REGULASI DAN KEBIJAKAN : GELS SEBAGAI KOMPETENSI MEDIS DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Disampaikan pada Pertemuan Indonesia Health Care Forum- Jakarta, 27 Juli 2018
OUTLINE PENDAHULUAN REGULASI TERKAIT LAYANAN KEGAWATDARURATAN GELS SEBAGAI KOMPETENSI MEDIS DALAM PENANGANAN KEGAWATDARURATAN KESIMPULAN
Mengapa Emergensi Perlu Mendapat Perhatian? TRANSISI EPIDEMIOLOGI WHO 2015: DI INDONESIA 38.279 MENINGGAL KRN KLL 105 ORANG/HARI, 4 ORANG/JAM BUTUH LAYANAN EMERGENSI KESULITAN AKSES: AMBULAN, TEMPAT TIDUR, DLL Masyarakat butuh peningkatan layanan emergensi BENCANA ALAM DAN WABAH
ISU TERKAIT ANGKA KEMATIAN DI INDONESIA Tahun Jumlah Kematian Ibu (Angka Absolut) Jumlah Kematian Akibat KLL Jumlah Kematian Akibat Bencana Alam 2012 4.986 29.554 176 2013 5.040 26.416 798 2014 5.064 28.297 461 2015 4.999 26.495 2016 4.912 25.859 470 Sumber : Maternal health Report MoH 2012-2016, Laporan Laka Lantas 5 Tahunan Korlantas www.penanggulangankrisis.kemkes.go.id,
REGULASI TERKAIT LAYANAN KEGAWATDARURATAN 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 4. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang RS 5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah 6. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan 7. Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan 8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 19 Tahun 2016 tentang SPGDT 9. Peraturan Kepala BNPB No. 173 Tahun 2015 tentang Klaster Nasional Penanggulangan Bencana 10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 106 Tahun 2004 tentang Tim Pengembangan SPGDT dan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)/GELS 11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit 13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik
Pasal 51 UU No. 29 / 2014 seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan Pasal 32 UU No. 36 / 2009 1. Dalam keadaan darurat, fasyankes baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu 2. Dalam keadaan darurat, fasyankes dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
Pasal 59 UU No. 36 / 2014 1. Nakes yang menjalankan praktek pada fasyankes wajib memberikan pertolongan pertama pada penerima pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan 2. Nakes dilarang menolak penerima pelayanan kesehatan dan/atau dilarang meminta uang muka terlebih dahulu
Pasal 13 UU No. 44 / 2009 Setiap nakes yang bekerja di RS harus bekerja sesuai dengan standar (profesi, pelayanan RS), prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien Pasal 29 UU No. 44/2009 RS mempunyai kewajiban : 1.c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya. 1.d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana sesuai kemampuan pelayanannya
FASYANKES wajib memiliki pelayanan kegawatdaruratan dgn ketentuan : Memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu, kecuali pada faskes yang tidak melayani rawat inap Pasien gawat darurat harus ditangani sesegera mungkin setelah sampai di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kegawatdaruratan sesuai level/kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Setiap pasien yang masuk ke ruangan tempat pelayanan gawat darurat akan melalui proses triase, untuk dipilah berdasarkan derajat kegawatdaruratannya. Derajat kegawatdaruratan yang digunakan di triase sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh dokter penanggung jawab pelayanan. Penanganan pasien gawat darurat dilakukan sesegera mungkin. Lama waktu pelayanan di ruangan pelayanan gawat darurat adalah maksimal 6 jam. Alur masuk pasien dengan penyakit infeksius khusus dibedakan dengan alur masuk pasien lain. Fasilitas pelayanan kesehatan tidak boleh meminta uang muka pada pasien/keluarga pasien
GAWAT DARURAT Keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009) KEBUTUHAN MASYARAKAT Untuk penanganan cepat dan tepat pasien gawat darurat membutuhkan : 1. manajemen yang tepat 2. koordinasi antar unit pelayanan dan sektor terkait yang efisien SPGDT
SPGDT Membutuhkan Tim PPGD yang terlatih : PRA FASYANKES SDM terlatih Respon evakuasi cepat &tepat Akses & sistem komunikasi yg baik Layanan ambulan/ transportasi lainnya INTRA FASYANKES Response time segera Triase sesuai standar Tndakan ABCD cepat & tepat ANTAR FASYANKES Kelayakan jalan kendaraan Kelengkapan peralatan medik & non medik ambulans Keterampilan Nakes dan Non Nakes Dokter Spesialis Dokter Umum Perawat terlatih Awam terlatih
MANFAAT SPGDT RESPON CEPAT Time Saving Is Life And Limb Saving Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan SISTEM KOMUNIKASI SPGDT YAN GADAR OLEH NAKES Mempercepat respon penanganan korban MELIBATKAN MASYARAKAT YAN AMBULANS Menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan
ALUR PELAYANAN DALAM SPGDT Pusat Komando Nasional / NCC Panggilan Darurat 119 Jejaring Fasyankes GAWAT DARURAT SEHARI-HARI dan/atau BENCANA PSC Kab/Kota Unit Diluar Kesehatan
KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI Pelatihan terkait kegawatdaruratan seperti : GELS ATLS ACLS APLS DOKTER UMUM SEBAGAI GATE KEEPER LAYANAN EMERGENSI KOMPETENSI TAMBAHAN : Pelatihan manajemen oksigen therapy Pelatihan manajemen penanganan bencana Penanganan kegawatan respirasi (respiratory emergency). Penanganan kegawatan kardiovaskular (cardiovasculer emergency). Penanganan trauma, balut bidai dan stabilisasi. Penanganan neonatal & kegawatan anak (paediatric emergency). Penanganan ibu hamil dan saat persalinan. Pengetahuan materi tambahan tentang KLB/outbreak, keracunan, bencana dan korban massal.
ISU DAN POTENSI KENDALA TERKAIT PELATIHAN GELS SAAT INI GELS TUJUAN : untuk menyiapkan tenaga dokter yang kompeten dalam menangani keadaan yang mengancam jiwa atau kecacatan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 106 Tahun 2004 tentang Tim Pengembangan SPGDT dan PPGD/GELS MENGATUR : - Pembentukan Tim Pengembangan SPGDT - Penyusunan standar untuk menunjang SPGDT (termasuk materi GELS) - Penetapan RS/instansi yg dapat melakukan pelatihan, metode, kurikulum dan tenaga pelatih FAKTA DI LAPANGAN : - Materi GELS seringkali tdk sesuai standar yg diatur dlm KMK 106/2004 - Tiap asosiasi/instansi kesehatan dapat menyelenggarakan GELS - Sertifikasi bervariasi - Output kompetensi tenaga medis bervariasi?
KESIMPULAN Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kegawatdaruratan medis yang terpadu dan teritegrasi (SPGDT), diperlukan pengaturan/regulasi terkait kegawatdaruratan medis baik di Pra Intra dan Inter Fasyankes. Pemberi layanan emergensi medis harus berusaha mencapai standar pemenuhan yang telah di tetapkan, baik standar kompetensi SDM, Peralatan Kesehatan, Sarana Prasarana, SOP dll. Untuk mencapai mutu SDM pelayanan kegawatdarurat yang seragam di Seluruh Indonesia diperlukan Standarisasi manajemen GELS, mulai dari kurikulum materi, kompetensi narasumber pelatih dan badan sertfikasi. Komitmen dalam meningkatkan kapasitas SDM berupa pelatihan bagi dokter dan perawat serta Medical First Responder untuk tenaga Evakuasi dan masyarakat umum, atau perlu dirumuskan dengan asosiasi profesi kebijakan dan modul pelatihan yang relevan. Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kab/Kota), asosiasi profesi, Pihak swasta, dan masyarakat umum lainnya secara bersama mendukung peningkatan akses layanan emergensi medik.