BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Antara lain disebabkan oleh batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%) dan campak 540.000 (38%). Tahun 2012, terjadi 122.000 kematian karena campak di seluruh dunia, sebanyak 95% terjadi di negara miskin dan berkembang. Di wilayah Afrika, peningkatan cakupan vaksinasi yang rutin efektif menurunkan kejadian dan kematian karena PD3I (Doshi et al., 2015). Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : difteri, tetanus,hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian (Kemenkes, 2014b). Kemajuan menuju eliminasi penyakitcampak bervariasi antar negara di dunia. Negara maju seperti Amerika, Eropa, Timur Mediterania, dan Pasifik Barat mengadopsi eliminasi campak sebelum tahun 2020. Namun wilayah seperti India dan Asia Tenggara masih sering dijumpai KLB dan belum memiliki tujuan eliminasi campak, terhitung 2/3 dari kematian campak global di tahun 2008, terutama terjadi di India. India adalah satu-satunya negara yang belum sepenuhnya menerapkan dua dosis strategi vaksinasi campak. Selain itu, pengawasan berbasis kasus campak belum ditetapkan secara nasional. Kasus dan kematian akibat penyakit campak tidak dilaporkan (Goodson et al., 2012). Strategi untuk menurunkan angka kematian campak direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF yaitu: pemberian dosis pertama vaksin campak untuk semua anak pada usia 9 bulan, dosis kedua vaksin campak melalui promosi atau imunisasi rutin, membangun pengawasan campak efektif dan manajemen penangganan kasus campak (Kidd et al., 2012). 1
2 Program imunisasi rutin campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun1984 dengan kebijakan memberikan 1 (satu) dosis pada bayi usia 9 bulan. Pada awal pelaksanaan, cakupan campak yang diperoleh sebesar 12,7%, kemudian meningkat sampai 85,4% pada tahun 1990, dan dapat bertahan mencapai 91,8%pada tahun 2004. Indonesia dinyatakan pernah mencapai UCI (Universal Child Immunization) secara nasional yang berdampak positif terhadap penurunan insidensi campak pada balita. Selama periode 1992 1997, terjadi penurunan dari 20,08 per 10.000 orang menjadi 3,4 per 10.000. Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI, tetapi di beberapa daerah masih mengalami KLB Campak, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah (Depkes, 2006). Penyakit campak dapat berpotensi untuk menjadi kejadian luar biasa (KLB). Campak dinyatakan sebagai suatu kejadian luar biasa (KLB) apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan dengan adanya hubungan epidemiologis. Pada tahun 2013, jumlah KLB campak yang terjadi di Indonesia sebanyak 128 KLB dengan jumlah kasus adalah 1.677 kasus (Kemenkes, 2014b). Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan individu agar terhindar dari penyakit tertentu. Setiap tahun menyelamatkan 3 juta orang diseluruh dunia sehingga imunisasi termasuk 10 karya terbesar abad 20. Tidak ada vaksin yang aman 100% akan tetapi imunisasi sangat efektif untuk menekan angka morbiditas, kecacatan (secule) dan mortalitas sehingga target MDG s menurunkan AKB hingga 2/3. Imunisasi memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis B (Idai, 2014). CFR (Case Fatality Rate) penyakit campak di Indonesia sebesar 3%. Indikator program imunisasi campak yang digunakan adalah Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi campak 100%. Cakupan imunisasi campak di Indonesia tahun 2013 sebesar 97,85%. Capaian tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Di Indonesia tahun 2013, angka kejadian campak yang dilaporkan sebanyak 11.521 kasus campak dengan
3 incidence rate (IR) campak sebesar 4,64 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2014b). Provinsi DIY merupakan wilayah dengan pencapaian kinerja dan derajat kesehatan terbaik di Indonesia. Dimana cakupan imunisasi campak telah mencapai target diatas dari 95%,. Seluruh desa di Provinsi DIY cakupan universal child immunization (UCI) telah 100%.(Dinkes, 2013). Tahun 2012 Provinsi DIY melakukan surveilens campak ditemukan kasus penyakit campak klinis (379 kasus) dimana (356 kasus) terjadi dikota Yogyakarta. Surveilens berikutnya dilaporkan kasus campak di Kota Yogyakarta tahun 2013 (32 kasus), tahun 2014 (173 kasus), tahun 2015 (41 kasus) dan terjadi KLB Campak mix rubella pada bulan april 2016 sebanyak 10 kasus (Dinkes, 2016) Adapun faktor risiko yang sering menjadi penyebab tingginya kejadian campak adalah status imunisasi dan ketepatan waktu vaksinasi. Respon imunitas yang berperan terhadap penyakit campak adalah respon humoral dan seluler. Respon imunitas setelah imunisasi campak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; usia saat imunisasi yang berkaitan dengan adanya antibodi maternal, status gizi, penyakit yang diderita dan faktor vaksin yang meliputi: strain virus campak yang digunakan, dosis vaksin, penyimpanan dan cara pemberian vaksin (Suardiyasa and Machfud, 2008). Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti menganggap penting untuk meneliti ketepatan vaksinasi campak dapat meningkatkan kejadian campak di kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Peneliti ingin mengetahui apakah ketepatan vaksinasi campak berpengaruh terhadap kejadian campak di Kota Yogyakarta? 1. Tujuan umum Melihat hubungan pemberian vaksinasi campak yang tidak tepat waktu dengan kejadian campak dikota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a) Mengidentifikasi ketepatan vaksinasi campak pada anak usia 9-48 bulan di Kota Yogyakarta
4 b) Mengetahui besar risiko kejadian campak pada anak usia 9-48 bulan dengan mempertimbangkan faktor lain yaitu jenis kelamin dan pendidikan ibu. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Untuk Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai bahan masukan dalam menetapkan strategi guna membuat kebijakan dalam program pemberantasan penyakit campak khususnya bagi Subdin P2PL, terutama untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan a) Hasil ini diharapkan memberikan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya ibu dan anak. b) Bahan masukan untuk selanjutnya
5 D. Keaslian Penelitian Beberapa serupa pernah dilakukan antara lain: Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan Kidd et al. (2012) Case control Measles outbreak in Burkina Faso, 2009: a case-control study to determine risk factors and estimate vaccine effectiveness Subyek anak usia 1-14 tahun dan 15-30 tahun dengan 70 kasus dan 70 kontrol dimasingmasing strata usia. Hasil analisis menunjukan ada hubungan tingginya kejadian campak karena kurangnya sosialisasi tentang vaksinasi campak, rendahnya cakupan imunisasi campak, jenis kelamin, pengetahuan dan pekerjaan. Subyek Mariati (2012) Hubungan status imunisasi dan ketepatan imunisasi dengan kejadian penyakit campak di kabupaten Banyumas Jumlah kasus campak di Kabupaten Banyumas tahun 2007-2011 sebanyak 113 kejadian campak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa status imunisasi campak dan ketepatan imunisasi berhubungan dengan kejadian penyakit campak pada Balita di Kabupaten Banyumas bebas terikat Case control Subyek Hungerfo rd et al. (2014) Risk factors for transmission of measles during an outbreak: matched case control study Ada hubungan kejadian campak dengan pentingnya vaksinasi tepat waktu, diagnosis dini, isolasi penderita campak tepat waktu dan implementasi langkah-langkah pengendalian infeksi yang ketat. Case control terikat bebas Subyek
6 Lanjutan Tabel 1. Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan Suardiyasa Faktor risiko Sebanyak 186 responden and Machfud kejadian penyakit dibagi menjadi 2 group, 93 terikat bebas (2008) campak pada balita kasus dan 93 kontrol. Hasil Case control Subyek di Kabupaten Tolitoli menunjukkan ada Sulawesi hubungan bermakna secara Tengah. statistik signifikan (p<0,05) antara belum pernah menderita campak, status imunisasi, status gizi dan pengetahuan ibu dengan kejadian penyakit campak pada anak balita di Kabupaten Tolitoli Propinsi Sulawesi Tengah.