III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2012 di Desa Pesawaran Indah

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELlTlAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (11 20)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

III. BAHAN DAN METODE

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

Analisis Vegetasi Hutan Alam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TM / 16 Mei 2006 U.S. Geological Survey* Landsat 5 4 Mei 2000 Global Land Cover Facility** 124/64 ETM+ / Landsat-7. 2 Maret 2005

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

Prosedur Pembuatan Plot, Pengukuran Biomassa Atas dan Bawah Permukaan Tanah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Data Pengukuran Tanaman Contoh Nomor Umur (tahun) Berat Basah (gram) Diameter (cm) Plot Tinggi Total (cm) Luas Tajuk (cm²) Pohon

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

Transkripsi:

21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2012 di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. B. Objek dan Alat Objek dalam penelitian ini adalah lahan agroforestri, pohon, tiang, pancang, tumbuhan bawah (semai) dan serasah di atas permukaan tanah yang ada di dalam petak contoh pengamatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, tongkat kayu sepanjang 1,3 m dan 2 m, parang, spidol, christen hypsometer, kantong plastik, timbangan, tali plastik, alat-alat tulis, kamera, dan lembar pengamatan. C. Batasan Penelitian 1. Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman pertanian dengan kehutanan dan tidak menutup kemungkinan dengan mengkombinasikan peternakan/perikanan. 2. Biomassa adalah massa dari vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim. 3. Serasah adalah daun atau ranting tanaman yang telah gugur ke atas permukaan.

22 4. Pohon bercabang merupakan pohon yang memiliki percabangan dibawah 1,3 m. 5. Pohon tidak bercabang merupakan pohon yang tidak bercabang pada ketinggian 1,3 m. 6. Hutan dusun adalah hutan yang diakui oleh masyarakat di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran sebagai milik masyarakat yang tinggal disekitarnya. Hutan dusun tersebut tepat berada di dusun Margorejo. Hutan dusun berada di luar kawasan hutan. 7. Fisiografi adalah deskripsi bentuk lahan yang dikategorikan berdasarkan ketinggian. D. Jenis Data 1. Data Primer Data Primer berupa data yang langsung diambil di hutan dalam Desa Pesawaran Indah. a. Data Vegetasi Data vegetasi pohon dalam tingkatan semai, pancang, tiang, dan pohon dewasa berupa jumlah setiap jenis ditemukan dalam petak ukur, diameter pancang, tiang, dan pohon dewasa. b. Data Biomassa Data biomassa untuk penghitungan karbon berupa nama jenis pohon, tinggi atau panjang pohon, diameter, dan berat basah serasah atau tumbuhan bawah dalam setiap petak contoh.

23 c. Luas Kebun Campuran dan Hutan Dusun. Lahan rakyat di Desa Pesawaran Indah ditanami dengan sistem agroforestri atau kebun campuran, dengan luas lahan 708 ha (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2009). Luas hutan dusun dengan sistem agroforestri adalah 0,4 ha. 2. Data Sekunder Data pendukung dalam penelitian ini yang diperoleh dari instansi pemerintah daerah yaitu keadaan umum lokasi penelitian dan monografi Desa Pesawaran Indah dari aparat desa dan data target penurunan emisi gas rumah kaca dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung. E. Pengumpulan Data Semua data primer diperoleh dari petak ukur di lapangan. Lahan agroforestri di Desa Pesawaran Indah terletak pada setiap fisiografi desa, untuk mempermudah dalam memperoleh data maka peneliti mengelompokkan lahan agroforestri mulai dari lahan fisiografi bawah (200 mdpl), tengah (400 mdpl), atas (900 mdpl) dan hutan dusun. Satu petak ukur di lahan memiliki luasan 20 x 20 m. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat 1 (satu) petak ukur pada hutan dusun dan 10 (sepuluh) petak ukur pada lahan agroforestri. Petak ukur dapat digunakan untuk memperoleh data biomassa dan vegetasi dengan cakupan fase vegetasi, yaitu: a. Petak ukur 20 m x 20 m untuk pengamatan fase pohon dewasa yang berdiameter > 20 cm. b. Petak ukur 10 x 10 m untuk pengamatan tingkatan tiang yang berdiameter 10 20 cm.

24 c. Petak ukur 5 x 5 m untuk pengamatan tingkatan pancang yang berdiameter < 10 cm. d. Petak ukur 0,5 x 0,5 m untuk pengamatan tumbuhan bawah dan serasah. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007) untuk lokasi hutan dengan kondisi vegetasi seragam, pembuatan satu petak ukur ukuran 5 m x 40 m sudah mewakili satu kondisi lahan. Berdasarkan hal tersebut pengumpulan data di Desa Pesawaran Indah dilakukan dengan membuat 1 (satu) petak ukur ukuran 20 x 20 m di hutan dusun karena keragaman vegetasi, kontur yang sama sehingga 1 (satu) petak cukup mewakili keseluruhan populasi. Masyuhri dan Zainudin (2009) menyatakan jika sampel yang diambil homogen sempurna maka sampel yang diambil cukup dalam jumlah sedikit. Pada lahan rakyat atau tepatnya di kebun campuran dibuat 10 (sepuluh) petak ukur. Pembuatan 10 petak ukur dikarenakan keberadaan jenis vegetasi dominan yaitu Kakao, Pisang dan Kelapa pada setiap fisiografi desa. Masing-masing fisiografi mendapat perlakuan 3 kali pengulangan. Pengulangan penghitungan karbon pada jenis dominasi yang sama pada fisiografi desa yang berbeda dilakukan untuk membandingkan kemampuan serapan karbon jenis tanaman yang sama pada ketinggian yang berbeda, dan agar data yang diperoleh dapat mewakili satu desa tidak hanya satu fisiografi dari desa tersebut. karena menurut dan jika ditotal luasan cakupan mencapai 4000 m 2 sedangkan ketentuan Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa untuk lahan sistem agroforestri petak ukur sebesar 20 m x 100 m = 2000 m 2 sudah mewakili kondisi lahan. Penentuan petak

25 ukur dilakukan secara Purpossive sampling yaitu secara sengaja ditetapkan dengan melihat kondisi lapang dan vegetasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Petak ukur akan ditentukan dengan meletakkannya di daerah kontur yang tidak miring. 1. Data Biomassa Di atas permukaan penghitungan biomassa pohon hidup dilakukan dengan pengambilan sampling tanpa pemanenan (Non-destructive sampling) sedangkan tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan sampling pemanenan (Destructive sampling). 1.a. Cara Pengukuran Paramater Pohon, Tiang dan Pancang Petak contoh dibuat berdasarkan pembagian tingkatan pohon yang telah ditentukan dan mengumpulkan data yang disebutkan dalam data primer. 1.b. Cara Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah (Semai) dan Serasah a. Semua tumbuhan bawah (herba dan rumput-rumputan) dan serasah yang masuk dalam plot 0,5 m x 0,5 m dipotong dan dipisahkan antara batang dan daunnya, kemudian ditimbang untuk memperoleh berat basahnya. b. Sub-contoh tanaman dari masing-masing biomassa daun dan batang diambil sekitar 100-300 g. Bila biomassa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka semua contoh tanaman dijadikan sebagai sub-contoh. c. Sampel tumbuhan bawah dan seresah kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 80 0 C selama 48 jam untuk mendapatkan berat keringnya.

26 2. Indeks Nilai Penting (INP). Peletakkan plot ukur dilakukan dengan cara random pada petak ukur yang digunakan untuk pengambilan data biomassa (20 m x 20 m). Gambar 2. Petak ukur pengambilan data untuk Indeks Nilai Penting(INP) sekaligus pengambilan biomassa tiap fase pohon dan serasah. C. Analisis Data Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui besar serapan karbon pada sistem agroforestri di Desa Pesawaran Indah maka akan dilakukakan analisis data seperti pendugaan biomassa vegetasi mulai fase pohon, tiang, pancang dan pendugaan biomassa serasah. Pendugaan biomassa menunjukkan kemampuan vegetasi dalam menyimpan karbon melalui proses fotosintesis. Untuk mengetahui jenis dominan vegetasi dan komposisi vegetasi pada sistem agroforestri di Desa Pesawaran Indah maka dilakukan analisis data menggunakan INP. 1. Pendugaan Biomassa 1.a. Biomassa Pohon, Tiang dan Pancang Hasil pengukuran diameter pohon dan tinggi total pohon atau panjang pohon dianalisa dengan menggunakan persamaan allometrik yang telah ada,

27 untuk menduga biomassa pohon. Beberapa persamaan allometrik yang digunakan untuk menduga potensi biomassa disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Model persamaan allometrik yang digunakan. No Jenis Persamaan alometrik Sumber Tegakan 1 Mahoni BK = 0,902(D 2 H) 0,08 Balai Pemantapan 2 Sonokeling BK = 0,745(D 2 H) 0,64 Balai Pemantapan 3 Jati BK = 0,015(D 2 H) 1,08 Balai Pemantapan 4 Sengon BK = 0,020(D 2 H) 0,93 Balai Pemantapan 5 Akasia BK = 0,077(D 2 H) 0,90 Balai Pemantapan 6 Pohon BK = 0,11ρ(D) 2,62 Hairiah dan Rahayu, 2007 Bercabang 7 Pohon BK = π ρ D 2 H / 40 Hairiah dan Rahayu, 2007 tidak bercabang 8 Kopi BK = 0,281 (D) 2,06 Hairiah dan Rahayu, 2007 9 Pisang BK = 0,030(D) 2,13 Hairiah dan Rahayu, 2007 10 Palem BK = BA*H*ρ Hairiah dan Rahayu, 2007 11 Bambu BK = 0,131(D) 2,28 Hairiah dan Rahayu, 2007 12 Kakao BK= 0.1208(D) 1,98 Hairiah, Ekadinata, Sari, Rahayu, 2011 Keterangan: BK = Berat Kering (kg/pohon) H = Tinggi Total Tanaman (cm) D = Diameter (cm) setinggi dada (1,3m) BA = Basal Area (cm 2 ) ρ = Kerapatan Kayu (0,7 gr) Total Biomassa Pohon (kg) = BK 1 + BK 2 +... + BKn Pengolahan data biomassa dibedakan antara biomassa fase pohon, fase tiang, fase pancang karena luas plot pengumpulan datanya berbeda. Biomassa per satuan luas (ton/ha) = Total Biomassa Luas Area (m 2 ) Untuk standar internasional, satuan masa dinyatakan dalam ton = Mg = megagram = 10 6 gr.

28 1.b. Biomassa Tumbuhan Bawah (Semai) dan Serasah Berat basah dan kering dari tumbuhan bawah dan serasah dapat digunakan untuk menduga biomassa dengan menggunakan rumus Biomass Expansion Factor (Brown, 1997): Total BK (kg) = BK sub-contoh (gr) x Total BB (gr) BB sub-contoh (gr) Keterangan : BK = Berat Kering (gr) BB = Berat Basah (gr) 1.c. Potensi Penyerapan Karbon Kandungan karbon pada vegetasi hutan dapat diestimasi menggunakan nilai biomassa yang diperoleh dari persamaan allometrik ataupun nilai BEF (Biomass Expansion Factor) dimana hampir 50 % (Brown, 1997) dari biomassa adalah karbon yang tersimpan. Penyerapan Karbon Tersimpan = Biomassa (BK) x 50 % 2. Indeks Nilai Penting (INP) Untuk vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang, Indeks Nilai Penting (INP) diperoleh berdasarkan penjumlahan Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR). Sedangkan INP untuk vegetasi tingkat semai diperoleh dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis Luas seluruh petak contoh

29 Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis X 100% Kerapatan seluruh jenis Frekuensi (F) = Jumlah petak ditemukannya suatu jenis Jumlah seluruh petak/kuadrat Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis X 100% Frekuensi seluruh jenis Dominansi (D) = Luas basal area suatu spesies Luas seluruh petak contoh Dominansi Relatif (DR) = Dominansi suatu jenis X 100% Dominan seluruh jenis Indek Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR Summed Dominance Ratio (SDR) = Nilai Penting (INP)/3 SDR digunakan untuk menentukan jenis yang dominan atau paling melimpah/menonjol sebagai ciri atau tipe vegetasi di daerah penelitian (Indriyanto, 2006).