1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim. Sebagai contoh, awal musim hujan sering tertunda dan jumlah curah hujan berkurang. Peningkatan variabilitas cuaca, dikaitkan dengan perubahan iklim, mempengaruhi perubahan iklim di NTT, terutama mempengaruhi awal dan durasi musim basah, inilah tren iklim dan bencana akibat iklim. Bappeda Provinsi NTT (2017) menjabarkan bahwa pertumbuhan penduduk pada tahun 2013-2015 sebesar 1,66 %, produktivitas pangan cukup rendah meskipun volume dan area panen padi meningkat di tahun 2005-2009, ketersediaan pangan sangat bergantung dari luar daerah, serta rawan kekurangan bahan pangan karena iklim yang cukup kering. Provinsi NTT memiliki wilayah yang bervariasi iklimnya yaitu kering dan basah. Ada beberapa daerah yang curah hujan sangat memadai sepanjang tahun sehingga prospek pengembangan pertanian untuk lahan persawahan maupun untuk komoditas pertanian selain padi cukup menjanjikan. Akan tetapi, sebagian besar daerah lain di NTT iklimnya relatif kering. Bappeda Provinsi NTT (2017) juga menambahkan. variabilitas iklim tiap tahunnya disebabkan oleh El Nino South Oscilation (ENSO) yang mempengaruhi awal dan akhir musim hujan maupun jumlah curah hujan. Tahun 2005, hujan hanya
2 mencakup 9,6 % area lahan di NTT, sebagian besar tertutup padang rumput dan lahan kering. Menurut Las et al (1991), curah hujan <2000 mm/tahun merupakan ciri dari lahan beriklim kering. Salah satu wilayah yang masuk ke dalam kategori lahan kering beriklim kering adalah Nusa Tenggara Timur. Curah hujan yang rendah akan berdampak pada pertumbuhan tanaman, terutama saat fase perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan oleh tanaman yang mengalami cekaman air, sehingga dapat berdampak pada menurunnya produksi tanaman. Di samping itu, curah hujan yang distribusinya tidak konsisten termasuk faktor dominan yang mempengaruhi produktivitas lahan kering. Secara keseluruhan, air adalah kebutuhan yang langka bagi masyarakat NTT. Menurut Kedang & Haruna (2008), hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa surplus air di wilayah NTT terjadi pada bulan Desember-April, sedangkan defisit air terjadi pada bulan Mei-November. Periode saat terjadi surplus air pada bulan Desember-April sangat menguntungkan untuk membudidayakan tanaman padi. Sedangkan periode saat terjadi defisit air pada bulan Mei-November sangat menguntungkan untuk membudidayakan tanaman jagung. Komoditas jagung mempunyai keunggulan tersendiri sehingga cocok dikembangkan di lahan kering. Keunggulan tersebut diantaranya resisten terhadap suhu yang tinggi dan efisien dalam penggunaan air. Berbeda dengan tanaman jagung, untuk
3 tanaman padi membutuhkan air yang cukup banyak dan suhu yang tidak terlalu tinggi. Mawardi, (2012) menjelaskan bahwa evaporasi dan transpirasi harus diperhatikan, karena evaporasi merupakan komponen hilangnya lengas yang cukup besar terutama di wilayah tropis. Transpirasi merupakan penentu pertumbuhan dan kebutuhan air tanaman, karena 80-90% kebutuhan air tanaman adalah untuk transpirasi. Kedua proses baik transpirasi dan evaporasi sering dijadikan satu dan disebut sebagai proses evapotranspirasi. Proses tersebut menentukan laju penyerapan air oleh tanaman serta laju pembentukan jaringan tanaman. Jika laju evapotranspirasi ini lebih besar dari laju penyerapan air oleh akar tanaman, maka tanaman akan mengalami kelayuan. Kondisi tanaman yang mengalami kelayuan dapat diatasi dengan menghitung prediksi neraca air tiap masa tanam. Prediksi neraca air diperoleh dari hasil prediksi curah hujan. Untuk memprediksi curah hujan, penelitian ini menggunakan metode Thomas-Fiering. Cara pembangkitan data dengan analisis stokastik akan memperoleh hasil prediksi curah hujan. Prediksi curah hujan dan neraca air dapat digunakan untuk menentukan kalender tanam atau masa tanam. Kalender tanam dilihat dari ketersediaan air tanaman tiap fase dan simpangan minimum antara curah hujan efektif dengan kebutuhan air tanaman. Analisis neraca air yang berkaitan dengan penentuan kalender tanam komoditas pangan (padi dan jagung) sangat penting, terutama untuk menentukan waktu tanam setiap musim dan mengurangi resiko serta
4 kegagalan produksi akibat banjir, kekeringan, dan serangan hama maupun gulma. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan menganalisis curah hujan serta neraca air di Kabupaten Kupang. Hasil dari penentuan curah hujan dan analisis neraca air bermanfaat untuk menetapkan kalender tanam di suatu wilayah yang berkaitan dengan jenis tanaman yang sesuai pada wilayah dan waktu tertentu agar diperoleh hasil panen yang maksimal. Selain itu, neraca air juga dapat bermanfaat untuk menentukan debit irigasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman pertanian. 1.2. Tujuan 1. Memprediksi potensi air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian. 2. Menghitung nilai kebutuhan air tanaman pangan (padi dan jagung) setiap masa tanam selama tahun 2016 2020. 3. Menentukan kalender tanam untuk padi dan jagung di Kabupaten Kupang pada tahun 2016 2020. 1.3. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui potensi air hujan di Kabupaten Kupang yang dapat dimanfaatkan setiap tahunnya untuk bidang pertanian. Selain itu, nilai kebutuhan air pada tanaman pangan
5 yakni padi dan jagung akan berguna sebagai dasar analisis neraca air. Dasar analisis neraca air akan digunakan sebagai upaya antisipasi terhadap perubahan iklim di Kabupaten Kupang. Kemudian dapat pula menjadi acuan atau informasi dalam menentukan kalender tanam padi dan jagung dari tahun 2016 hingga 2020 di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 1.4. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan fokus, perlu adanya batasan-batasan masalah untuk memperoleh data dan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun batasan yang dibahas adalah sebagai berikut : 1. Data curah hujan bulanan yang digunakan merupakan data curah hujan selama 15 tahun (2001 2015). 2. Prediksi curah hujan menggunakan metode Thomas-Fiering. 3. Analisis neraca air menggunakan selisih antara curah hujan efektif dan kebutuhan air tanaman. 4. Penentuan kalender tanam padi dan jagung selama 5 tahun (2016-2020) dipengaruhi oleh analisis neraca air.