BAB II KAJIAN TEORI. seseorang setelah terjadinya proses belajar. Belajar merupakan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Oemar Hamalik menjelaskan belajar adalah modifikasi atau

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Pengertian Belajar. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Pusat Rotasi. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. sebuah proses yang menyebabkan terjadinya perubahan pada input dari sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. 1

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang

BAB II KAJIAN TEORI. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-qur an surat Al- alaq ayat 1-5

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORI. tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Para pelajar. tidak menyetir kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 17 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 10 orang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. dan belajar dalam suasana senang serta efektif. strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran. dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Beberapa Istilah yang hampir sama

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan.

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN TEORI. sama lain. Dalam uraian ini dapat berkenalan dengan beberapa perumusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk. keterampilan yang mantap. Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas. (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah, yang diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB II KAJIAN TEORI. panggal dan puncak proses pembelajaran 12. Setelah proses pembelajaran

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN TEORI. berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. 1 Dengan ini mereka

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Strategi Pebelajaran Secara Umum

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika. tepat. Meletakkan hal tersebut dalam hubungannya satu sama lain secara

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. berikut adalah pendapat para ahli tentang istilah tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB II KAJIAN TEORI. kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan

Penggunaan Model Pembelajaran Kooeperatif

: Pembelajaran Kooperatif tipe TAI, Keaktifan dan Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA SEKOLAH DASAR

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Tinjauan Hasil Belajar Matematika. a. Pengertian Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. 1. memberikan bimbingan dan selalau mendorong semangat belajar anak didik,

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II LANDASAN TEORI

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 004 Pulau

BAB I PENDAHULUAN. siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB II KAJIAN TEORI. method, or series of activities to designed a particular educational goal. Jadi, dengan

BAB V PEMBAHASAN. kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah terjadinya proses belajar. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan instrumen menuju perubahan-perubahan yang diharapkan. Perubahan-perubahan dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang disusun secara terprogram dan terencana sehingga jenis dan bentuk-bentuk perubahan sebagai hasil belajar sudah terdesain. 9 Oemar Hamalik menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai tujuan. 10 Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan berdasarkan prosedur yang pada akhirnya akan terjadi perubahan pada individu yang belajar. Dengan adanya proses belajar 9 Kusnadi, et al, Strategi Pembelajaran IPS, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2008), hlm. 17. 10 Oemar Hamalik, Op. Cit., hlm. 29. 11

12 seseorang akan memperoleh hasil dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Hasil belajar ini merupakan penentu dari keberhasilan dari proses belajar. Semakin baik proses belajar yang dilakukan maka akan semakin baik pula hasil yang diperoleh. Sesuai dengan perkembangan zaman dalam dunia pendidikan maka hasil belajar memiliki pengertian yang sangat beragam. Hasil belajar merupakan bentuk cerminan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Nana Sudjana mendefenisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 11 Menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. 12 Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku siswa akibat belajar. Perubahan prilaku ini disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. 13 Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan 11 Nana Sudjana, Loc. Cit. 12 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 3. 13 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 46.

13 yang dimiliki siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Kemampuankemampuan tersebut merubah prilaku siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Namun dalam proses pembelajaran ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Secara umum terdapat dua kategori faktor yang saling mempengaruhi individu dalam belajar sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis. a. Faktor Fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik siswa. Faktor ini dibedakan menjadi dua, yaitu keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani. b. Faktor Psikologis, adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor ini meliputi kecerdasan atau kemampuan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a. Lingkungan sosial, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

14 b. Lingkungan nonsosial, meliputi 1) lingkungan alamiah, seperti kondisi udara segar, tidak panas dan tidak dingin, dll. 2) faktor intrumental, yaitu perangkat belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, dll. 3) faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). 14 Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Namun faktor yang lebih utama mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Clark yang dikutip oleh Sudjana, bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan, itu berarti bahwa kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. 15 Namun, aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal siswa saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal siswa misalnya dari lingkungan sosial yaitu guru yang mengajar. Hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh cara guru mengajar dan model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat menarik 14 Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2008), hlm. 19. 15 Nana Sudjana, Dasar-dasar proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 39.

15 minat dan perhatian siswa sehingga siswa tertarik untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan pada akhirnya dengan adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran maka akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/ mendesain pengajaran secara tepat. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan tes hasil belajar. Dengan adanya tes hasil belajar maka akan diketahui sejauh mana hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Bloom dalam Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar itu dapat diklasifikasikan kepada 3 ranah, yaitu: 1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap. 3. Ranah Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hasil belajar ini merupakan gambaran dari kemampuan yang diperoleh siswa dari tes belajar IPA yang diberikan setelah proses pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran asistensi dalam kelompok.

16 2. Model Pembelajaran Asistensi dalam Kelompok a. Pengertian Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 16 Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Arends dalam Trianto menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran asistensi dalam kelompok. Model pembelajaran asistensi dalam kelompok adalah model pembelajaran yang membuat para siswa bekerja dalam kelompokkelompok pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab 16 Trianto. Op. Cit., hlm. 51.

17 untuk mengelola dan memeriksa pekerjaaan temannya secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, akhirnya membebaskan mereka dari pembelajaran langsung. 17 Dalam model pembelajaran asistensi dalam kelompok ini setiap anggota saling membantu. Siswa tetap berada dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang diberi pertanyaan yang direncanakan untuk diajarkan. Semua anggota kelompok tidak boleh mengakhiri kegiatan belajarnya selama anggota timnya belum menyelesaikan semua tugas. Setiap anggota kelompok yang mendapat kesulitan dalam belajar maka akan dibantu oleh teman sekelompoknya sebelum dibantu oleh guru. b. Langkah-langkah model pembelajaran asistensi dalam kelompok Menurut Slavin langkah-langkah dalam model pembelajaran asistensi dalam kelompok terdiri dari enam langkah sebagai berikut: 1) Pengelompokan Kelompok beranggotakan 4-5 orang yang bersifat heterogen. Fungsi kelompok adalah memastikan semua anggota kelompok ikut belajar dan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Adapun cara pembentukan kelompok adalah dengan cara sebut angka menggunakan kartu pengelompokan, yaitu dengan cara menentukan jumlah kelompok yang dibuat dengan menempatkan 17 Sumarmi, Loc. Cit.

18 angka pada selipan kertas dan tempatkan di dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka dari kotak untuk untuk menandai kelompoknya. 18 2) Tes penempatan Sebagai dasar pertimbangan menempatkan siswa dalam kelompokkelompok kooperatif. Tes penempatan ini dapat berupa hasil tes sebelumnya, pre-tes ataupun lainnya. Tes penempatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga mengetahui materi apa yang harus dikuasai siswa. 19 3) Belajar kelompok Siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah dalam belajar kelompok adalah: a. Para siswa membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 2-3 orang untuk melakukan pengecekan. b. Siswa membaca panduan dan mulai mengerjakan latihan ataupun LKS c. Kemudian jawaban dari LKS diperiksa oleh teman satu timnya dengan menggunakan panduan lembar jawaban. d. Setelah siswa menyelesaikan sejumlah soal yang ditentukan dan jawabannya benar, kemudian mengerjakan tes formatif. e. Tes formatif para siswa ditandatangani oleh tim pemeriksa dari kelompok lain supaya mengambil tes unitnya, kemudian pemeriksa menghitung skornya. Siswa yang telah mampu menguasai materi terlebih dahulu bertanggung jawab untuk menerangkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang belum menguasai sehingga akan diperoleh keberhasilan kelompok. 20 18 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2009), hlm. 49. 19 Sumarmi, Op. Cit., hlm. 72 20 Ibid.

19 4) Penjelasan guru pada kelompok Setiap kali pertemuan guru memberikan penjelasan sekitar 10-15 menit untuk menjelaskan konsep-konsep utama dan spesifik pada kelompok-kelompok siswa. 5) Perhitungan skor kelompok Guru menghitung skor kelompok. Skor ini didasarkan pada jumlah tugas yang diberikan, tes dan keaktifan masing-masing kelompok. Kriteria kelompok adalah kriteria tinggi untuk kelompok super, kriteria menengah untuk kelompok hebat, dan kriteria minimum untuk kelompok baik. Kelompok yang memenuhi kriteria sebagai kelompok super akan menerima penghargaan atau reward dari guru. 6) Tes Tes diberikan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes bisa berupa tes yang diberikan pada akhir pembelajaran. 21 c. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran asistensi dalam kelompok Menurut Slavin ada beberapa kelebihan model pembelajaran asistensi dalam kelompok yaitu sebagai berikut: 1) Guru akan terlibat minimal dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin 21 Ibid, hlm. 69-70.

20 2) Guru akan menggunakan paling sedikit waktunya mengajar dalam kelompok-kelompok kecil. 3) Pelaksanaan program sederhana 4) Siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat 5) Siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain 6) Mengurangi prilaku yang mengganggu 7) Mengurangi konflik pribadi 8) Program ini sangat membantu siswa lemah 9) Meningkatkan minat belajar dalam diri siswa 10) Meningkatkan prestasi belajar siswa. 22 Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran asistensi dalam kelompok ini juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: 1. Dibutuhkan waktu yang lama untuk pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran 2. Jumlah siswa yang sangat besar dalam kelas akan menyulitkan guru memberikan bimbingan kepada siswa. 23 3. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Asistensi dalam Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Proses pembelajaran tentunya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan 22 Ibid. 23 Ibid, hlm. 71.

21 hasil belajar siswa adalah melalui pembelajaran kooperatif yaitu dengan model pembelajaran asistensi dalam kelompok. Sumarmi menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pelajaran sangatlah penting. Semakin aktif siswa maka ketercapaian prestasi hasil belajar semakin besar. 24 Slavin juga menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. 25 Sehubungan dengan kedua pendapat tersebut, model pembelajaran asistensi dalam kelompok merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dapat memacu para siswa untuk bekerja dan belajar dalam kelompok untuk memahami materi ajar dan bertanggung jawab dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin, saling membantu dalam memecahkan masalah, dan saling mendorong untuk berprestasi sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik. Slavin juga menyebutkan bahwa salah satu kelebihan dari model pembelajaran asistensi dalam kelompok adalah guru tidak akan terlibat secara rutin, sehingga siswa akan lebih termotivasi dengan sendirinya untuk memahami pelajaran supaya mendapatkan hasil yang lebih baik dari hasil yang diperoleh oleh siswa lain. Selanjutnya kelebihan model pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 24 Ibid. 25 Baharuddin, Op. Cit., hlm. 116.

22 Elok dalam Anwar yang dikutip oleh Sumarmi menyatakan bahwa dari pengakuan siswa menyatakan kesenangan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif model asistensi dalam kelompok dan berminat mengikuti pembelajaran selanjutnya. Hal ini berarti telah membawa keberhasilan dalam mengembangkan sikap positif siswa. 26 Model pembelajaran ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky. Pada teori belajar Vygotsky sangat menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar siswa. 27 Pada pembelajaran kelompok menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan dan menantang pengetahuan yang dimiliki setiap siswa. 28 Sehubungan dengan itu model pembelajaran asistensi dalam kelompok ini membuat siswa bekerja dan belajar dalam kelompoknya masing-masing. Dengan adanya interaksi antara siswa maka siswa akan saling membantu dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model pembelajaran ini terdapat komponen perhitungan skor kelompok. Dengan adanya perhitungan skor kelompok maka setiap kelompok siswa akan bersaing untuk mendapatkan nilai atau skor baik untuk kelompoknya, dimana setiap siswa bertanggung jawab untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi karena nilai tersebut yang akan 26 Loc. Cit. 27 Op. Cit., hlm. 124. 28 Ibid, hlm. 128.

23 menentukan nilai kelompoknya. Kelompok yang memperoleh skor atau nilai tertinggi akan mendapatkan reward atau penghargaan dari guru. Dengan adanya penghargaan tersebut akan menimbulkan persaingan dan memacu semangat setiap kelompok untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain, akibatnya siswa akan berusaha untuk belajar dan memahami materi dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran asistensi dalam kelompok menimbulkan pengaruh positif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan adanya keterlibatan dan interaksi antara siswa maka siswa akan saling membantu dalam menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran. Kemudian dengan adanya rasa persaingan antar kelompok maka masing-masing kelompok akan berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelompok-kelompok lainnya. Dan keberhasilan kelompok akan ditentukan oleh hasil belajar masing-masing siswa. B. Penelitian yang Relevan Sebagaimana diketahui bahwa judul pada penelitian ini adalah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Asistensi dalam Kelompok pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas IV SD Negeri 005 Binuang Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten

24 Kampar. Berdasarkan judul penelitian, peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Isti Mailinda pada tahun 2011 dengan judul penelitian: Meningkatkan Hasil Belajar Sains Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Asistensi dalam Kelompok di Kelas VIII SMP 3 Tanah Putih Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe asistensi dalam kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Sains Biologi siswa kelas VIII SMP 3 Tanah Putih tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan dari siklus I ke siklus II. Secara klasikal dapat dilihat pada siklus I ketuntasan belajar siswa adalah 58,97%. Ketuntasan belajar pada siklus II adalah 84,61% dari jumlah siswa yang termasuk kategori tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe asistensi dalam kelompok ini dapat dikatakan berhasil. 29 Adapun persamaannya dengan penelitian ini adalah pada variable X yaitu model pembelajaran yang digunakan, dan pada variable Y yaitu hasil belajar siswa, serta pada mata pelajaran yang diteliti. Sedangkan perbedaannya terletak pada tingkat pendidikan dan sekolah yang diteliti. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Selfiana tahun 2011 dengan judul penelitian: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Asistensi 29 Isti mailinda, Meningkatkan Hasil Belajar Sains Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Asistensi dalam Kelompok di Kelas VIII SMP 3 Tanah Putih Tahun Pelajaran 2010/2011, (Pekanbaru: UNRI, 2011).

25 dalam Kelompok untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 009 Maredan Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa mengalami peningkatan. Perolehan persentase pencapaian aktivitas siswa secara klasikal pada siklus I 67,22 % dengan taraf baik pada siklus II meningkat menjadi 76,94% dengan taraf baik. Hal tersebut didukung oleh hasil angket yang menunjukkan respon positif yang cukup besar terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe asistensi dalam kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran asistensi dalam kelompok dapat meningkat aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SDN 009 Maredan Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. 30 Adapun persamaannya dengan penelitian ini adalah pada variable X yaitu model pembelajaran yang digunakan. Sedangkan perbedaannya terletak variable Y yaitu Yunita meneliti tentang aktivitas belajar siswa, sedangkan penelitian ini meneliti tentang hasil belajar siswa. Kemudian pada mata pelajaran dan sekolah yang diteliti. C. Kerangka Berfikir Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menerapkan model pembelajaran asistensi dalam kelompok. Dalam 30 Yunita Selfiana, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Asistensi dalam Kelompok untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 009 Maredan Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, (Pekanbaru: UNRI, 2011).

26 proses belajar mengajar guru akan mengajar siswa berdasarkan langkahlangkah model pembelajaran asistensi dalam kelompok untuk fokus pada peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Penelitian ini dikonsep dalam dua kerangka cara: (1) masalah yang harus diselesaikan dan (2) alat untuk memecahkan masalah. Masalah yang harus diselesaikan fokus pada hasil belajar siswa yang masih rendah dalam proses pembelajaran IPA. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 005 Binuang Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar diperoleh keterangan masih rendahnya hasil belajar siswa, salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan model pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat mengaktifkan dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran asistensi dalam kelompok. Dengan pemahaman yang benar tentang konsep IPA diharapkan siswa dapat memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. D. Indikator Keberhasilan 1. Indikator Kinerja a. Aktivitas Guru 1) Guru menjelaskan model pembelajaran dan teknis pelaksanaannya 2) Guru membentuk kelompok siswa menggunakan kartu pengelompokan

27 3) Guru melakukan tes penempatan dengan memberikan pertanyaan secara lisan untuk mengetahui kemampuan siswa terkait materi pelajaran 4) Guru memberikan LKS 5) Guru membimbing siswa mengoreksi LKS dengan panduan kunci jawaban 6) Guru memberikan tes formatif 7) Guru membimbing siswa mengoreksi hasil tes formatif kelompok lain 8) Guru menjelaskan materi pelajaran 9) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang memperoleh skor tertinggi. 10) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan. b. Aktivitas Siswa 1) Siswa mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 2) Siswa duduk berdasarkan pembagian kelompok masing-masing 3) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru terkait materi pelajaran secara lisan 4) Siswa mengerjakan LKS, berdiskusi dan saling membantu dalam kelompok masing-masing untuk menyelesaikan LKS, siswa yang telah mengerti materi pelajaran membantu teman sesama anggota kelompoknya yang belum mengerti. 5) Siswa memeriksa LKS dengan panduan kunci jawaban

28 6) Siswa mengerjakan tes formatif 7) Siswa mengoreksi hasil tes formatif kelompok lain 8) Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait materi pelajaran 9) Siswa kelompok yang memperoleh skor tertinggi menerima penghargaan dari guru 10) Membuat kesimpulan materi pelajaran. 2. Indikator Hasil Belajar Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa 75% mencapai KKM yang telah ditetapkan. 31 Adapun KKM yang telah ditetapkan adalah 65. Artinya, dengan pesentase tersebut hampir keseluruhan hasil belajar siswa telah mencapai KKM yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dikatakan telah berhasil. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian teori yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: dengan penerapan model pembelajaran asistensi dalam kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas IV SD Negeri 005 Binuang Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar. 2010), hlm. 257. 31 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,