PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK Meiske T. Tumbel Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA ABSTRAK Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa penelitian bertujuan: "Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak-anak di Taman Kanak-kanak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang digunakan adalah model proses. Model pembelajaran Demonstrasi dengan dua model pembelajaran dikembangkan melalui dua siklus penelitian. Hasil penelitian ini ialah pelaksanaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan melipat kertas dilaksanakan dalam 2 (dua) Siklus. Secara keselurunan pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancar, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dilakukan refleksi di setiap siklusnya. Terjadi perubahan peningkatan anak secara bertahap dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan kemampuan anak dalam pembelajaran model demonstrasi cukup berarti. Peningkatan melipat kertas anak tertihat pada hasil lipatan anak. Kata Kunci : motorik halus, demonstrasi. Taman Kanak-kanak merupakan Lembaga Pendidikan Prasekolah yang artinya membelajarkan siswa dalam mengelola keterampilan tubuh termasuk mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar serta menerima rangsangan sensorik (Panca Indera) mnisalnya; menari, mewarnai, bermain bola, menganyam, meronce dan melipat kertas. Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang di dalamnya terdapat proses kegiatan belajar siswa, dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu (DEPDIKNAS dan UU. 2004. 32;3). Sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam meningkatkan perkembangan motorik pada siswa maka pendidikan dirancang sebaik mungkin. PENDAHULUAN Ketersediaan bahan/materi, tempat dan waktu belajar, pengorganisasian kelas dan cara penilaian agar menciptakan beragam pengalaman bagi semua siswa. Pendidikan pada Anak Usia Dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilaksanakan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberi kesempatan kepadanya untuk mengetahui pengalaman ajar yang diperolehnya dan lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Jurnal Forum Pendidikan Volume 14 Nomor 1, April 2018 84
Salah satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain sambil belajar, seorang anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Bermain sambil belajar bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan bermain dan belajar akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam menyalurkan energy yang berlebih. Dengan demikian seorang anak akan mampu menemukan bahwa merancang sesuatu hal baru yang berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Untuk mencapai hal tersebut guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan dan karakteristik siswa. Guru yang professional harus benar-benar memperhatikan model pembelajaran yang tepat dan juga harus kreatif membuat serta menggunakan media/alat peraga yang sesuai dengan tema yang akan diberikan. Pada dasarnya minat belajar siswa berbeda-beda. Ada siswa yang merasa lebih cepat jenuh bila mengikuti kegiatan belajar, ada juga siswa yang hanya suka bermain dan tidak memperhatikan gurunya. Padahal di saat kegiatan belajar sangat diharapkan semua siswa bisa mengikuti pembelajaran tersebut terlebih di saat guru sedang memperagakan cara melipat kertas. Berdasarkan pengamatan terdapat 5 (lima) anak yang sudah bisa melipat kertas dengan sempurna sedangkan 10 (sepuluh) anak belum bisa melipat kertas dengan sempuma dikarenakan perkembangan motorik halus dalam kegiatan melipat kertas belum memenuhi tingkat pencapaian perkembangan anak. Tidak semua anak menguasai motorik harus mampu dalam kegiatan melipat kertas dengan maksimal, ketidak mampuan itu karena kegiatan pembelajaran yang monoton, medianya kurang menarik, metode pembelajaran yang kurang mendukung serta kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak. Berdasarkan masalah di atas maka penulis mengangkat judul "Peningkatan Kemampuan Motorik Halus melalui Model Pembelajaran Demonstrasi pada Anak di Taman Kanak-kanak ". Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang digunakan adalah model proses (Kemmis & Taggart, 1988). Model pembelajaran Demonstrasi dengan dua model pembelajaran dikembangkan melalui dua siklus penelitian. Dalam setiap siklus penelitian ditempuh melalui empat tahap penelitian menyangkut METODE PENELITIAN : perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Penelitian kolaborasi di bawah ini menggambarkan jenjang dan tahapan penelitian kaji tindak dan pengembangan pembelajaran melalui model pembelajaran demonstrasi dengan menggunakan dua metode pembelajaran, yakni penggunaan Jurnal Forum Pendidikan Volume 14 Nomor 1, April 2018 85
media gambar dan metode praktek langsung pemanfaatan bahan bekas. Kerangka penelitian ini menggambarkan jenjang dan tahapan penelitian kaji tindak dan pengembangan pembelajaran melalui model pembelajaran dengan dua metode yaitu penggunaan media gambar dan metode praktek langsung pemanfaatan bahan bekas. Kedua metode pembelajaran ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang berbeda untuk peningkatan kemampuan motorik halus. Penerapan metode-metode pembelajaran tersebut dilaksanakan secara kolaboratif antara dosen, guru TK dan mahasiswa PG-PAUD. Penggunaan media gambar dilaksanakan di TK GMIM Putri Sion Lansot Tomohon dan metode praktek langsung pemanfaatan bahan bekas dilaksanakan di TK Imanuel Walian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I No Nama Anak Aspek Penilaian * ** *** **** Ket 1 MK V MB 2 MZ V BSB 3 A V MB 4 FB V BSH 5 FQ V BSH 6 RZ V BBB 7 Yl V BSH 8 R V BB 9 MS V B 10 ZF V BBB 11 NF V BB 12 BH MB 13 YN V BB 14 FA V BSH 15 PS V BB Keterangan: * = Belum berkembang ** = Mulai berkembang *** = Berkembang sesuai harapan **** = Berkembang sangat baik Hasil capaian pada Siklus I adalah: * = 5 anak = 33,33% ** = 4 anak = 26% *** = 3 anak = 20% **** = 3 anak = 20% 15 anak = 100% Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa dari 15 anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran melipat kerta, ada 3 anak (20%) yang mampu meniru lipatan, dari bentuk segitiga, segiempat sehingga membentuk lipatan Jurnal Forum Pendidikan Volume 14 Nomor 1, April 2018 86
bentuk ikan yang sudah sempurna, sehingga ada yang mendapat ****, berkembang sangat baik. Ini dikarenakan pada saat guru sedang menjelaskan cara melipat kertas ketiga anak ini memperhatikan dengan baik. Ada 3 anak (20%) yang berhasil mendapatkan ***, berkembang sesuai harapan, dimana anak mampu meniru lipatan dari bentuk segitiga, segiempat dan membentuk iipatan ikan yang belum sempurna. Ada 4 anak (26%) yang mendapatkan ** di mana anak hanya mampu meniru lipatan dari segitiga, Siklus II segiempat sehingga membentuk lipatan ikan dengan bantuan guru, dan 5 anak (33,33%) mendapatkan *, belum berkembang. Hal ini dikarenakan di saat guru sedang menjelaskan cara melipat anak tidak memperhatikan guru, pembelajaran kegiatan melipat kurang menyenangkan bagi anak, sehingga anak hanya bermain dengan teman. Dengan demnikian terdapat 6 anak yang berhasil, yang artinya 40% dari jumlah anak mengalamni perkembangan dalam kegiatan melipat kertas. No Nama Anak Aspek Penilaian * ** *** **** Ket 1 MK V BSH 2 MZ V BBB 3 A V MB 4 FB V BBB 5 FQ V BSH 6 RZ V BBB 7 Yl V BSH 8 RP V MB 9 MS V BB 10 ZF V BBB 11 NF V BBB 12 BH V BBH 13 YN V BBB 14 FA V BBB 15 PS V BSH Keterangan: * = Belum berkembang ** = Mulai berkembang *** = Berkembang sesuai harapan **** = Berkembang sangat baik Hasil capaian pada Siklus I adalah: * = 1 anak = 6,67% ** = 2 anak = 13,33% *** = 5 anak = 33,33% **** = 7 anak = 16,67% 15 anak = 100% Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus II dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan perbaikan, anak-anak sudah mengalami peningkatan kemampuan Jurnal Forum Pendidikan Volume 14 Nomor 1, April 2018 87
sehingga mencapai hasil yang maksimal. Ada dari 15 anak terdapat 7 anak (16,67%) mendapatkan **** berkembang sangat baik tergolong anak yang sudah bias meniru lipatan bentuk segitiga, segiempat sehingga membentuk lipatan ikan yang sempurna. In! dikarenakan di saat guru sedang mempraktekkan cara melipat anak lebih fokus memperhatikan dan anak dapat memahami dan mengerti cara melipat, 5 anak (33,33%) medapatkan ***, berkembang sesuai harapan tergolong anak yang sudah bias meniru lipatan dari bentuk segitiga, segiempat sehingga membentuk lipatan ikan. Meskipun melipat ikan belum sempurna namun anak mampu melipat sendiri tanpa bantuan dari guru. Ada 2 anak (13,33%) yang mendapatkan ** yaitu anak yang sudah bisa meniru ikan dengan bantuan dan motivasi guru. Namun terdapat 1 anak yang belum mampu meniru lipatan yang dicontohkan guru meskipun sudah dibantu dan diberikan motivasi. Dengan demikian pada Siklus II ini terdapat 12 anak yang berhasil membentuk lipatan sederhana (ikan) yang artinya 80% dari jumlah anak mengalami peningkatan 40%. Pembahasan Dari hasil penelitian tindakan Siklus I dimana proses berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar, belum berjalan sebagaimana yang diharapkan karena anakanak selama mengikuti kegiatan pembelajaran masih kelihatan kurang bersemangat dengan model pembelajaran yang diterapkan guru, sehingga respon anak untuk menjawab pertanyaan guru masih jauh dari yang diharapkan. Di samping itu suasana kelas pada saat pembelajaran beriangsung kurang tertib, sehingga berdampak pada belum mengerti dan memahami mated yang diajarkan. Hal ini teramati dan hasil dari hasil penilaian, dimana hasil belajar anak pada Siklus I dinyatakan belum berhasil, dengan rata-rata capaian belajar anak hanya 40% dari target 80%. Untuk itu perbaikan dapat dilakukan pada siklus berikutnya. Pada penelitian tindakan Siklus II, Proses PembeJajaran mulai mewujudkan kemajuan, hal ini disebabkan karena sebelum penyajian materi berlangsung guru mengawalinya dengan menciptakan pembelajaran yang menarik, guru mendorong dan memberikan pujian untuk membangkitkan semangat serta dorongan dan kemauan anak untuk belajar, sehingga pada pembelajaran Siklus II ini telah menunjukkan peningkatan kemampuan anak dalam hal melipat kertas. Berdasarkan hasil evaluasi rata-rata capaian belajar yang diperoleh anak telah mengalami peningkatan 80% dari target 80 %, tentunya hasil yang diperoleh anak dipengaruhi oleh adanya perbaikan pembelajaran yang diterapkan guru. Hal ini menunjukkan bahwa temyata penerapan model demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan melipat kertas anak. Simpulan Pelaksanaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan melipat SIMPULAN DAN SARAN kertas dilaksanakan dalam 2 (dua) Siklus. Secara keselurunan pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancar, sesuai dengan Jurnal Forum Pendidikan Volume 14 Nomor 1, April 2018 88
rencana yang telah disusun dan dilakukan refleksi di setiap siklusnya. Terjadi perubahan peningkatan anak secara bertahap dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan kemampuan anak dalam pembelajaran model demonstrasi cukup berarti. Peningkatan melipat kertas anak tertihat pada hasil lipatan anak. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan dan analisis penelitian terkait dengan peningkatan kemampuan melipat kertas melalui model demonstrasi, perlu adanya perbaikan dan saran yang membangun. Sebagai guru hendaknya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode dan media yang bervariasi dan cocok dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat menumbuhkan semangat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan serta nyaman bagi anak. Peran orang tua juga sangatlah diperlukan untuk membantu anak menunjukkan kemampuan kreativitas dalam melipat kertas. Amminudin, 1954. Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu. http:ncosyuda. blogspot/com2012/ii/konsep-dasar- Pembelajaran Terpadu.html. diakses 28 Februari 2015. Daeng Sari dan Dini P. 1996. Metode Mengajar di TK. Jakarta DEPDIKBUD. DIRJEN DIKTI. Djamarah. 2005. Strategi Belajar Mengajar: Jakarta PT. Rineke Cipta Hira. Faizal Hizbah. Metode Pembelajaran Tematik. (Online) http:wordpress.com Diakses 9 Maret 2014 Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkatan Satuan Penddikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja. Rosdakarya. DAFTAR PUSTAKA Rosyad. Aminudin. 2002. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar: Bandung, Remaja Rosda Karya. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya. Sumantri, Mulyani. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dekdikbud. Saputra, Yudha. M dan Rudyanto, 2005, Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta; Depdiknas. Sumantri. 2002. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Dekdikbud. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sinar Grafika Zainal Aqib. 2006. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika. Jurnal Forum Pendidikan Volume 14 Nomor 1, April 2018 89