UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius roxb) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Salmonella sp. Inhibitory Tests of Leaf Extract Pandan Fragrant (Pandanus amaryllifolius Roxb) to Bacteria Escherichia coli and Salmonella sp. Indri Wahyuni 1, Erina 2, Fakhrurrazi 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2 Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 3 Laboratorium Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala E-mail: Indriwahyuni835@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolis roxb) terhadap Escherichia coli dan Salmonella sp. Esktrak daun pandan dibagi menjadi 3 konsentrasi yang berbeda yaitu 25%, 50%, 75%. Uji aktivitas antibakteri dilakukansesuaidengan metode Kirby- Bauer. Hasil rata-rata zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 25% yaitu 6,6 mm, pada konsentrasi 50% yaitu 6,7 mm, dan pada konsentrasi 75% diperoleh ratarata 6,9 mm. Zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap Salmonella sp. pada konsentrasi 25% rata-rata 6,3 mm, pada konsentrasi 50%, 6,5 mm dan pada konsentrasi 75% diperoleh rata-rata 7,3 mm. Kontrol positif antibiotik ampicilin terhadap bakteri Escherichia coli didapatkan rata-rata 6,1 mm, sedangkan pada kontrol positif antibiotik kloramphenikol terhadap bakteri Salmonella sp dengan rata-rata 23,3 mm. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pandan wangi mamiliki aktivitas yang lemah dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella sp. Kata kunci: aktivitas antibakteri, ekstrak daun pandan wangi, Escherichia coli dan Salmonella sp. ABSTRACT The aims of this research is to know the antibacterial activity of pandanfragnant leaf extract (Pandanusamary llifolis roxb) against Escherichia coli and Salmonella sp. Pandan leaf extract was divided into 3 different concentrations 25%, 50%, 75%. The antibacterial activity test was performed in accordance to Kirby-Bauer method. The average of inhibition zone of pandanus fragrant leaves extract on Escherichia coli at 25% concentration was 6,6 mm, at concentration of 50% was 6,7 mm, and at concentration 75% obtained average 6,9 mm. The average inhibition zone of pandanus fragrant leaf extract againts Salmonella sp. at 25% concentration was 6.3 mm, at concentrations of 50% was 6.5 mm and at concentration of 75% obtained an average of 7.3 mm. The averaged positive control of ampicillin antibiotics against Escherichia coli was 6.1 mm, the positive control of cloramphenikol antibiotics against Salmonella sp was 23.3 mm. Base on this research it can be concluded that the pandanus fragrant leaf extract had weak activity to inhibit the growth of Escherichia coli and Salmonella sp. Keyword : Bakterial activity, leaf extract pandan fragrant, Escherichia coli and Salmonella sp. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Seperti yang telah diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan terbesar didunia. Di Indonesia juga banyak terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan, rempah-rempah, dan lain sebagainya. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan, dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, tanaman buahbuahan, tanaman rempah-rempah, dan tanaman obat-obatan (Lestari, 2016). Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia (Lestari, 2016). Penelitian mengenai tanaman tanaman herbal yang memiliki 242
aktivitas antibakteri telah dilakukan untuk mengurangi efek samping penggunaan bahan kimia dalam produk hasil pertanian dan peternakan (Stevani dkk., 2016). Saat ini para ahli mikrobiologi telah banyak meneliti dan menemukan aktivitas antimikroba khususnya anti bakteri pada tanaman, dan rempah-rempah yang banyak mengandung senyawa antimikroba (Murhadi dkk., 2007). Seperti halnya pandan wangi memiliki kandungan kimia berupa minyak atsiri, alkaloid dan flavonoid sebagai anti bakteri (Fitri dkk., 2016). Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari pandan diduga karena adanya senyawa turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline, selain kegunaan tersebut pandan wangi juga dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetik pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan metanol, antikanker pada ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol dan etil asetat (Mardyaningsih dan Aini, 2014). Salah satu khasiat pandan wangi sebagai antimikroba dan jamur yang diduga berasal dari kandungan kimia yang ada didalamnya seperti saponin. Dimana saponin berfungsi sebagai antibakteri, karena hal ini didasarkan pada sifat sitotoksisk dari saponin dan kemampuannya dalam mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sehingga sel bakteri menjadi lisis (Stevani dkk,. 2016). Escherichia coli merupakan salah satu flora normal yang ada ditubuh, akan tetapi bakteri ini akan menjadi patogen dengan mekanisme virulensi yang berbeda apabila jumlahnya melebihi ambang batas tubuh (Dwidjoseputro, 1978). Penyakit yang sering ditimbulkan oleh bakteri Escherichia coli adalah colibacillosis. Salmonella sp. merupakan bakteri patogen saluran cerna. Bakteri ini memiliki sifat parasit yang menyebabkan reaksi peradangan tractus intestinal, dan Salmonella sp. digolongkan dalam bakteri patogenik yang menjadi penyebab foodborne disease, dan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp. disebut dengan salmonellosis (Karsinah, 2004). Kedua bakteri ini dapat menimbulkan masalah saluran cerna, salah satunya adalah diare (Putri, 2016). Tujuan dikembangkan tanaman obat ini dikarenakan memiliki sejumlah bahan aktif yang berfungsi sebagai antimikroba (jawetz dkk., 2005). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan Kayadoe dkk. (2015), hasil uji fitokimia ektrak daun pandan wangi mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder, seperti flavonoid, steroid, alkaloid, antrakuinon, polifenol dan tanin. Dimana dapat bersifat sebagai antibakteri. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat kemampuan ekstrak daun pandan wangi untuk menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella sp. MATERIAL DAN METODE Pembuatan bahan ekstrak daun pandan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan. pengujian fitokimia ekstrak daun pandan wangi dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Syiah Kuala. Uji daya hambat bakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala pada bulan Januari-Februari tahun 2018. Penelitian ini menggunakan daun pandan wangi yang diambil di Desa Lhong Cut Kecamatan Bandaraya Kota Banda Aceh.bakteri Escherichia coli dan Salmonela sp. Diambil isolat asal unggas yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Alat yang digunakan adalaha timbangan digital, blender,batang pengaduk, vacum rotary evaporator, tabung steril, autoklaf, inkubator, lemari pendingin, tabung reaksi, gelas erlenmeyer, kawat ose, pipet tetes, cawan petri, pinset, sarung tangan, lampu spiritus, gelas ukur, gelas kimia, kertas lebel, dan jangka sorong. 243
Bahan yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp, Muller Hinton Agar (MHA), antibiotik cloramphenikol, antibiotik ampicilin, Carboxymethyl Cellulose (CMC ) 1%, dan ekstrak daun pandan wangi, etanol 96%, aquadest, Kloroform, H 2 SO 4 2N, Reagen mayer, reagen wagner, reagen dragendroffserbuk mg, HCl pekat, dan larutan FeCl3. Metode yang dilakukan yaitu metode difusition (Kirby-Bauer) dengan menggunakan kertas cakram. Penelitian ini menggunakan 3 kali ulangan pada masing-masing bakteri, Escherichia coli dan Salmonella sp. dengan 5 perlakuan yaitu 2 kontrol masing masing, kontrol negatif (K0) menggunakan cakram kosong (blank disk) yang direndam dalam aquadest kontrol positif (k1) menggunakan kertas cakram antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol positif Salmonella sp dan Ampicilin sebagai kontrol positif Escherichia coli dan 3 kelompok ekstrak daun pandan terbagi atas k3, k4, k5 dengan masing - masing konsentrasi 75%, 50%, 25%. Parameter yang diukur adalah diameter zona hambat ekstrak daun pandan terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. Sterilisasi Metode sterilisasi yang digunakan yaitu metode sterilasi panas basah dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dilakukan pada medium pembenihan yang akan digunakan, medium disterilisasi didalam autoklaf pada suhu 121 C selama 20 menit. Pembuatan Ekstrak Daun pandan Pembuatan ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Daun pandan wangi dikeringkan dengan diangin anginkan, daun pandan yang telah kering airnya dipotong kecil kecil, dan diblender sampai menjadi potongan yang lebih kecil hinga menjadi serbuk. Kemudian serbuk pandan wangi ditimbang sebnyak 180 gram, dimasukkan kedalam toples kaca. Selanjutnya serbuk pandan wangi direndam dalam etanol 96% selama tiga hari, selanjutnya disaring menggunakan kertas saring dan corong saringan. Hasil penyaringan diuapkan dalam rotary evaporator (rotavapor) hingga kental kemudian ditaruh dalam wadah kaca steril dan dimasukkan kedalam lemari pendingin sampai akan digunakan. Pengenceran Pengenceran dilakukan untuk menghasilkan beberapa konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang akan digunakan untuk melihat daya hambat ektrak daun pandan wangi terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. Pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan CMC 1% kedalam ekstrak daun pandan 100% sebanyak jumlah perbandingan yang sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Dalam penelitian ini dibuat pengenceran untuk mendapatkan konsentrasi ekstarak daun pandan 25%, 50%, dan 75%. Re- Identifikasi Bakteri dan Persiapan Suspensi Bakteri Bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp yang disimpan pada NA miring diambil dengan ose steril dan dipindahkan ke dalam media Nutrient Broth (NB) dan inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. setelah diinkubasi Masing-masing bakteri di gores pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) untuk bakteri Salmonella Sp. dan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) untuk bakteri Escherichia coli. diinkubasi kembali selama 24 jam pada suhu 37 C. selanjutnya masing-masing dilakukan pewarnaan gram. Setelah dilakukan pewarnaan gram masing-masing bakteri digores pada media NA miring untuk dilakukan uji aktivitas antibakteri. Persiapan Suspensi Bakteri 244
Biakan murni Escherichia coli dan Salmonella sp. diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiahkuala. Isolat masing-masing bakteri tersebut 1 ose masukkan ke media NB dan di inkubasikan pada suhu 37 C selama 24 jam. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi Alkaloid diuji dengan cara menambahkan 1 ml amoniak dan 1 ml klorofom pada 3 gram ekstrak daun pandan wangi kemudian divorteks sampai homogen. Filtrat yang terbentuk ditambahkan ditambahkan 10 ml H 2 SO 4 2N lalu dikocok dan diamkan sampai larutan asam sulfat dan kloroform terpisah. Lapisan asam sulfat yang terbentuk dipisahkan menjadi tiga bagian, untuk mengetahui adanya alkaloid maka bagian pertama ditambahkan dengan reagen Mayer, bila terjadi endapan putih maka positif alkaloid, bagian kedua ditambahkan dengan reagen Wagner, bila terjadi endapan berwarna coklat maka positif alkaloid, bagian ketiga ditambahkan dengan reagen Dragendroff, bila terjadi endapan berwarna kemerahan maka positif alkaloid (Harborne, 1987). Uji Triterpenoid dan Steroid dilakukan dengan cara ekstrak daun pandan wangi dimasukkan dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam 0,5 ml kloroform lalu dipanaskan dan didinginkan. Diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu diteteskan pereaksi Liberman-burchard. Jika hasil yang diperoleh berupa endapan ungu menunnjukkan adanya triterpenoid, dan jika terbentuk warna hijau menunjukkan adanya steroid (Jazilah dkk., 2014). Uji Saponin, dilakukan menggunakan metode forth, dengan cara memasukkan 1 ml ekstrak daun pandan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml akuades dan dikocok selama 30 detik. Apabila terbentuk busa, tidak hilang selama 30 detik maka menunjukkan adanya saponin (Darwis, 2000). Uji Flavonoid dilakukan dengan metode Wilstater, dilakukan dengan cara, larutan ekstrak daun pandan wangi ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat, kemudian diocok-kocok. Terbentuknya endapan orange, mengindikasikan adanya senyawa falvonoid (Achmad, 1986). Uji fenolik dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak daun pandan wangi dicampurkan 2 tetes larutan FeCl 3. Hasil dinyatakan positif apabila terdapat warna hijau kehitaman (Harborne, 1987). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Pandan Terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli dan Salmonella Sp. Untuk uji daya hambat digunakan metode kirby-bauer dengam cara: siapkan 6 cawan petri yang berisi Muller Hinton Agar (MHA), lalu diamkan sampai mengeras, setelah mengeras usapkan secara merata bakteri dengan swab steril pada media MHA, 3 cawan petri diswab dengan isolat Escherichia coli dan 3 cawan petri diswab isolat Salmonella sp. sebelum dioleskan kepermukaan media MHA, bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. distandarkan dengan standar Mc Farland 0,5. Selanjutnya beri label penamaan pada setiap cawan petri. P0 (kontrol negatif) paper disck direndam kedalam aquadest, P1 (kontrol positif) ditempelkan paper disck antibiotik ampicilin sebagai kontrol positif Escherichia coli dan cloramfenikol sebagai kontrol positif bakteri Salmonella sp. P2 diberi ekstrak daun pandan dengan konsentrasi 25%. P3 diberi ekstrak daun pandan dengan konsentrasi 50%, dan untuk P4 diberi ekstrak daun pandan dengan konsentrasi 75% danselanjutnya semua perlakuan tersebut diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam Selanjutnya dihitung zona hambat terbentuk yang terbentuk.selanjutnya dihitung zona hambat yang terbentuk. selanjutnya semua perlakuan tersebut diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Selanjutnya dihitung zona hambat yang terbentuk. Analisis Data Dari hasil penelitian data dianalisis secara deskriptif. 245
HASIL DAN PEMBAHASAN Re-Identifikasi Bakteri Berdasarkan hasil Re-Identifikasi yang dilakukan penanaman pada media Eosin Metheylen Blue Agar (EMBA) untuk Eschericha coli dan penanaman pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) untuk bakteri Salmonella sp. maka didapatkan hasil yang disajikan pada gambar 1. dan gambar 2. Gambar 1. Bakteri Escherichia coli EMBA. Gambar 2. Bakteri Salmonella sp. pada media media SSA. Berdasarkan hasil penanaman pada media EMBA, bakteri Escherichia coli tumbuh pada media tersebut dengan ciri-ciri bentuknya yang bulat, cembung berdiameter 2 mm dan bewarna hijau metalik. Hal ini sependapat dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Arrizqiyani dan Nurlina. (2016). EMBA mengandung Enzimatik dari gelatin yang merupakan sumber nitrogen. Laktosa pada EMBA membuat gram negatif tumbuh terdiferensiasi berdasarkan sifatnya sehingga memproses laktosa. Eosin Y dan Methylene biru dari media EMBA merupakan pewarna yang bergabung untuk membentuk kompleks pada ph asam dan menghambat bakteri gram positif (eosin pada tingkat lebih rendah), sementara eosin berubah menjadi ungu gelap ketika kondisi media sekitar koloni berubah menjadi asam (Juwita dkk., 2014). Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada media SSA maka didapatkan hasil bahwa bakteri tersebut termasuk bakteri Salmonella sp. Bakateri Salmonella sp. pada media SSA dapat dilihat dengan ciri koloni tak berwarna sampai merah muda, bening sampai buram dengan bintik hitam ditengah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hart dan Paul. (1997). Maryantuti. (2007), menyatakan bahwa SSA merupakan media selektif yang hanya menumbuhkan bakteri Salmonella-Shigella. Berdasarkan komposisinya media ini terdiri dari peptone, lab lemcobeef extract, laktosa, ox bile dried, sodium citrate, sodium thisulfat, ammonium iron (III) citrate, brilliant green, dan neutralred agar, media SSA disebut media selektif karena hanya dapat menumbuhkan bakteri Salmonella dan Shigella dan menghambat pertumbuhan bakteri lain. Setelah dilakukan penanaman pada media EMBA dan SSA selanjutnya dilakukan uji pewarnaan Gram. Pada pewarnaan Gram menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli berbentuk batang pendek (kokobasil), dan bewarna pink yang menandakan kelompok dari bakteri Gram negatif. Yang disajikan pada gambar 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Elfidasari dkk. (2011), bahwa bakteri Escherichia coli tergolong bakteri Gram negatif yang ditandai dengan berwana pink dan berbetuk batang pendek (kokobasil, dan berdiameter ±1,1 1,5 x 2,0 6,0 µm (Pelczar dan Chan, 1988). Salmonella sp. merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang panjang (basil) dengan warna pink yang dapat dilihat pada gambar 4. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dkk.(2017). 246
Escherichia coli Salmonella sp. Gambar 3 dan 4 hasil pewarnaan gram Escherichia coli dan Salmonella sp. merupakan bakteri Gram negatif, yang terlihat bewarna pink ketika dilakukan pewarnaan Gram dan diamati dibawah mikroskop, bakteri Gram negatif mengandung lipopolisakarida yang tebal pada dinding selnya, sehingga saat dilakukan pewarnaan pada tahap decolorizing menggunakan alkohol 96% lapisan lipopolisakarida menjadi tidak berwarna dikarenakan pewarnaan pertama dengan larutan kristal violet melekat pada lapisan lipopolisakarida dan pada saat dilakukan pewarnaan kedua dengan safranin menghasilkan warna merah sehingga secara mikroskopis menandakan bakteri tersebut adalah bakteri Gram negatif (Yuswananda, 2015). Hasil Uji Fitokimia Setelah dilakukan identifikasi fitokimia terhadap ektrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) di bagian Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Syiah Kuala maka didapatkan hasil yang disajikan padatabel 1 dan gambar 5. Gambar 5. Hasil Uji Fitokimia 247
Tabel 1. Hasil pengamatan uji fitokimia daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb). Kandungan Reagen Ekstrak Hasil pengamatan kimia Daun Pandan Wangi Alkloid Mayer - Tidak terdapat endapan putih Wagner - Tidak terdapat endapan coklat Dragendroff - Tidak terdapat endapan merah Steroid Liberman-Burchard + Terdapat warna hijau Terpenoid Liberman-Burchard + Terdapat endapan ungu Saponin Asam Klorida - Tidak terdapat busa Flavonoid 0,5 Mg Dan HCl - Tidak terdapat endapan orange Fenolik FeCl 3 + Terdapat endapan hijau Keterangan: (+) Terdapatnya kandungan kimia, (-) Tidak terdapatnya kandungan kimia. Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) didapatkan hasil bahwa pada uji alkaloid yang ditambahkan dengan reagen mayer menghasilkan hasil yang negatif ditandai dengan tidak terbentuknya endapan putih, begitu juga dengan penambahan reagen wagner pada uji alkaloid juga menandakan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya endapan coklat, serta pada pengujian alkaloid dengan penambahan reagen dragendroff juga menampakkan hasil yang negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya endaapan merah. menurut Setyowati dkk. (2014), bahwasanya pada pengujian alkaloid akan menunjukkan hasil positif apabila terdapat endapan putih, coklat dan merah. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik (Harborne, 1984). Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu daritumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirindkk., 1994). Alkaloid berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi sel imun yang dapat menghancurkan bakteri, virus, jamur, dan sel kanker (Depkes, 1987). Uji steroid dan terpenoid ekstrak daun pandan wangi menunjukkan hasil positif. Ketika ditambahkan reagen Liberman-Burchard maka menunjukkan adanya warna hijau yang menandakan bahwa positif adanya steroid, dan terbentuk endapan warna ungu, yang menandakan positif terpenoid. Sesuai dengan penelitian Setyowati dkk. (2014), bahwa steroid akan menunjukkan hasil yang positif jika terbentuk warna hijau pada uji steroid dan warna ungu pada pengujian terpenoid. Steroid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara: steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawasenyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis (Madduluri dkk., 2013). Terpenoid dapat menghambat bakteri melalui mekanisme kerja senyawa terpenoid yang melibatkan kerusakan membran oleh senyawa lipofilik dimna pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Cowan, 1999). Ekstrak daun pandan yang di uji negatif mengandung saponin karena tidak terbentuknya busa yang menunjukkan uji saponin dinyatakan negatif, sesuai dengan pendapat 248
Darwis. (2000), bahwa hasil positif dari dari uji saponin menghasilkan busa yang tidak hilang selama 30 detik. Pada umumnya saponin memiliki sifat antimikroba, saponin bersifat sitotoksik karena dapat mengubah permeabilitas sitoplasma mikroba, sehingga menyebabkan lisisnya sel mikroba (Aini dan Mardyaningsih, 2016). Uji falavonoid pada ekstrak daun pandan wangi memberikan hasil yang negatif dikarenakan pada hasil uji tidak terbentukya endapan orange pada sampel ekstrak daun pandan ketika dicampurkan dengan 0,5 Mg dan HCl. Hal ini sesuai dengan pendapat Achmad.(1986), bahwasanya prinsip dari uji falvonoid mengindikasikan hasil yang positif terbentukya endapan orange. Flavonoid adalah derivat senyawa fenol. Flavonoid memiliki aktivitas antibakteri karena Flavonoid memiliki kemampuannya untuk bergabung dengan membran sel bakteri dan protein ekstraselular (Aini dan mardyaningsih, 2016). Uji fenolik pada ekstrak daun pandan wangi menunjukan hasil positif dikarenakan terbentuknya endapan hijau. Hal serupa juga dinyatakan oleh (Harborne, 1987). Senyawa fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan mendenaturasi protein sel. Ada atau tidaknya senyawa kimia pada tanaman sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti :umur tumbuhan atau bagian tumbuhan, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh (ekofisiologi) (Depkes RI, 1985). Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen merupakan salah satu tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu panen yang berkaitan dengan umur tumbuhan (tingkat maturasi) merupakan periode kritis sehingga sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil panen. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang berbeda (Depkes RI, 1985). Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukansenyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen.waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Waktu panendan waktu pengangkutan harus diperhatikan. Beberapa simplisia hasil panen terfermentasi dan metabolitnya rusak jika terkena panas yang berlebihan sehingga mutu simplisia kurang baik (Wijesekera, 1991). Lingkungan tempat tumbuh pengaruh ekosistem dominan pada berbagai tanaman Kualitas dan kuantitas komponen aktif berbagai herbal dipengaruhi oleh faktor ekosistem (Harbone, 1987). Faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan tumbuh, diantaranya: Unsur hara, ketinggian, suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan ph tanah (Wijesekera, 1991). Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Pandan Wangi Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) dengan metode disc diffusion (Kirby-bauer) berdasarkan pengukuran diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. zona hambat yang terbentuk dapat dilihat di gambar 6. untuk bakteri Escherichia coli sedangkan untuk bakteri salmonella sp. disajikan pada gambar 7. Untuk hasil pengukuran zona hambat disajikan pada tabel 2. Untuk bakteri Escherichia coli dan tabel 3. untuk bakteri Salmonella sp. 249
Gambar 6. Zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap bakteri E.coli. a) 25%, b) 50%, c) 75%, d) (-) aquadest, e) (+) Ampicilin. Gambar 7. Zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap bakteri Salmonella sp. a) 25%, b) 50%, c) 75%, d) (-) aquadest, e) (+) Cloramphenikol. Tabel 2. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) terhadap bakteri Escherichia coli. Diameter Zona Hambat (mm) Konsentrasi Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata 25% (EDPW) 50% (EDPW) 75% (EDPW) K(+) (Ampicilin) 6,5 6,8 6,6 6,6 ± 0,15 6,5 6,9 6,7 6,7 ± 0,20 6,8 7 6,9 6,9 ± 0,10 6,1 6,1 6,1 6,1 ± 0,00 250
K(-) Aquadest 0 0 0 0 ± 0,00 Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) terhadap bakteri Salmonella sp. Diameter Zona Hambat (mm) Konsentrasi Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata 25% (EDPW) 6,1 6,4 6,4 6,3 ± 0,17 50% (EDPW) 6,3 6,6 6,6 6,5 ± 0,17 75% (EDPW) 7,7 7,1 7,3 7,3 ± 0,31 K(+) (Cloramphenicol) 22,4 23,3 23,3 23,3 ± 0,52 K(-) Aquadest 0 0 0 0 ± 0,00 Hasil uji aktifitas antibakteri ektrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) menggunakan metode Kirby-Bauer dilakukan dengan tiga konsentrasi yang berbedayaitu: 25%, 50%, 75% terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella sp. untuk konsentarsi 25% zona hambat yang dihasilkan terhadap bakteri Escherichia coli ratarata sebesar 6,6 mm, konsentrasi 50% rata-rata 6,7 mm, dan pada konsentrasi 75% zona hambat yang dihasilkan rata-rata sebesar 6,5 mm. Begitu juga dengan zona hambat terhadap bakteri Salmonella sp. yang diuji pada konsentrasi 25% memiliki zona hambat rata-rata 6,3 mm, konsentrasi 50% rata-rata 6,5 mm, dan pada konsentrasi 75% dengan rata- rata sebesar 7,3 mm. Dari hasil yang didapat maka ekstrak daun pandan wangi memiliki daya hambat yang lemah terhadap pertumbuhan Bakteri Echerichia coli dan Salmonella sp. hal ini didasarkan oleh standar krtiteria CLSI (Clinical Laboratory Standars Institue) yang mana kriteria yang dinyatakan adanya zona hambat dapat dilihat dari terbentuknya zona bening. Maka kriteria yang dapat dilihat yaitu: 0 tidak ada aktivitas, 6-10 mm dinyatakan lemah, 11-20 mm dinyatakan sedang, dan zona hambat 21-30 mm dikatagorikan kuat (Morales dkk., 2003). Senyawa aktif yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang dhasilkan oleh ekstrak daun pandan wangi yaitu terpenoid. Terpenoid memiliki mekanisme penghambat pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran bagian luar dari dinding sel bakteri dan membentuk ikatan polimer yang kuat yang dapat mengakibatkan rusaknya porin, dan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri terhambat (Cowan, 1999). Senyawa aktif lainnya yang terkandung dalam ekstrak daun pandan wangi yang bersifat antibakteri ialah senyawa fenolik, yang merupakan ikatan hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein mengakibatkan struktur protein menjadi rusak dan akan mempengaruhi permeabilitas dinding sel dan membrane sitoplasama sehingga meyebabkan ketidak seimbangan makromolekul dan ion didalam sel yang mengakibatkan sel menjadi lisis (Palczar dan Chan, 1988). Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membranlipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkakebocoran pada liposom. Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis (Madduluri dkk., 2013). 251
Faktor yang sangat berpangaruh terhadap aktifitas antibakteri ialah pemilihan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi komponen-komponen bioaktif dari tanaman untuk mencapai tujuan dari sasaran ektraksi komponen (Moyler, 1995). Escherichia coli dan Salmonella sp. mempunyai dinding sel dengan komponen utama lapisan lipopolisakarida, lipid, dan lipoprotein. Lapisan lipid lebih mudah dilewati oleh senyawa yang relatif nonpolar (Mardyaningsih dkk., 2014). Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi aktifitas daya hambat antibakteri antara lain kepekatan inokulum, waktu pemasangan cakram, suhu inkubasi, waktu inkubasi, dan potensi cakram antibiotik (Depkes, 1985). Penelitian ini menggunakan aquadest sebagai kontrol negatif, sehingga tidak ada zona hambat yang terbentuk, sedangkan kontrol positif untuk bakteri Escherichia coli digunakan antibiotik ampicilin. Berdasarkan data hasil penelitian antibiotik ampicilin tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichiacoli, yang mana antibiotik ampicilin hanya mampu menghambat bakteri Escherichiacoli dengan rata-rata 6,1 mm, hal ini disebabkan adanya resistensi bakteri Escherichia coli terhadap antibiotik ampicilin. sesuai dengan pendapat Wewelangko dkk. (2015), bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan, ampicilin memiliki diameter zona hambatnya 7,3 mm. Hal ini menunjukkan bahwa Escherichia coli resisten terhadap antibiotik ampicilin. Resistensi ini dapat terjadi akibat dari penggunaannya yang meluas dan irasional (Utami, 2012). Kontrol positif yang digunakan untuk bakteri Salmonella sp. yaitu antibiotik cloramphenikol. Cloramphenikol menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. dengan luas zona hambat rata-rata 23,3 mm, dan termasuk katagori sensitive, sesuai dengan hasil penelitian Estoepangesti dkk. (2014), yang mendapatkan hasil bahwa Salmonella sp. sensitiv terhadap amtibiotik cloramphenikol dengan luas zona hambat 14,3 mm. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa ekstrak daun pandan wangi (Pandnus amaryllifolius roxb) berdasarkan standar CLSI memiliki daya hambat yang lemah terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. karena zona hambat yang terbentuk tidak melebihi 10 mm. DAFTAR PUSTAKA Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Karnunik, Jakarta. Aini, R. and A. Mardyaningsih. 2016. Pandan leaves extract (Pandanus amaryllifolius roxb) as a foodpreservative. JKKI. 7(4):171. Amiruddin, R.R., Darniati, Ismail. 2017. Isolasi dan identifikasi Salmonella sp. pada ayam bakar di rumah makan Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jimvet. 1(3):269-270. Arrizqiyani, T., dan L. Nurlina. 2016. Identifikasi bakteri Escherichia coli pada cincau hitam yang dijual di pasar Cikurubuk Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 16(1):189-194. Cowan, M.M. (1999). plant products as antimicrobial agents. Clinical Microbiology reviews.12(4):564 582. Darwis, D. 2000. Teknik Dasar laboratorium daalam penelitian senyawa bahan alam Hayati.Universitas Andalas, Padang. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jilid 1.Depkes.Jakarta. Depkes, RI. 1985. Farmakope Indonesia. Ditjen POM, Jakarta. Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. Elfidasari, D., A.M. Saraswati, G. Nufadianti, R. Samiah, V. dan Setiawati. 2011. Perbandingan kualitas es dilingkungan Universitas Al Azhar Indonesia dengan 252
restoran fast food di daerah senayan dengan indikator jumlah Escherichia coli terlarut.jurnal Al Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 1(1):19-21. Estoepangestie, A.T.S., F.A. Anggita, B. Setiawan, 2014. Gambaran resistensi antibiotika kuman salmonella sp. yang diisolasi dari daging sapi.veteriner Medika. 7(1):68-70. Fitri, C.R., S.P. Fitrianingsih, dan Suwender. 2016. Evaluasi potensi aktivitas antifungi ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) terhadap candida albicans secara invitro. Prosiding Farmasi. 2(2):732. Harbone, J.B. 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall 1 Td. London. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara ModernMenganalisis tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hart, Tony dan Paul Shears, 1997, Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Hipokrates, Jakarta. Jawetz, E., L.J. Melnick, dan E.A. Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Jakarta. Jazilah, N., A.G. Fasya, R. Ningsih dan A. Abtokhi. 2014. Uji toksisitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Stenis) terhadap larva udang Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Alchemy. 3(2):118-124. Juwita U., Yuli H, Christine J. 2014. Jumlah bakteri coliform dan deteksi Escherichia colipada daging ayam di Pekanbaru. JOM FMIPA. 1(2):48-55. Karsinah.2004. Deteksi Salmonella.Universitas Airlangga, Surabaya. Kayadoe, V., M. Fadli, R. Hasim, dan M. Tamasoa. 2015. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) sebagai inhibitor korosi baja ss-304 dalam larutan H2SO4.Molekul. 10(2):89-93. Lestari.P. 2016.Studi tanaman khas sumatera utara yang berkhasiat Obat.Jurnal farmanesia. 9(11):11 12. Madduluri, S.R.A.O., K. Babu, Sitaram, B. 2013. In vitro evaluation of antibacterial activity of five indegenous plants extract against five bacterial pathogens of human. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5(4): 679-684. Mardiyaningsih, A., dan R. Aini. 2014. Penegembangan Potensi Ekstrak Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius roxb) Sebagai Agen Antibakteri. Pharamaciana. 4(2):186-189. Maryantuti. 2007. Bakteri patogen yang disebabkan oleh lalat rumah (Musca domestica, L) di rumah sakit kota pekan baru. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Pekan baru. Morales. G.P., Siera, A. Manalla, A. Paredes, L.A. Layola, O. Gallardo, dan J. Borquez. 2003. secondary metabolites from four medicinal plants from northern chile antimicrobial activity and biotoxicity against aritemiasalina. J. Chil.Chem. 49(1):44-45. Moyler, D.A. 1995. Oleoresins Tinctures and Exstracts. Blackie Academic dan Profesional:New York. Murhadi., S.A.S., dan Susiawati. 2007. Aktifitas antibakteri ekstrak daun salam (Syzigium polyanta) daun pandan (Pandanun amaaryllifolius roxb). Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 18(1):17-21. Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta. Putri, R. W. A..2016. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Dan Salmonella Sp. pada jajanan batagor disekolah dasar negeri dikelurahan pisangan, cirendu, dan cempaka putih kecamatan cipitural timur. Skripsi. Programstudi kedokteran dan profesi dokter fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN syarif hidayatullah, Jakarta. Sabirin,M., Hardjono, dan Respati. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik II. UGM, Yogyakarta. Utami, E.R. 2012. Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. Sainstis. 1(1):125-133. 253
Setyowati, W.A.E., S.R.D. Ariani, Ashadi, B. Mulyani, dan C.P. Rahmawati. 2014. Skrining fitokimia dan identifikasi komponen utama ekstrak metanol kulit durian (Durio zibethinus murr.) varietes petruk. Seminar Nasional Kimia dan pendidikan kimia. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS, Surakarta. Stevani. H., Irmawati., dan A. Kadir. 2016. Uji daya hambat perasan daun panda wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.Media farmasi. 12(2):145. Wewelangko, G. U. C., W. Bodhi, B. J. Kepel. 2015. Uji resistensi bakteri escherichia coli yang di isolasi dari plak gigi menggunakan merkuri dan ampisilin.jurnal e-biomedik. 3(1):120-122. Wijesekera, R.O.B. 1991. The Medicinal Plant Industry.CRC Press, Washington. Yuswananda, N.P. 2015. Identifikasi bakteri Salmonella sp pada makanan jajanan di masjidfathullah Ciputat tahun 2015.Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Dan IlmuKesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 254