BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia khususnya di wilayah Ibu Kota sangat pesat di era modern ini, membuat kebutuhan akan tempat tinggal yang nyaman kian meningkat. Peluang lapangan pekerjaan yang cukup menjanjikan di wilayah ibu kota membuat masyarakat yang tinggal di desa datang berbondong-bondong menuju ibu kota. Semakin sempitnya lahan di wilayah ibu kota akibat pembangunan gedung bertingkat untuk perkantoran yang tiada henti, maka mayoritas masyarakat lebih memilih tinggal di kotakota pendukung di pinggiran ibu kota. Kota-kota pendukung di pinggiran ibu kota antara lain Kota Depok, Kota Tanggerang dan Kota Bekasi. Khususnya di wilayah Kota Bekasi yang merupakan kota penghubung antara Ibu Kota Jakarta dan Kota Bandung menjadi tempat yang cocok untuk singgah bagi masyarakat Bandung yang bekerja di ibu kota. Keterbatasannya ruang dan lahan di wilayah Kota Bekasi serta pengaruh ruang tata kota yang terbatas dalam pembangunan tempat tinggal, maka perkembangan pembangunan apartemen terus meningkat. Kelebihan dari pembangunan apartemen ialah penggunaan lahan yang sedikit dalam menampung masyarakat yang cukup banyak. Di wilayah Kota Bekasi sendiri sedang dibangun berbagai macam apartemen dengan konsep yang berbedabeda, salah satunya adalah pembangunan kawasan apartemen bernama Grand Kamala Lagoon. Pembangunan kawasan apartemen ini akan membangun 4 tower apartemen yang bernama Emerald Tower, Barclay Tower, Isabelle Tower dan Moraine Tower. Grand Kamala Lagoon adalah apartemen eksklusif yang berada di wilayah timur Jakarta. Grand Kamala Lagoon adalah hunian dengan konsep one stop living dimana orang-orang yang akan hidup, bekerja, berolahraga, 1
bermain dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut dibangun juga berbagai macam infrastruktur pendukung seperti seperti sekolah, rumah sakit, mall, taman bermain dan lain-lain. Grand Kamala Lagoon atau GKL dikembangkan dengan konsep lagoon (danau) dimana di sekitar apartemen tersebut terdapat danau buatan yang dilengkapi dengan beragam fasilitas yang akan dijadikan pusat rekreasi. Danau tersebut juga berfungsi sebagai pengendali banjir dan menjadi sumber air bagi penghuni. Konsep lagoon tersebut dilengkapi dengan fasilitas seperti aneka permainan air yang nyaman, ruang bisnis, belanja, pendidikan dan olahraga. PT. PP Properti sebagi pemilik proyek, mulai mengerjakan tahap konstruksi proyek Grand Kamala Lagoon Bekasi pada triwulan ketiga tahun 2014. PT. PP Properti menunjuk PT. PP (Persero) Tbk sebagai general contractor untuk pembangunan proyek Grand Kamala Lagoon Bekasi pengembangannya akan memakan waktu sekitar 15 tahun. Grand Kamala Lagoon Bekasi dikembangkan oleh master planner dari USA yaitu DDG (development design group). PT. PP Properti juga membangun Jembatan Iconic Kalimalang sebagai akses ke Grand Kamala Lagoon Bekasi. Team Engineering dari PT. PP (Persero) membuat value engineering yaitu sistem metode konvensional menjadi metode precast untuk mempercepat proses pekerjaan pada proyek tersebut. Salah satu metode pekerjaan precast yang digunakan adalah metode pelat lantai konvensional yang diubah menjadi metode pelat lantai half slab. Dengan sistem ini dapat mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan struktur untuk bagian pelat lantai. Metode ini biasa dipakai pada proyek gedung bertingkat untuk mempermudah pekerjaan, menjaga kualitas bangunan, mengurangi jumlah tenaga kerja di lapangan dan menghemat penggunaan kayu untuk bekisting sehingga mendukung program green building. Pengertian dari green building adalah gedung yang ramah lingkungan, dengan berkurangnya material bekisting multiplek plywood sehingga mengurangi penggunan kayu yang terbuat dari pohon. Dalam hal ini akan membahas Perbandingan antara Metode Pelat Lantai Konvensional dan 2
Metode Pelat Lantai Half Slab. Metode pelat lantai half slab adalah pekerjaan pelat lantai beton bertulang dengan cara separuh precast dan separuhnya lagi cast in situ. Half slab adalah setengah pelat lantai beton bertulang yang di buat sekitar area proyek apartemen mulai dari perakitan tulangan, pengecoran, pengangkatan sampai penumpukan di tempat penyimpanan atau stockyard. Proses pemasangan half slab, pemasangan tulangan pelat lantai bagian atas dan pengecoran topping beton pelat lantai bertulang dilakukan di lantai yang akan dicor. Tulangan yang ada di dalam half slab adalah tulangan bagian bawah dari tulangan rencana pelat lantai, sehingga setelah half slab terpasang di atas tinggal memasang tulangan bagian atas. Pelat lantai konvensional adalah struktur pelat lantai bertulang mulai dari pemasangan bekisting, perakitan tulangan hingga pengecoran dilakukan di tempat. 1.2 Tujuan Tujuan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir magang ini adalah sebagai berikut: 1. Membandingkan metode kerja pelat lantai konvensional dan pelat lantai half slab. 2. Menganalisa perbandingan anggaran biaya pelat lantai konvensional dengan pelat lantai half slab di proyek Grand Kamala Lagoon. 3. Menganalisa kendala-kendala yang terjadi di lapangan selama pekerjaan pelat lantai half slab. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam laporan magang ini adalah sebagai berikut : 1. Perbandingan antara pelaksanaan di proyek menggunakan metode pelat lantai konvensional dengan metode pelat lantai half slab pada gedung apartemen Grand Kamala Lagoon Bekasi. 3
2. Perbandingan penggunaan angaran biaya metode pelat lantai konvensional dengan metode pelat lantai half slab pada gedung apartemen Grand Kamala Lagoon Bekasi mengacu pada analisa harga satuan. 1.4 Metodologi Penyusunan Laporan Dalam melaksanakan kegiatan penelitian magang ini digunakan beberapa metode pendekatan diantaranya sebagai berikut : A. Metode survei dan observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengukuran yang dilaksanakan secara langsung di lapangan. B. Metode wawancara, yaitu pengumpulan data dengan bertanya langsung atau konsultasi kepada pihak-pihak terkait dan tenaga ahli yang bertanggung jawab secara teknis maupun ahli perencanaan. C. Studi pustaka, yaitu dengan cara menggunakan berbagai literature sebagai dasar acuan. D. Dokumentasi, yaitu metode yang berhubungan dengan aspek pendokumentasian hasil pengamatan. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir magang ini disusun dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : A. Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, runga lingkup, metodologi penyusunan laporan dan sistematika penulisan laporan magang. B. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tentang landasa teori yang berkaitan dengan metode konstruksi bangunan gedung dan analisis biaya. C. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang rangkaian kegiatan pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan dalam metode konstruksi dan analisis biaya. 4
D. Bab IV Metode Konstruksi Pelat Lantai Half slab dan Konvensional Bab ini menjelaskan tentang proses dan perbandingan metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai half slab dan pelat lantai konvensional. E. Bab V Analisis Biaya Pelat Lantai Half slab dan Konvensional Bab ini berisi tentang perhitungan dan perbandingan biaya pelat lantai half slab dan konvensional. F. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan Metode Konstruksi dan Analisa Biaya serta saran yang dapat diberikan atas pelaksanaan kegiatan tersebut. G. Daftar Pustaka Bab ini berisi tentang sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penyusunan laporan magang ini. H. Lampiran Bab ini berisi shop drawing serta informasi-informasi lain yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut. 5