PENGGUNAAN LANDSAT ETM-7 UNTUK EVALUASI POLA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

III. METODE PENELITIAN

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

III. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

PEMANFAATAN GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM (GNSS) UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA TIMUR

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

SIDANG TUGAS AKHIR RG

EVALUASI PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH PERKOTAAN (STUDI KASUS KEC.LOWOKWARU, KOTA MALANG) Fransiscus Hamonangan Hutabarat 1, Muhammad Taufik 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

III. BAHAN DAN METODE

Oleh : Feri Istiono 1, Dr.Ing.Ir Teguh Hariyanto Msc 1. Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan Tata Ruang di Indonesia

Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat


JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

RELASIONAL PENGINDERAAN JAUH DENGAN PEMETAAN PENGADAAN TANAH JALAN TOL TRANS JAWA

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

PENGGUNAAN CITRA RESOLUSI TINGGI SEBAGAI DATA DASAR UNTUK RENCANA TATA RUANG KOTA (Studi Kasus : Kecamatan Rungkut, Surabaya)

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

BAB III METODE PENELITIAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

III. BAHAN DAN METODE

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK HASIL RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN DAN EVALUASI TUTUPAN LAHAN

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

Abstrak PENDAHULUAN.

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN I-1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

III. METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Transkripsi:

PENGGUNAAN LANDSAT ETM-7 UNTUK EVALUASI POLA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO ASRUL SIGIT, TEGUH HARIYANTO, IRA MUTIARA ANJASMARA Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia E-mail: asrul_sigit@yahoo.com Dalam rangka otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengoptimalisasikan pendapatan daerah. Pada tataran praktis hal tersebut dituangkan ke dalam perencanaan untuk pemanfaatan dan arah pengembangan wilayah berdasarkan kerangka hasil kajian potensi daerah. Perencanaan pemanfaatan ruang dan arah pengembangan wilayah dapat digunakan untuk menarik investor dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah. Studi keruangan menggunakan citra satelit mempunyai beberapa kelebihan, yaitu proses editing dan updating dari suatu wilayah peruntukan dapat dilakukan secara kontinyu dan berkala. Sehingga studi keruangan menggunakan citra satelit dapat dijadikan alternatif untuk evaluasi pola pengembangan wilayah. Informasi tutupan lahan kekinian menjadi kajian potensi wilayah, dimana kajian potensi wilayah dijadikan dasar dalam perencanan pemanfaatan ruang dan arah pengembangan wilayah. Dari hasil penelitian pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo masih sesuai dan tetap mengacu pada RTRW, ini terlihat pada hasil klasifikasi tutupan lahan, dimana sepanjang koridor jalan jalur pantura didominasi kawasan terbangun dan kawasan budidaya. Sedangkan prosentase perubahan luasan tutupan lahan hasil klasifikasi terhadap rencana pemanfaatan ruang pada RTRW Kabupaten Situbondo; kawasan Hutan berkurang 18,49%, Sawah bertambah 88,54%, Ladang / Tegalan berkurang 15,77%, Perkebunan berkurang 27,23%, Pemukiman berkurang 93,04%, Mangrove berkurang 41,25%, Kawasan Industri berkurang 79,38%, Tambak berkurang 41,44%, Lahan Terbuka / Tanah Tandus bertambah 163,37%.Dapat dilihat perubahan tutupan lahan sebagai upaya optimasi pemanfaatan ruang Kabupaten Situbondo belum maksimal berdasarkan rencana yang ada. Potensi bahan galian C dari hasil kajian potensi wilayah didapatkan bahwa dari 100%, yang layak dan berpotensi untuk dikembangkan sebesar 67,74%. Kata kunci : otonomi daerah, citra satelit, pola gembangan wilayah, studi keruangan. PENDAHULUAN Kebutuhan akan perencanaan pada suatu daerah dengan orientasi untuk pemanfaatan dan arah pengembangan wilayah menjadi sebuah tuntutan logis seiring dengan otonomi daerah. Tantangan dalam dinamika survei dan pemetaan yang telah mengalami kemajuan dan revolusi kearah penggunaan praktis dalam berbagai segi kehidupan dimasyarakat, dan tidak terkecuali dalam kegiatan perencanaan wilayah. Secara langsung penyediaan data spasial yang telah terintegrasi dengan informasi wilayah adalah dasar kajian potensi wilayah untuk perencanaan pemanfaatan dan arah pengembangan wilayah. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo dari yang direncanakan pada RTRW dibandingkan dengan kondisi kekinian tutupan lahan (land cover). Tujuannya adalah penggunaan citra satelit penginderaan jauh untuk studi keruangan sebagai kajian potensi wilayah yang dijadikan dasar evaluasi pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo dan juga untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas penggunaan citra penginderaan jauh satelit serta kelebihan dan kekurangan dalam penyediaan data spasial untuk evaluasi pola pengembangan wilayah yang digunakan 30

dalam perencanaan pemanfaatan dan arah pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo. METODE PENELITIAN Evaluasi pola pengembangan wilayah menjadi kebutuhan untuk perencanaan pemanfaatan dan arah pengembangan wilayah yang kemudian tersusun dalam diagram alir penelitian. Integrasi data yang menjadi basis dalam evaluasi pola pengembangan wilayah, dimana kompilasi data yang dimaksudkan sebagai berikut : a. Peta geologi dan lokasi bahan galian C dan peta topografi yang dijital dalam format vektor ditampalkan dengan citra satelit untuk memperoleh batasan kajian sesuai dengan kebutuhan untuk kajian potensi wilayah b. kemudian dikompilasi batas administrasi, data kesesuaian lahan dan Peta RTRW Kabupaten Situbondo sebagai evaluasi pola pengembangan wilayah. Peta Geologi dan lokasi bahan galian C Digital Peta Topografi 1:25.000 Penginderaan Jauh Citra Satelit Koreksi Geometrik Resampling Penajaman Citra Interpretasi, Klasifikasi Citra terkoreksi dan terklasifikasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Digital Analisa dan evaluasi terhadap pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo dilakukan terhadap Peta RTRW yang telah tersusun dalam kebijakan tata ruang daerah dikorelasikan dengan citra satelit (sebagai data primer) yang mempunyai tutupan lahan terkini. Dengan kompilasi data yang telah ada misal lokasi bahan galian C yang disekitarnya didukung infrastuktur dan tutupan lahan yang layak untuk dilakukan eksplorasi terhadap potensi ini, maka secara otomatis merubah kebijakan tata ruang wilayah sesuai kebutuhan optimalisasi pendapatan daerah dari sektor potensi bahan galian C si-koreksi-koreksi radiometrikaj Penginderaan Jauh Survei lapa -mapping Kompilasi data primer dan sekunder Analisa Potensi Wilayah Analisa Pola Pengembangan Wilayah Kabupaten Situbondo Revisi Peta Perencanaan Tata Ruang Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 31

HASIL DAN ANALISA Potensi Bahan Galian C Menggunakan hasil klasifikasi tutupan lahan dan peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian C serta didukung dengan digitasi Infrastruktur (jalan) dan sungai, didapatkan inventarisasi potensi bahan galian C. Inventarisasi dimaksudkan untuk perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan potensi bahan galian C, dimana pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Situbondo disebutkan bukan merupakan prioritas pengembangan. Sebagai bahan pertimbangan Pemerintahan Kabupaten Situbondo bahwa potensi bahan galian C dapat menjadi sumber investasi daerah bila dikembangkan. Dapat dilihat dari hasil overlay, menunjukkan potensi bahan galian C cukup banyak. Dalam rangka optimasi potensi ini, tinggal membangun infrastuktur dan prasarana disekitar lokasi bahan galian C. Sebagaimana yang tertuang dalam RTRW bahwa kawasan pertambangan dan sekitarnya hendaknya tidak ada peralihan fungsi lahan dan sebaiknya digunakan sebagai kawasan pertanian bukan semusim. Sehingga dapat direncanakan untuk pengembangan potensi bahan galian C sebagai upaya optimasi pemanfaatan ruang. Sebagai alternatif penyelesaian masalah tentang dampak pengrusakan lingkungan akibat penambangan liar, disini kita dapat melakukan monitoring terhadap penambangan dimasing-masing lokasi potensi bahan galian C. Perubahan Pemanfaatan Rencana Ruang Perubahan pemanfaatan rencana pemanfaatan ruang (RTRW Kabupaten Situbondo 1999/2000-2008/2009) dibandingkan dengan kondisi tutupan lahan kekinian hasil klasifikasi citra merupakan hasil analisa spasial dari integrasi data spasial RTRW (dijital) dan citra landsat ETM-7. Berikut dapat dituangkan dalam tabel perubahan tematik lahan : Tabel 1. Perubahan Tematik Tutupan Lahan TEMA Tutupan Lahan Rencana Pemanfaatan Ruang (RTRW) (ha) Tutupan Lahan (land cover) Hasil Klasifikasi (ha) Kawasan Hutan 75440,059 61491,613 Sawah 14642,635 27606,767 Ladang / Tegalan 29231,805 4610,538 Perkebunan 17357,524 4727,071 Pemukiman 98608,171 6866,904 Mangrove 2395,124 1407,246 Kawasan Industri 4168,505 836,866 Tambak 3627,704 2124,558 Lahan Terbuka / Tanah Tandus 10990,589 28945,583 Pembahasan Dan Analisa Evaluasi Pola Pengembangan Wilayah Evaluasi pola pengembangan wilayah secara spasial yang dimaksudkan adalah overlay data-data spasial sebagai bahan evaluasi pola pengembangan wilayah. Data spasial yang dioverlaykan adalah hasil klasifikasi tutupan lahan citra satelit Landsat ETM 7+ (Lampiran 1), Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian C Kabupaten Situbondo, Peta Tematik RTRW Kabupaten Situbondo. Mengacu pada hasil klasifikasi tutupan lahan (land cover) yang diintegrasikan dengan peta RTRW dan peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian C, dapat dijadikan analisa terbatas tentang pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo. Hasil integrasi data spasial (overlay) dan didukung dengan data 32

non spasial dapat menggambarkan kondisi kekinian Kabupaten Situbondo tentang arah atau pola pengembangan dan kencenderungan pembangunan daerah berdasarkan potensi wilayah. Pola pengembangan wilayah dan strategi pengembangan wilayah yang telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan pedoman dalam menentukan pemanfaatan potensi wilayah untuk dimanfaatkan sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan ruang. Pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo yang secara implisit terdapat di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah pola pengembangan wilayah linier. Pola Perembetan Linier; ribbon development; linier development adalah tipe ini menunjukkan menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal kota disemua bagian sisi luar wilayah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat disepanjang jalur transportasi utama yang merupakan tekanan paling berat dari perkembangan suatu wilayah. (Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota). Ciri pola perembetan linier dapat dilihat dari rencana struktur kegiatan, dimana pengembangan berikut fasilitas pelayanan dan infrastrukturnya berada pada jalur regional bagian utara yaitu jalur Pantura Bali dan arah pemanfaatan lahan dan pengendaliannya dilakukan secara cermat untuk optimasi struktur dan fungsi kegiatan serta untuk dapat diantisipasi dampak lingkungan yang negatif pada sepanjang koridor jalan regional ini. Skenario pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo adalah pengembangan wilayah melalui pendekatan perwilayahan pembangunan; yaitu dengan menetapkan Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) dimaksudkan untuk lebih menyerasikam laju perkembangan pembangunan antar daerah. Pendekatan perwilayahan pembangunan ini akan memberikan wawasan tentang prioritas pengembangan dan motivasi pembangunan yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang terdapat di daerah yang bersangkutansswp Kabupaten Situbondo ada tiga wilayah, dimana sesuai dengan pola pengembangan wilayah secara linier ; SSWP Besuki (SSWP barat), SSWP Situbondo (SSWP tengah), SSWP Asembagus (SSWP timur). SSWP barat, tengah dan timur terletak sepanjang koridor jalan jalur Pantura sebagai ciri pola perembetan linier. Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan (land cover) dari citra satelit yang merupakan kondisi kekinian dan didukung data infrastruktur (jalan), dilihat dari pola perembetan linier yang tertuang di RTRW Kabupaten Situbondo dapat dianalisa sebagai berikut : 1. Bahwa pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo masih sesuai dan tetap mengacu pada RTRW, ini terlihat pada hasil klasifikasi tutupan lahan ; dimana sepanjang koridor jalan jalur Pantura di dominasi kawasan terbangun (adalah Kawasan Terbangun adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk pemukiman, baik perumahan, bangunan, sarana prasarana umum, perdagangan, industri, perkantoran dan kawasan fungsional lain yang terkait langsung dengan kehidupan suatu pemukiman) dan kawasan budidaya (adalah Kawasan Budidaya adalah suatu kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan manusia dalam rangka kehidupan dan penghidupannya). 2. Berkenaan dengan rencana pemanfaatan ruang SSWP yang disesuikan dengan potensi dan kemampuan wilayah, ada beberapa perubahan pemanfaatan ruang (upaya optimasi struktur dan fungsi kegiatan) berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan kekinian. Perubahan (mengacu pada Tabel 3.1. Perubahan Tematik Tutupan Lahan) tidak mencolok, hanya peralihan fungsi lahan dan terjadi pergeseran rencana pengaturan zoning kawasan. 33

Zoning kawasan yang dimaksud merupakan tema-tema keruangan (spasial thematic) yang terdapat pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Situbondo. Perubahan yang dimaksudkan bukan hanya pada peralihan fungsi kawasan dan atau pemanfaatan ruang, tetapi juga karena perencanaan fungsi kawasan belum terealisasi. KESIMPULAN 1. Hasil koreksi geometrik non sistematik terhadap citra Citra Satelit Landsat ETM 7+ dengan Ground Control Point (GCP) mendapatkan ketelitian yang dilihat dari kesalahan rata-rata RMS-nya (Average RMS error) sebesar 0.522, dimana nilai toleransinya 1 pixel. 2. Sistem proyeksi koordinat peta pada citra Citra Satelit Landsat ETM 7+ digunakan Tranverse Mercator zona SUTM 50 dengan spheroid WGS 84. Untuk analisa evaluasi pola pengembangan wilayah yang memerlukan data peta tematik RTRW dan peta potensi dan lokasi bahan galian C sistem koordinatnya diproyeksikan sama dengan Citra Satelit Landsat ETM 7+. 3. Penggunaan teknologi penginderaan jauh sebagai bahan evaluasi pola pengembangan wilayah cukup efisien dan efektif, dengan hasil pengolahan data Citra Satelit Landsat ETM 7+ berupa kondisi tutupan lahan saat ini dapat dilakukan editing dan up-dating lebih cepat dan mudah. 4. Penggunaan teknologi penginderaan jauh lebih murah daripada survei langsung dilapangan untuk luasan wilayah Kabupaten Situbondo, karena luas cakupan citra 185 km 2 yang lebih efisien dan efektif untuk mengetahui kondisi tutupan lahan saat ini. 5. Pola pengembangan wilayah Kabupaten Situbondo yang merupakan pola perembetan linier (RTRW), ini terlihat pada hasil klasifikasi tutupan lahan ; dimana sepanjang koridor jalan jalur Pantura di dominasi kawasan terbangun dan kawasan budidaya. 6. Prosentase perubahan luasan tutupan lahan hasil klasifikasi terhadap rencana pemanfaatan ruang pada RTRW Kabupaten Situbondo; kawasan Hutan berkurang 18.49 %, Sawah bertambah 88.54 %, Ladang / Tegalan berkurang 15.77 %, Perkebunan berkurang 27.23 %, Pemukiman berkurang 93.04 %, Mangrove berkurang 41.25 %, Kawasan Industri berkurang 79.28 %, Tambak berkurang 41.44 %, Lahan Terbuka / Tanah Tandus bertambah 163.37 %. 7. Dilihat dari perubahan tutupan lahan sebagai upaya optimasi pemanfaatan ruang Kabupaten Situbondo belum maksimal berdasarkan rencana, ini dapat dilihat dari tema lahan pemukiman (lahan terbangun) yang realisasinya belum optimal dan pada tema lahan terbuka (tanah tandus) yang diproyeksikan untuk kawasan budidaya dan kawasan terbangun (sarana dan prasarana) belum dapat dilaksanakan sesuai rencana di-rtrw Kabupaten Situbondo. 8. Perubahan dan atau pergeseran pemanfaatan ruang tutupan lahan hasil klasifikasi untuk pertanian masih dalam kerangka ketentuan pemanfaatan ruang RTRW, dimana untuk perubahan tema lahan pertanian diijinkan sebesar 50 % dengan syarat bahwa perubahan lahan dialihkan fungsi menjadi lahan yang lebih produktif. 9. Potensi bahan galian C yang tidak mendapat prioritas pengembangan bisa menjadi pertimbangan untuk dapat 34

dijadikan prioritas dalam revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Situbondo. Dari hasil kajian potensi wilayah didapatkan bahwa dari 100 %, yang layak dan berpotensi untuk dikembangkan sebesar 67.74%. 10. Evaluasi terhadap pola pengembangan wilayah yang tertuang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) bukan diartikan atau dimaksudkan sebagai perubahan atau revisi rencana tata ruang, tetapi hanya bersifat melengkapi atau menyesuaikan arahan dan sasaran rencana tanpa mengubah struktur dan prinsip pemanfaatan ruang secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko.1996. Tata Ruang Perkotaan. PT ALUMNI. Bandung. Hadi Sabari Yunus. 1992. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Hardiyanti Purwadhi, F.S. 2001. Interpretasi citra digital. PT Grasindo. Jakarta. Japan Association on Remote Sensing (JARS). 1993. Remote Sensing Note. University of Tokyo. Tokyo. Japan. Lillesand, T.M. dan Kiefer, R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.Alih bahasa : Dulbahri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Maeden, G.J. and Kapetsky, J.M. 1991. Geographical information system and remote sensing in Inland Fisheries and Aguaculture. FAO Fisheries Technical Papper No. 318. Rome. Italy Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh jilid I (cetakan kedua). Gajah Mada Press. Yogyakarta. 220000 9 9 Lampiran 1.Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Citra Satelit ETM-7 9 9 916 0000 9 914 0000 9 9120000 220000 9120000 9100000 9100000 9 Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Landsat ETM 7+ Legenda 220000 Batas Kabupaten Hutan Pemukiman.shp Lahan terbuka.shp Terbuka Pemukiman Hutan.shp Sawah.shp Tambak.shp Tegalan Tegalan.shp Semak Semak belukar.shp Belukar Perkebunan Perkebunan.shp Mangrove Mangrove.shp Tanah Daerah berair.shp Bangunan (mengandung umum.shp air) Bangunan Umum 20000 9 912 0000 9120000 9120000 Sistem Proyeksi UTM, WGS 84 U 910 0000 9100000 10000 0 10000 Meter 9100000 220000 20000 4000 04000800012000 Meters Batas Kabupaten Pemukiman.shp Lahan terbuka.shp Hutan.shp Sawah.shp Tambak.shp Tegalan.shp Semak belukar.shp 35 Perkebunan.shp Mangrove.shp Daerah berair.shp Bangunan umum.shp