NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
Perbedaan Jenis Terapi Antipsikotik terhadap Lama Rawat Inap Pasien Skizofrenia Fase Akut di RSJD Sungai Bangkong Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keywords : schizophrenia, the combination therapy, Risperidone, Haloperidol, costeffectiveness.

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Januari Dengan menggunakan desain cross sectional didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

GAMBARAN POLA PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASEN SKIZOFRENIA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif analitik dengan melihat catatan medis pasien.

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

PENGARUH KUNJUNGAN KELUARGA TERHADAP SKOR POSITIVE AND NEGATIVE SYMPTOM SCALE

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT GRHASIA YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2007-DESEMBER 2009

GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

Artikel Penelitian Majalah Kesehatan Pharmamedika 2013, Vol 5 No. 1 15

ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap

Analisis Potensi Interaksi Obat Pada Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

PERBEDAAN PENINGKATAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DITERAPI OBAT STANDAR DENGAN OBAT STANDAR DITAMBAH CLOZAPINE DI RSJD SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

BEDA PERSEPSI DOKTER PUSKESMAS INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

ABSTRAK. Lidya K S Arung, 2015 Pembimbing Utama : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing Pendamping: Dr. Philips Onggowidjaja, S.Si.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang. penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. persepsi, afek, rasa terhadap diri (sense of self), motivasi, perilaku dan

dr Dyah Ayu Shinta Lesmanawati NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

Transkripsi:

PENGARUH PERBEDAAN JENIS TERAPI ANTIPSIKOTIK TERHADAP LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA FASE AKUT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Oleh : RIZKA ANNUR PUTRI NIM. I21111039 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015 i

ii

PENGARUH PERBEDAAN JENIS TERAPI ANTIPSIKOTIK TERHADAP LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA FASE AKUT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Rizka Annur Putri, Eka Kartika Untari, Hariyanto I.H Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura ABSTRAK Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Prevalensi skizofrenia di Kalimantan Barat pada tahun 2013 adalah 0,7 per 1000 penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang diberikan kepada pasien skizofrenia fase akut di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong periode Januari Desember 2014. Desain penelitian berupa analisis cross-sectional dengan metode pengumpulan data secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan terhadap 98 rekam medik pasien yang menerima terapi antipsikotik. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat memberikan gambaran karakteristik pasien, sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang diberikan. Hasil penelitian didapatkan bahwa jenis antipsikotik dan adjuvant yang paling banyak digunakan pasien adalah risperidon dan triheksifenidil dengan frekuensi pemakaian masing-masing sebanyak 446 kali (25,32%) dan 340 kali (65,89%). Hasil analisis menggunakan One-Way ANOVA menunjukkan bahwa lama rawat inap pasien skizofrenia fase akut yang mendapatkan terapi antipsikotik tunggal tipikal, tunggal atipikal, dan kombinasi tidak mengalami perbedaan yang signifikan (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa lama rawat inap antar jenis terapi antipsikotik tidak berbeda sehingga dapat disimpulkan jenis terapi antipsikotik yang diberikan tidak mempengaruhi perbedaan lama rawat inap pasien. iii

Kata kunci: Antipsikotik, jenis terapi, lama rawat inap, skizofrenia EFFECT OF DIFFERENT TYPE OF ANTIPSYCHOTIC THERAPIES ON LENGTH OF STAY OF ACUTE PHASE SCHIZOPHRENIA PATIENTS IN SUNGAI BANGKONG REGIONAL MENTAL HOSPITAL IN PERIOD OF JANUARY DECEMBER 2014 ABSTRACT Schizophrenia is one of severe mental disorders that affects how a person thinks, feels, and acts. In 2013, the prevalence of schizophrenia in West Kalimantan was 0,7 per 1000 inhabitants. This study aimed to determine whether there was any difference in patients length of stay of intertype of antipsychotic therapies given to acute phase schizophrenia patients in Sungai Bangkong Regional Mental Hospital in the period of January December 2014. The study design was a crosssectional analysis with retrospective data collecting method. This study was carried out to 98 patients medical records who received antipsychotic therapy. Data were analyzed with univariate and bivariate analysis. Univariate analysis gave an overview of patients characteristics while bivariate analysis was used to see whether there was any difference in patients length of stay of inter-type of antipsychotic therapies. The result showed that the most widely used antipsychotic and adjuvant by patients were risperidone and trihexyphenidyl as many as 446 times (25,32%) and 340 times (65,89%), respectively. Analysis result using One-Way ANOVA showed that the length of stay of acute phase schizophrenia patients, treated with typical monotherapy, atypical monotherapy, and polytherapy, had no significant difference (p>0,05). It showed that length of stay of inter-type of antipsychotic therapies were not different, thus it could be concluded that type of antipsychotic therapies didn't affect the differences in patients' length of stay. Keywords: antipsychotic, length of stay, type of therapies, schizophrenia iv

Pendahuluan Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah. 1 Prevalensi skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1,7 per 1000 penduduk dan diperkirakan sekitar 1 juta penduduk Indonesia mengalami skizofrenia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi skizofrenia di Kalimantan Barat adalah 0,7 per 1000 penduduk. 2 Penanganan pasien skizofrenia meliputi terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi adalah terapi menggunakan obat antipsikotik. Saat ini, antipsikotik merupakan terapi primer untuk pasien skizofrenia. Golongan antipsikotik terdiri dari dari dua jenis, yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Umumnya antipsikotik tipikal potensi rendah (klorpromazin dan tiondazin) lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan gejala ekstrapiramidal daripada antipsikotik tipikal potensi tinggi (trifluoperazin, flufenazin, haloperidol, dan pimozid). 3 Munculnya efek samping tersebut menyebabkan beralihnya pengobatan menggunakan antipsikotik atipikal yang memiliki efek samping lebih sedikit. Saat ini, pemberian terapi antipsikotik kombinasi meningkat di kalangan psikiatri klinis. Antipsikotik kombinasi adalah kontributor utama bagi peresepan dosis tinggi, terkait dengan efek samping yang meningkat dan terbatasnya kemampuan untuk membentuk rejimen perawatan yang optimum bagi pasien. 4 Efek samping adalah salah satu hal yang dapat menghambat pengobatan pada pasien skizofrenia, sehingga hal ini menghambat kesembuhan pasien. Kesembuhan pasien dapat mempengaruhi lama rawat inap pasien karena kesembuhan dipengaruhi oleh resiko munculnya efek samping obat dan resiko kekambuhan. Berkaitan dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang diberikan terhadap pasien skizofrenia fase akut yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong, mengingat bahwa RSJD Sungai Bangkong merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa di Kota v

Pontianak dengan jumlah pasien skizofrenia yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jenis terapi antipsikotik yang diberikan terhadap lama rawat inap pasien skizofrenia fase akut yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong. Metode Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2015 dan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong yang beralamat di Jalan Ali Anyang Nomor 1 Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian bersifat observasional dengan menggunakan rancangan analisis crosssectional. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yaitu mengumpulkan data dari rekam medik dan peresepan obat pasien skizofrenia fase akut yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong periode Januari Desember 2014. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa skizofrenia fase akut, menjalani rawat inap, memperoleh terapi antipsikotik, dan berusia 18 64 tahun. Keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dipilih dengan teknik sampling probabilitas dengan cara acak (random) sederhana. Total sampel akhir pasien skizofrenia fase akut yang diambil dan dapat diolah sebanyak 98 sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji univariat, yang menggambarkan karakteristik pasien, menggunakan program komputer Microsoft Excel dan dengan uji bivariat, untuk menganalisis pengaruh jenis terapi antipsikotik terhadap lama rawat inap, menggunakan uji One-Way ANOVA dengan aplikasi SPSS versi 18.0.0. Hasil Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 98 pasien skizofrenia fase akut yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun gambaran karakteristik pasien dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. vi

Tabel 1 Karakteristik pasien Variabel Terapi Tunggal (n = 6) Terapi Kombinasi (n = 92) n % N % Jenis Kelamin Laki-laki 3 50 71 77 Perempuan 3 50 21 23 Pendidikan Tidak Sekolah 0 0 3 3 SD 1 16 42 46 SMP 4 67 16 18 SMA 1 17 27 29 Akademi 0 0 3 3 Sarjana 0 0 1 1 Status Pernikahan Belum Menikah 3 50 62 67 Menikah 2 33 17 18 Duda 0 0 7 8 Janda 1 17 6 7 Tabel 2 Rerata usia dan berat badan pasien Jenis Terapi Variabel Terapi Tunggal (n = 6) Terapi Kombinasi (n = 92) Usia (tahun) 37 ± 12,361 33,87 ± 8,922 Berat Badan (kg) 46,5 ± 8,361 52,48 ± 9,764 Pendataan pasien dibagi menjadi dua kelompok jenis terapi, yaitu terapi tunggal dan terapi kombinasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 6 pasien yang mendapatkan terapi antipsikotik tunggal dan 92 pasien yang mendapatkan terapi antipsikotik kombinasi. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pasien skizofrenia berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase terbesar (77%) daripada pasien yang berjenis kelamin perempuan (23%) pada pasien dengan terapi kombinasi, namun memiliki persentase yang sama besar pada kelompok terapi tunggal. Jenjang pendidikan terakhir pasien dengan persentase terbesar adalah SMP (67%) pada terapi tunggal dan SD (46%) pada terapi kombinasi. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa bahwa mayoritas pasien skizofrenia fase akut yang dirawat inap berstatus belum menikah dengan persentase sebesar 50% pada pasien dengan terapi tunggal dan 67% pada pasien dengan terapi kombinasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata usia dan berat badan pasien skizofrenia adalah 37 ± 12,361 tahun dan 7

46,5 ± 8,361 kg pada pasien dengan terapi tunggal, sedangkan pada pasien dengan terapi kombinasi adalah 33,87 ± 8,922 tahun dan 52,48 ± 9,764 kg. Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia di RSJD Sungai Bangkong didiagnosa menderita skizofrenia paranoid dengan persentase pasien terapi tunggal dan kombinasi masingmasing sebesar 50% dan 82%. Tabel 3 Diagnosa medis pasien Variabel Terapi Tunggal (n = 6) Terapi Kombinasi (n = 92) n % n % Diagnosa Skizofrenia Paranoid 3 50 75 82 Skizofrenia Hebefrenik 1 16,67 3 3 Skizofrenia Katatonik 1 16,67 4 4 Skizofrenia Tak Terdiferensiasi 0 0 9 10 Skizofrenia Residual 1 16,67 1 1 Tabel 4 menunjukkan bahwa pasien yang mendapat terapi tunggal antipsikotik tipikal memiliki rerata lama rawat inap yang paling singkat (19,25 ± 9,251 hari) sedangkan pasien yang mendapat terapi kombinasi memiliki rerata lama rawat inap paling lama (32,79 ± 20,242 hari). Tabel 4 Rerata lama rawat inap pasien Jenis Terapi Rerata Lama Rawat Inap (hari) Terapi Tunggal Tipikal 19,25 ± 9,251 Terapi Tunggal Atipikal 28,5 ± 12,021 Terapi Kombinasi 32,79 ± 20,242 Tabel 5 menunjukkan frekuensi penggunaan antipsikotik terbanyak adalah risperidon dari golongan antipsikotik atipikal dengan jumlah pemakaian sebanyak 446 kali (25,32%). viii

Tabel 5 Frekuensi penggunaan antipsikotik. Golongan Antipsikotik Nama Antipsikotik Frekuensi % Trifluperazin 399 22,66 Tipikal Haloperidol 320 18,17 Klorpromazin 212 12,04 Flufenazin 12 0,68 Risperidon 446 25,32 Atipikal Klozapin 370 21,01 Quetiapin 1 0,06 Aripiprazol 1 0,06 Total 1761 100 Tabel 6 menunjukkan bahwa lama rawat inap pasien skizofrenia fase akut yang mendapatkan terapi antipsikotik tunggal tipikal, tunggal atipikal, dan kombinasi tidak mengalami perbedaan yang signifikan (p>0,05). Tabel 6 Analisis pengaruh jenis terapi terhadap lama rawat inap Jenis Terapi Lama Rawat Inap Nilai Signifikansi Tunggal Tipikal Tunggal Atipikal 0,593 Kombinasi 0,186 Tunggal Atipikal Tunggal Tipikal 0,593 Kombinasi 0,764 Kombinasi Tunggal Tipikal 0,186 Tunggal Atipikal 0,764 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini dapat terjadi karena adanya kemunduran onset pada wanita. Sebuah hipotesis oleh Waber menyebutkan bahwa perbedaan pada pria dan wanita dalam segi pematangan seksual yaitu wanita lebih cepat mengalami pubertas, berkorelasi dengan kemampuan verbal yang lebih baik yang pada akhirnya mempengaruhi onset skizofrenia. Bila disimpulkan hipotesis tersebut menyatakan bahwa kematangan fungsi otak wanita yang lebih cepat menyebabkan wanita lebih tahan terhadap skizofrenia dibandingkan pria. 5 9

Hasil rerata usia sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kelompok usia 30 39 tahun merupakan usia produktif yang cenderung terkena skizofrenia. 6 Rentang umur tersebut individu memiliki beban hidup yang lebih berat sehingga menyebabkan stres yang disebabkan oleh masalah-masalah kompleks, meliputi masalah dengan teman dekat, rekan kerja, pekerjaan yang terlalu berat, ekonomi, dan masalah keluarga. 7 Hal ini berkaitan dengan etiologi skizofrenia, yaitu teori diatesis stres yang menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki kerentanan spesifik (diatesis) bila dikenai suatu pengaruh lingkungan yang dapat menimbulkan stres akan memungkinkan adanya perkembangan gejala skizofrenia. 8 Hasil rerata berat badan pasien, bila dibandingkan dengan rerata usia pasien, maka rerata berat badan pasien skizofrenia fase akut di RSJD Sungai Bangkong dapat dikategorikan tidak ideal. Hal ini dikarenakan berat badan normal untuk rentang usia 30 49 tahun adalah 62 kg untuk pria dan 55 kg untuk wanita. 9 Pasien dengan jenjang pendidikan rendah cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup sehat sehingga berpengaruh terhadap terapi yang sedang dijalaninya. 7 Sebaliknya pasien dengan jenjang pendidikan tinggi cenderung kritis terhadap kualitas kesehatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia fase akut yang dirawat inap di RSJD Sungai Bangkong memiliki jenjang pendidikan yang cukup rendah. Mayoritas pasien skizofrenia fase akut yang dirawat inap berstatus belum menikah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pasien skizofrenia lebih banyak yang sendiri dan belum menikah daripada pasien gangguan jiwa lainnya. 5 Skizofrenia memiliki insidensi pada usia 15 25 tahun (pria) dan 25 35 tahun (wanita). 8 Bila gangguan jiwa skizofrenia muncul pada rentang usia tersebut, maka pasien tidak akan menikah dalam keadaan sakit dan perlu pengobatan dalam jangka waktu lama karena skizofrenia yang bersifat kronis sehingga kemampuannya dalam membangun relasi dengan baik (misalnya untuk menikah) cenderung terganggu. 5 Hasil penelitian menunjukkan subtipe skizofrenia yang paling banyak diderita adalah skizofrenia paranoid. Hasil ini sesuai dengan International Classification of Diseases (ICD) 10 x

dimana berdasarkan epidemiologi tipe skizofrenia yang paling banyak dijumpai di dunia adalah tipe paranoid. 10 Tipe paranoid ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering, serta tidak adanya perilaku spesifik yang sugestif. 8 Hasil rerata lama rawat inap pasien menunjukkan bahwa pemberian antipsikotik secara kombinasi meningkatkan lama rawat inap pasien skizofrenia. Hal ini dapat dikarenakan adanya peningkatan resiko munculnya efek samping dan penurunan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi dimana hal tersebut akan menyebabkan gejala relaps dan berdampak pada kesembuhan pasien. 11 Rerata lama rawat inap pasien dengan terapi antipsikotik atipikal tunggal lebih lama daripada rerata lama rawat inap pasien dengan terapi antipsikotik tipikal tunggal. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima terapi antipsikotik tipikal beresiko mengalami efek samping ekstrapiramidal yang lebih tinggi daripada yang menerima terapi antipsikotik atipikal dimana efek samping ekstrapiramidal akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien sehingga pasien akan dirawat lebih lama di rumah sakit. 12 Hasil yang didapatkan kemungkinan adanya faktor ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi antipsikotik tunggal atipikal sehingga mempengaruhi lama rawat inap pasien. Frekuensi antipsikotik yang digunakan oleh pasien skizofrenia fase akut mayoritas adalah risperidon. Risperidon merupakan jenis antipsikotik atipikal yang mempunyai afinitas tinggi 9 terhadap reseptor serotonin 5-HT 2 dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin D 2. Risperidon dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal (>10%) namun sangat kecil bila dibandingkan dengan jenis antipsikotik tipikal. Hasil analisis bivariat menggunakan One-Way ANOVA menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna pada rerata lama rawat inap pasien antar jenis terapi. Hasil ini menunjukkan bahwa lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang diberikan tidak memiliki perbedaan sehingga jenis terapi antipsikotik tidak memberikan pengaruh terhadap perbedaan lama rawat inap pasien. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa tidak adanya xi

perbedaan antara lama rawat inap pasien skizofrenia yang mendapatkan terapi antipsikotik tunggal tipikal dan tunggal atipikal. 12 Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis terapi antipsikotik tidak memberikan pengaruh terhadap perbedaan lama rawat inap pasien skizofrenia fase akut di RSJD Sungai Bangkong. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi lama rawat inap pasien antar jenis terapi yang lebih dari 0,05 (p>0,05). Ucapan Terima Kasih Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Daftar Pustaka 1. Stuart G. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2006. 2. Badan Penelitian dan Pengembangan. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; 2013. 3. Chisholm-Burns MA, Wells B, Schwinghammer T, Malone PM, Kolesar JM, Rotschafer JC, et al. Pharmacotherapy: Principles & Practice. New York: McGraw-Hill; 2008. 4. Barnes TRE, Paton C. Antipsychotic Polypharmacy in Schizophrenia. CNS Drugs. 2011;25(5):383 99. 5. Sira I. Karakteristik Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak Periode 1 Januari - 31 Desember 2009. Universitas Tanjungpura; 2011. 6. Oktovina MN. Evaluasi Rejimen Obat Pasien Schizophrenia pada Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap Setelah Uji Coba Kebijakan INA-DRG di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. [Depok]: Universitas Indonesia; 2009. xii

7. Lesmanawati DAS. Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Antipsikotik pada Pasien Skizofrenia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta [Internet]. Yogyakarta; 2014. Available from: http://grhasia.jogjaprov.go.id/index.php/artikel/umum/142-analisis-efektivitas-biayapenggunaan-terapi-antipsikotik-pada-pasien-skizofrenia-di-instalasi-rawat-inap-rumah-sakitjiwa-grhasia-yogyakarta-bagian-i 8. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Muttaqin H, Sihombing RNE, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. 9. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B, et al. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI; 2007. 10. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision (ICD-10) [Internet]. World Health Organization. Malta; 2010. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22184833 11. Faries D, Ascher-Svanum H, Zhu B, Correll C, Kane J. Antipsychotic monotherapy and polypharmacy in the naturalistic treatment of schizophrenia with atypical antipsychotics. BMC Psychiatry. 2005;5:26. 12. Fujimaki K, Takahashi T, Morinobu S. Association of typical versus atypical antipsychotics with symptoms and quality of life in schizophrenia. PLoS One. 2012;7(5). xiii