1948 90: Contesting the Nation-State and Social Change'. New Zealand Journal of Asian Studies. vol.11 no.1, hlm.132 152 27 James Gould. The United States and Malaysia. (Massachusets : Harvard University Press,1969) hlm. 106.

45 pendidikan ke perguruan tinggi akan terpaksa meminjam dari Bank dan dikenakan bunga yang tinggi. Orang orang Asing akan banyak yang menjadi Pemimpin BUMN di sektor migas dengan gaji mahal tanpa adanya larangan dari para politikus, sedangkan rakyat Brunei hanya akan di beri jabatan rendah dengan gaji yang rendah juga. Harga mobil import akan mahal dan rakyat Brunei akan banyak yang terpaksa membeli mobil Proton yang sebenarnya design awalnya meniru dari mobil Mitsubishi. Jalan antara kota di Brunei akan menjadi jalan yang rusak dan berlubang, seperti halnya kebanyakan jalan yang di tambal sulam setiap akhir tahun layaknya di banyak tempat di Sarawak.

46 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Di akhir skripsi ini, berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sejumlah uraian yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa penyebab kenapa Brunei Darussalam bisa menjadi Negara merdeka dan berdaulat, tidak bergabung dengan Federasi Malaysia adalah karena adanya penentangan yang dilakukan oleh para pemuda yang bergerak melalui organisasi perjuangan, dari mulai BARIP, BRUFIPCO hingga yang paling menentukan adalah Partai Rakyat Brunei (PRB). Revolusi yang dilakukan oleh PRB sebagai Partai terbesar di Brunei membuat Sultan Omar Ali Saifuddin III membatalkan niatnya untuk bergabung dengan Federasi Malaysia. Sebelum kedatangan Inggris, Brunei adalah sebuah Kesultanan besar yang membentang dari Serawak hingga Sabah. Serta memiliki Negara bawahan di kepulauan Filipina. Namun, sejak kedatangan Inggris, mereka merampas Sabah dan Sarawak sehingga wilayah Brunei menciut dan akhirnya turun derajat menjadi negara Proktektorat Inggris. Karena situasi yang demikian itulah maka pasca berakhirnya Perang Dunia II, tepatnya mulai 1946, para pemuda membentuk sejumlah organisasi pergerakan. Adapun organisasi itu antara lain Barisan Pemuda (BARIP) sebagai organisasi pelopor perjuangan yang berfungsi sebagai forum aspirasi kemerdekaan dan senantiasa menanamkan berjuang nilai nilai Kebangsaan pada rakyat Brunei, Organisasi Perfilman Brunei (BRUFIPCO) yang didirikan oleh Azahari yang modus operandinya memanfaatkan Bisnis Film sebagai alat Propaganda Perjuangan Kemerdekaan dan Partai Rakyat Brunei (PRB) yang juga didirikan oleh Azahari dan sukses menjadi Partai Penguasa Parlemen yang walaupun akhirnya dibubarkan karena melakukan Revolusi melawan Kesultanan tetapi dampak dari perjuangannya itu adalah membuat Brunei tak jadi bergabung dengan Federasi Malaysia. Adapun ideology 46

47 Nasionalisme Brunei secara keseluruhan dilandasi oleh nilai nilai Islam dan Solidaritas Etnis Melayu namun ideologi dari ketiga organisasi perjuangan pemuda tersebut banyak dilandasi oleh Pemikiran Sosialisme. Alasan kemunculan gerakan perlawanan dari para pemuda dapat dibagi menjadi motivasi internal dan motivasi eksternal. Secara internal, untuk membebaskan Brunei dari penjajahan Inggris dan menjadikan Brunei sebagai Negara yang besar dan makmur. Adapun motivasi eksternal, karena para pemuda terpengaruh oleh keberhasilan perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh para pemuda dan rakyat Indonesia. Adapun bentuk pergerakan para pemuda dapat dibagi menjadi beberapa metode berdasarkan organisasinya. Barisan Pemuda (BARIP) mengambil bentuk perjuangan non-kooperatif dan strategi perjuangannya adalah agitasipropaganda melalui media cetak seperti Koran serta pertemuan-pertemuan umum, BRUFIPCO juga menerapkan bentuk perjuangan yang sama dengan Barisan Pemuda (BARIP) hanya modusnya berkedok bisnis dan cara propaganda yang menggunakan media film dianggap lebih provokatif oleh Penjajah Inggris, sedangkan Partai Rakyat Brunei (PRB) walaupun secara ideologis sama dengan kedua kelompok pendahulunya namun diawal pergerakannya menggunakan jalur politik praktis untuk mewujudkan aspirasinya via Parlemen dan Pemerintahan namun karena mendapatkan penolakan akhirnya PRB bertransformasi membentuk institusi Negara yang disebut Negara Nasional Kalimantan Utara (NNKU) serta memiliki tentara sendiri bernama Tentara Nasional Kalimantan Utara (TKNU). Perjuangan PRB akhirnya gagal mewujudkan sebagian cita-citanya mendirikan negara Brunei Raya karena ditindas oleh tentara Inggris namun berhasil membuat Sultan Omar Ali Saifuddin III tidak jadi menggabungkan Brunei ke dalam Federasi Malaysia. Walaupun harus dibayar mahal dengan pengasingan Azahari ke Indonesia.

48 B. Saran 1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan atau pelajaran dari para pejuang pergerakan organisasi di Brunei yang mana negara kecil pun berhak merdeka dengan sendiri nya atas perjuangan yang di lakukan organisasi-organisasi pemuda yang berada di Brunei. 2. Kajian ini di tunjukan kepada para organisasi-organisasi kepemudaan yang ada untuk selalu berjuang dengan keadlian yang menjadi hak dan kewajiban yg kita dapatkan di dalam sebuah kepemerintahan ataupun Negara. 3. Penelitian ini hanya sebuah karya sederhana dan jauh dari kesempurnaan, bagi peneliti yang ingin menuruskan penelitian ini di sarankan melakukan wawancara dengan pihak yang masih hidup.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Primer Buku : Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri.tarsilah Brunei : Sejarah Awal Perkembangan Islam. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998 Haji Awang Mohammad Jamil al-sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa?. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Brunei kearah Kemerdekaan. Brunei : Asia Printer,2004 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). Brunei : Asia Printer,2004 Jacob, Gertrude Le Grand. The Raja of Saráwak: An Account of Sir James Brooks. London: MacMillan, 1876 Madjid, Harun Abdul. Rebellion in Brunei : 1962 Revolt, Imperialism, Confrontation & Oil. Brunei : IB Tauris,2007 Sumber Sekunder : Buku : Abdul Latif, Muhammad. Sejarah Kesusastraan Melayu. (Brunei : Dewan Pustaka& Bahasa,1980) Al Habib Ali bin Thahir al Hadad. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. (Jakarta : Penerbit Lentera,2001) Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Jakarta: Prenada Media, 2005) Chafont, Alun. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. London : Weidenfield & Nicholson,1989 Crofton Horton, Dick. Ring of fire: Australian guerrilla operations against the Japanese in World War II (Secker & Warburg,1983),hlm.70 49

50 Danny Tze-Ken Wong. Historical Sabah: The Chinese. (History Publications,2004) Elisseeff, Vadime. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn Books,2000) Hall, Maxwell J. Kinabalu Guerrillas: An Account of the Double Tenth 1943 (Borneo Literature Bureau,1965) Hashim, Muhammad Yusoff. Sejarah Malaysia (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan Pustaka,1990) Hussainmiya, B.A. Brunei: Revival of 1906: A Popular History. Bandar Seri Begawan: Brunei Press,2006 Hussainmiya, B.A. Brunei Constitution of 1958 : an Inside History. Bandar Seri Begawan: Brunei Press,2006 Hussainmiya, B.A. Sultan Omar Ali Saifuddin II and Britain: The Making of Brunei Darussalam. Kuala Lumpur: Oxford University Press,1995 Ibrahim, Ahmad. Islam di Asia Tenggara : Perkembangan Kontemporer. (Jakarta : LP3ES,1990) Jackson, Robert. The Malayan Emergency and Indonesian Confrontation: The Commonwealth's Wars 1948 1966. (Barnsley: Pen & Sword Aviation,2008) Jessy, Joginder Singh. History of South East Asia (1824-1965). Kedah : Penerbitan Darulaman,1965 Jones, Matthew. Conflict & Confrontation in South East Asia(1961-1965).Singapore : Cambridge University Press,2002 Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992) Keat Gin, Ooi. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor. (California : ABC Clio, 2014) Kratoska, Paul. South East Asia, Colonial History: Imperialism before 1800. London : Taylor & Francis, 2001 Melton, Gordon. Faiths Across Time: 5,000 Years of Religious History. (California : ABC Clio, 2014). Payne, Robert. The White Rajahs of Sarawak. London : Weidenfield & Nicholson,1960

51 Poole, Peter. Politic & Society in South East Asia. Singapore : McFarland,2009 Singh, Ranjit. Brunei 1839-1983 : Problem of Political Survival. Singapore : Oxford University Press,1984 Soemadi. Peranan Kalimantan Barat Dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia Tenggara. (Pontianak : Yayasan Tanjungpura, 1974) Sophiaan, Manai. Kehormatan bagi yang berhak: Bung Karno tidak terlibat G30S/PKI. (Jakarta : VisiMedia, 2008) Subritzky, John. Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation 1961-5. (London : Palgrave Macmillan,2000) C.Mary Thurnbull, A History Of Malaysia,Singapore,and Brunei. Sydney: Allen and Unwin 1989. Artikel : Hara, Fujiro. The North Kalimantan Communist Party & People Republic of China. The Developing Economic. Vol.15 no.4 (Desember 2005),pp.489-513 Horton, AVM. British Administration in Brunei 1906-1959. Modern Asian Studies. Vol.20 no.2 (1986),pp.353-374 Hugh, Hallet. Scetch of Historical Brunei. JMBRAS. Vol.18 no.2 (juli 1996),hlm.10-25 Moris, HS. North Borneo, Brunei, Serawak (British Borneo). Man, vol.58 (juli 1958),hlm.99 Tarling, Nicholas. Britain,Brooks & Brunei. Passific Affairs. (Autumn 1962),hlm.460 Vol.45 no.3 Pocock, Tom. Fighting General The Public and Private Campaigns of General Sir Walter Walker. (London: Collins,1973) Roff, William. The Origin of Malay Nationalism. Journals of Politics. Vol.30 no.2 (May 1968),hlm.564-566 Singh, Ranjit. British Proposal for a Dominion of the South Eas Asia 1943-1957. JMBRAS. vol,71 no,273 Soenarno, Radin. Malay Nationalism : 1896-1941. Journal of Southeast Asian History. Vol. No.1 (Maret 1960),hlm.1-28

Talib, Naimah. A Resilient Monarchy : The Sultanate of Brunei & Regime Legitimacy in Era Democratic Nation State. New Zealand Journal of Asian Studies. Vol.4 no.2 (December 2002),hlm.139-140l 52

Lampiran : Bendera Negara Nasional Kalimantan Utara (NNKU) 1. Kartu Anggota Tentara Nasional kalimantan Utara (TNKU) 2. 1 https://en.wikipedia.org/wiki/north_borneo_federation 2 https://sejarahperang.wordpress.com/2011/10/23/benny-moerdani-nyaris-tewas/

AM Azahari, Pendiri Brufipco & Pemimpin Partai Rakyat Brunei di Pengasingannya di Indonesia 3. 3 http://tvsarawak.com/2015/09/page/3/?orderby=title&order=desc

Sultan Omar Ali Saifuddin III, Ayah Sultan Hassanal Bolkiah 4. 4 http://dastarofbrunei.blogspot.com/2008/

Penggerogotan wilayah Brunei 5. Tentara Inggris di Brunei untuk memadamkan Revolusi Brunei 1962 6. 5 https://armandecastro.com/page/28/?app-download=android 6 https://www.bbc.com/news/magazine-33860778

Albert Kwok 7. Tunku Abdul Razak mencoba menyuap Azahari agar menghentikan perjuangannya sehingga Brunei bisa bergabung dalam Federasi Malaysia 8. 7 http://www.mysabah.com/wordpress/petagas-war-memorial-garden-bloodiest-history-ofsabah-2/ 8 http://uvsb.blogspot.com/2014/02/am-azahari-ini-sudah-dirty-game-in.html

Pembagian Kalimantan, Kalimantan Utara termasuk Brunei jadi wilayah Jajahan Inggris dan sisa wilayah Kalimantan, dikuasai Belanda.

Spanyol bersiap untuk berperang melawan Penguasa Brunei, Sultan Saipul Rijal. 9 Para Guru dari Maktab Perguruan Sultan Idris, bisa disebut sebagai STOVIA nya Brunei yang juga Cikal Bakal Barisan Pemuda 10. 9 https://alfasyadayusuf.blogspot.com/2016/04/pengertianperbedaan-kolonialisme-dan.html 10 http://9nss1.blogspot.com/2010/10/formation-of-association.html

Berita di Surat Kabar tentang Revolusi Brunei 1962 Penangkapan Laskar TNKU 11. 11 http://www.gurkhabde.com/borneo-the-brunei-revolt-and-confrontation-with-indonesia/

Pamflet Kesultanan Brunei agar anggota TNKU menyerah dan meletakkan senjata 12 12 https://www.psywar.org/product_bruneiap029.php

Poster Buronan Yassin Affandi, Petinggi Partai Rakyat Brunei yang diedarkan oleh Pemerintah Kesultanan Brunei. 13 13 https://www.psywar.org/product_bruneiap027.php

Ontoros Antanom, Pemberontak Dayak Murut yang menetang Penjajah Inggris 14. Mat Salleh, Tokoh Pemberontak Suluk-Bajau melawan Penjajahan Inggris 15. 14 http://wira2sabah.blogspot.com/2014/09/tokoh-tokoh-pejuang-sabah.html 15 https://kisahkisahdidunia.blogspot.com/

Bendera Brunei dibawah Penjajahan Inggris 16 Bendera Sabah dibawah Penjajahan Inggris 17. 16 http://fotw.fivestarflags.com/my-sa_nb.html 17 http://www.atelierworks.co.uk/blog/new-new-zealand.php

Bendera Serawak di bawah Penjajahan Inggris 18. Bendera Labuan dibawah penjajahan Inggris 19. 18 http://www.hubert-herald.nl/malaysiastatesii.htm 19 https://www.alamy.com/stock-photo/old-malaysian-flag.html

(Kiri ) Surat dari dengan Sultan Abdul Momin pada 29 December 1877 yang menyatakan pengangkatan Gustav von Overbeck sebagai Maharaja Sabah, Rajah Gaya & Sandakan. (Kanan) Surat Sultan Jamaluzzamam dari Sulu pada 22 Januari 1878 yang menyatakan pengangkatan Gustav von Overbeck dari sebagai Dato Bendahara Sabah. 20 20 https://pekhabar.com/h-i-d-s-herr-von-overbeck-menjadi-maharaja-sabah-borneo-utara-gayadan-sandakan/