BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara.

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40.

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

Foto 4.10 Blok bagian kanan bergerak relatif ke kanan dari blok bagian kiri (lokasi pengamatan STG 10)

IV.2 Pola Kelurusan Daerah Penelitian

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI UNTUK KARAKTERISASI SESAR ANJAK DI DAERAH CAMPAKA DAN SEKITARNYA, CIANJUR, JAWA BARAT

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH DESA SUKARAMA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR DAERAH CIKATOMAS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, BANTEN.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

GEOLOGI DAERAH LAWELE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LASALIMU, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

JAWA BARAT TUGAS AKHIR. Di Program. Disusun oleh:

PROPOSAL TUGAS AKHIR

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto 3.30 Bidang Sesar Malekko 3 di Salu Malekko.

Gambar 3.14 Peta pola kelurusan lembah dan bukit di daerah penelitian

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

Struktur Geologi Daerah Jonggol Dan Jatiluhur Jawa Barat

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DAN BATUPASIR, DAERAH GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR UNTUK KARAKTERISASI SESAR ANJAK DAERAH CIJORONG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI UNTUK KARAKTERISASI SESAR ANJAK DAERAH CIMANINTIN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG, PROPINSI JAWA BARAT

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK SESAR ANJAK DAERAH JATIGEDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG, PROPINSI JAWA BARAT

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SITUMEKAR DAN SEKITARNYA, SUKABUMI, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH CIMANGGU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STRUKTUR LIPATAN ANJAKAN DAERAH WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT

STRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956)

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

GEOLOGI DAERAH SUNGAI TONDO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PASARWAJO, BUTON SELATAN, SULAWESI TENGGARA

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH OETUKE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR SKRIPSI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH CIAMPEA-LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GEOLOGI DAERAH SALUTIWO, KECAMATAN BONEHAU, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi - Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

GEOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI DAERAH BANTARMANGGU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar-sesar naik yang umumnya berarah NW-SE dan sesar-sesar mendatar yang berarah NE- SW. Bukti-bukti yang menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut diantaranya berupa data kekar gerus (shear fracture), breksiasi, cermin sesar, off set, dan kedudukan lapisan tegak yang ditemukan di lapangan. Penamaan sesar-sesar yang ada di daerah penelitian didasarkan atas sifat pergerakannya dan nama lokasi geografis dimana sesar-sesar tersebut ditemukan. 4.1.1 Sesar Naik Cicacaban Sesar Naik Cicacaban dijumpai di lapangan pada Sungai Ciharus yaitu pada lokasi KP 13.4 dan Sungai Cimaruyung pada lokasi CM 6.2. Sesar ini teramati di lapangan memotong Satuan Batupasir-Batulempung bagian bawah pada utara peta. Analisis awal adanya kehadiran sesar ini melalui analisis pola kelurusan punggungan berdasarkan SRTM (Gambar 4.1). Selanjutnya dibuktikan dengan kehadiran lapisan tegak di lapangan dengan kemiringan lapisan 75 pada lokasi KP 13.4 (Foto 4.1) dan microfold pada batulempung dengan kedudukan N 290 E/ 32 N 84 E/ 53 dan N 305 E/ 45 N 79 E/ 49 (Foto 4.2). Selain itu dari hasil rekonstruksi penampang didapatkan lapisan batuan yang lebih tua tersingkap di atas lapisan batuan yang lebih muda (Penampang Geologi, Lampiran D). 55

Gambar 4.1 Sesar Naik Cicacaban Gambar menunjukkan pola kelurusan punggungan berarah barat-timur yang menginterpretasikan Sesar Naik Cicacaban Foto 4.1 Lokasi Sungai Ciharus (KP 13.4) Gejala Sesar Naik Cicacaban yang ditandai dengan kehadiran lapisan tegak (75 ) 56

Foto 4.2 Lokasi Sungai Cimaruyung (CM 6.2) Gejala Sesar Naik Cicacaban yang ditandai dengan kehadiran microfold 4.1.2 Sesar Naik Cikukur Sesar Naik Cikukur dijumpai di lapangan di sekitar Desa Tambakserang pada cabang Sungai Ciomas yaitu pada lokasi CO 14.8. Sesar ini teramati di lapangan memotong Satuan Kalkarenit-Batulempung. Analisis awal adanya kehadiran sesar ini melalui analisis pola kelurusan punggungan berdasarkan SRTM (Gambar 4.2). Kehadiran lapisan tegak dengan kemiringan lapisan 60 (Foto 4.3) dan gejala lain berupa breksiasi merupakan bukti lain dari Sesar Naik Cikukukur. Arah breksiasi yang ditemukan di lapangan relatif berarah barat-timur sampai baratlaut-tenggara (N 289 E) yang diperkirakan merupakan arah dari Sesar Naik Cikukur (Foto 4.4). Hasil rekonstruksi penampang juga memperlihatkan lapisan batuan yang lebih tua tersingkap di atas lapisan batuan yang lebih muda (Penampang Geologi, Lampiran D). 57

Gambar 4.2 Sesar Naik Cikukur Gambar menunjukkan pola kelurusan punggungan berarah barat-timur yang menginterpretasikan Sesar Naik Cikukur Foto 4.3 Lokasi Sungai Ciomas (CO 14.8) Gejala Sesar Naik Cikukur yang ditandai dengan kehadiran lapisan tegak (60 ) 58

Foto 4.4 Breksiasi pada batulempung Foto memperlihatkan arah breksiasi relatif berarah barat-timur sampai baratlaut-tenggara (CO 14.8) U 4.1.3 Sesar Naik Peuteubongkok Sesar Naik Peuteubongkok dijumpai di lapangan pada Sungai Cilakar yaitu pada lokasi CL 12.12. Sesar ini teramati di lapangan memotong Satuan Kalkarenit- Batulempung bagian utara peta. Berdasarkan SRTM (Gambar 4.3) pola kelurusan punggungan Sesar Naik Peuteubongkok memperlihatkan arah barat-timur. Selain itu di lapangan ditemukan bukti sesar berupa cermin sesar dengan kedudukan bidang N 144 E/ 65 ; 53, N 273 E dengan besar pitch 50 (Foto 4.5). Berdasarkan kedudukan cermin sesar tersebut didapatkan sesar naik menganan. Kehadiran lipatan (N 260 E/ 36 N 74 E/ 20 ) dengan sumbu lipatan 15, N 71 E (Foto 4.6) dan hasil rekonstruksi penampang yang memperlihatkan lapisan batuan yang lebih tua tersingkap di atas lapisan batuan yang lebih muda (Penampang Geologi, Lampiran D) juga merupakan bukti sesar ini. 59

Gambar 4.3 Sesar Naik Peuteubongkok Gambar menunjukkan pola kelurusan punggungan berarah barat-timur yang menginterpretasikan Sesar Naik Peuteubongkok Foto 4.5 Cermin Sesar Foto menunjukkan cermin sesar dengan kedudukan N 144 E/ 65 53, N 273 E pitch 50 Sesar Naik Menganan Foto 4.6 Lokasi Sungai Cilakar (CL 12.9) Lipatan (N 260 E/ 36 N 74 E/ 20 ) dengan sumbu lipatan 15, N 71 E 60

4.1.4 Sesar Naik Cilakar Sesar Naik Cilakar dijumpai di lapangan pada Sungai Cilakar yaitu pada lokasi CL 11.2. Pada lokasi ini ditemukan zona hancuran pada Satuan Kalkarenit- Batulempung yang menyebabkan perubahan kedudukan lapisan (Penampang Geologi, Lampiran D). Selain itu ditemukan kehadiran sesar-sesar minor di lapangan berupa sesar normal (Foto 4.7). Sesar-sesar normal ini diinterpretasikan berada pada puncak antiklin (maximum curvature) pada Sesar Naik Cilakar. Adapun sesar normal ini memilik kedudukan N 64 E/ 52. Foto 4.7 Lokasi Sungai Cilakar (CL 11.2) Sesar normal (N 64 E/ 52 ) 4.1.5 Sesar Naik Meruyung Sesar Naik Meruyung dijumpai di lapangan pada Sungai Cipakel (CP 7.12) dan Sungai Meruyung (MY 10.1). Berdasarkan SRTM (Gambar 4.4) pola kelurusan punggungan Sesar Naik Meruyung memperlihatkan arah barat-timur sampai baratlaut-tenggara. Pada lokasi CP 7.12 ditemukan sesar minor berupa sesar naik menganan dengan off set 50-60 cm (Foto 4.8) dan cermin sesar dengan kedudukan bidang N 84 E/ 50 ; 52, N 153 E dengan besar pitch 60 (Foto 4.9). Berdasarkan kedudukan cermin sesar tersebut didapatkan sesar naik menganan. Selain itu kehadiran 61

lapisan tegak di lapangan dengan kemiringan mencapai 90 merupakan bukti lain dari Sesar Naik Meruyung. Gambar 4.4 Sesar Naik Meruyung Gambar menunjukkan pola kelurusan punggungan berarah barat-timur sampai baratlaut-tenggara yang menginterpretasikan Sesar Naik Meruyung Foto 4.8 Lokasi Sungai Cipakel (CP 7.12) Foto menunjukkan sesar minor berupa sesar naik Foto 4.9 Cermin Sesar Foto menunjukkan cermin sesar dengan kedudukan N 84 E/ 50 52, N 153 E pitch 60 Sesar Naik Menganan 62

4.1.6 Sesar Mendatar Cibeurih Sesar Mendatar Cibeurih dijumpai di lapangan pada Sungai Cimaruyung yaitu pada lokasi CM 6.3. Analisis ini didasarkan pada SRTM (Gambar 4.5) pola kelurusan lembah-sungai Sesar Mendatar Cibeurih yang memperlihatkan arah timurlaut-baratdaya. Selain itu kehadiran cermin sesar dengan kedudukan N 94 E/ 49 ; 43, N 152 E dengan besar pitch 40 pada lokasi CM 6.3 juga membuktikan Sesar Mendatar Cibeurih (Foto 4.10). Berdasarkan kedudukan cermin sesar tersebut didapatkan Sesar Mengiri Naik. Gambar 4.5 Sesar Mendatar Cibeurih Gambar menunjukkan pola kelurusan lembah sungai berarah timurlaut-baratdaya yang menginterpretasikan Sesar Mendatar Cibeurih 63

Foto 4.10 Cermin Sesar Foto menunjukkan cermin sesar dengan kedudukan N 94 E/ 49 43, N 152 E pitch 40 Sesar Mengiri Naik 4.1.7 Sesar Mendatar Ciharus Sesar Mendatar Ciharus dijumpai di lapangan pada sepanjang Sungai Ciharus. Analisis ini didasarkan pada SRTM (Gambar 4.6) pola kelurusan lembah-sungai Sesar Mendatar Ciharus yang memperlihatkan arah timurlaut-baratdaya. Gambar 4.6 Sesar Mendatar Ciharus Gambar menunjukkan pola kelurusan lembah sungai berarah timurlaut-baratdaya yang menginterpretasikan Sesar Mendatar Ciharus 64

4.1.8 Sesar Mendatar Parasi Sesar Mendatar Parasi dijumpai di lapangan pada sepanjang Sungai Cilakar sekitar Desa Parasi. Analisis ini didasarkan pada SRTM (Gambar 4.7) pola kelurusan lembah-sungai Sesar Mendatar Parasi yang memperlihatkan arah timurlaut-baratdaya. Selain itu kehadiran cermin sesar dengan kedudukan N 12 E/ 45 ; 29, N 170 E dengan besar pitch 30 pada lokasi CL 12.7 juga membuktikan Sesar Mendatar Parasi (Foto 4.11). Berdasarkan kedudukan cermin sesar tersebut didapatkan Sesar Mengiri Naik. Gambar 4.7 Sesar Mendatar Parasi Gambar menunjukkan pola kelurusan lembah sungai berarah timurlaut-baratdaya yang menginterpretasikan Sesar Mendatar Parasi 65

Foto 4.11 Cermin Sesar Foto menunjukkan cermin sesar dengan kedudukan N 12 E/ 45 29, N 170 E pitch 30 Sesar Mengiri Naik 4.2 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Sesar geser dan lipatan yang terdapat di daerah penelitian dianggap sebagai komponen struktur penyerta dari sesar naik sebagai komponen struktur utama. Indikasi adanya perbedaan geometri dan frekuensi dari sesar dan lipatan menunjukkan perbedaan pengakomodasian gaya pemendekan dari blok yang berbeda yang menghasilkan sesar sobekan (tear fault). Hal ini bersesuaian dengan model sesar sobekan berdasarkan Twiss dan Moores, 1992 (Gambar 3.8). Sesar naik di daerah penelitian sangat sesuai dengan adanya struktur lipatan yang ada, yang disebut dengan fault related folds (Gambar 4.8) yang secara umum dapat dibagi menjadi fault bend fold dan fault propagation fold. Sesar anjakan tipe fault bend fold dicirikan dengan lipatan antiklin yang memiliki sudut hampir sama, dengan sumbu lipatan vertikal. Sedangkan untuk sesar anjakan tipe fault propagation fold dicirikan dengan antiklin yang memiliki bidang sumbu miring (Jamison, 1986). Daerah penelitian dikategorikan sebagai tipe fault bend fold dimana terbentuknya suatu lipatan diakibatkan oleh pergeseran atau seretan sesar yang kemudian mengakomodasi area yang terdeformasi dengan membentuk antiklin pada bagian hanging wall (Suppe dan Medwedeff, 1984; Suppe, 1985 op. cit. McClay, 2003) (Gambar 4.9). 66

Munculnya urutan beberapa sesar anjak yang sejajar pada darah penelitian merupakan hasil dari suatu sistem sesar anjak (thrust system) yang secara kinematik dan geometri saling berhubungan dan menghasilkan susunan sesar yang berkembang membentuk sekuen sesar (Marshak dan Mitra, 1988). Sistem sesar anjak daerah penelitian diinterpretasikan sebagai sesar anjakan yang berupa imbrikasi, yaitu suatu susunan cabang sesar yang saling tumpang tindih. Menurut Elliott dan Boyer (1982) sistem imbrikasi sesar terbagi menjadi sesar anjakan leading dan trailing (Gambar 4.10). Sesar anjakan leading adalah sesar yang imbrikasinya lebih muda ke arah kemiringannya atau sesar yang memiliki pergeseran (displacement) paling besar pada bagian depan. Hal ini disebabkan karena pengakomodasian gaya oleh sesar utama yang kemudian didistribusikan kepada sesar-sesar yang lebih kecil sehingga besar dan arah pergerakannya konsisten (Dahlstrom, 1969). Hal ini dibuktikan oleh pergeseran maksimum Sesar Naik Cicacaban yang berada paling utara daerah penelitian dan secara vertikal berada paling bawah di antara sesar naik lainnya. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sesar-sesar anjak (thrust fault) dan lipatan yang berarah relatif barat-timur serta sesar-sesar mendatar berupa tear fault yang berarah relatif timurlaut-baratdaya, dengan tegasan utama (σ1) berarah baratlaut-tenggara. Umur pembentukan struktur geologi diperkirakan terjadi setelah pliosen awal, hal ini ditandai dengan tersesarnya satuan yang paling muda yaitu satuan breksi volkanik dan satuan andesit. Gambar 4.8 Fault related folds 67

Gambar 4.9 Sesar anjakan tipe fault bend fold (Suppe dan Medwedeff, 1984; Suppe, 1985 op. cit. McClay, 2003) 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Gambar 4.10 (a) imbrikasi sesar leading (b) imbrikasi sesar trailing (Boyer dan Elliot, 1982) 68

Berdasarkan analisis struktur geologi di atas, derah penelitian dapat diinterpretasikan berada pada zona foreland (Gambar 4.11) yang sangat berhubungan dengan jalur anjakan-lipatan (fold thrust belt). Zona foreland disebut juga dengan zona eksternal yang dicirikan oleh deformasi plastis yang kurang dominan, tidak dipengaruhi oleh kondisi metamorfisme dan strain yang bersifat non-penetratif (Marshak dan Mitra, 1988). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesar anjak pada daerah penelitian berhubungan dengan tektonik thin-skinned yang bekerja pada suatu lapisan stratigrafi dengan besaran hanya mencapai puluhan kilometer, serta tidak melibatkan adanya pergerakan dari batuan dasar (McClay, 2000). Gambar 4.11 Zona foreland (area biru) pada tektonik back arc, lokasi pembentukan jalur anjakan-lipatan (slide kuliah Tektonika-Geologi ITB, 2007) 69