BAB I PENDAHULUAN. ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Pada awalnya kimia diperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM. Pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Agar tujuan tersebut

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Pada awalnya kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Dalam kimia dibahas tentang bagaimana mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Agar pendidikan kimia lebih terarah, maka Departemen Pendidikan Nasional melalui Permen Diknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi secara khusus menuliskan salah tujuan pembelajaran kimia yaitu setelah mempelajari kimia siswa harus memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah, melalui percobaan dan eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, serta memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan

2 sehari-hari dan teknologi. Dengan demikian setelah proses pembelajaran kimia, siswa harus mempunyai berbagai keterampilan berpikir agar dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif sesuai dengan kemampuannya sendiri. Keterampilan berpikir tersebut dapat dimiliki oleh siswa apabila menerapkan pembelajaran inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2011) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri mampu mengembangkan kemampuan bepikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Sejalan dengan hal tersebut Depdiknas (2006) menyatakan proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Selama proses pembelajaran siswa harus mampu menuangkan dan mengembangkan gagasangagasan yang kreatif, tidak hanya terbatas menghafalkan konsep-konsep yang telah diberikan oleh guru. Dengan pembelajaran inkuiri menurut Schmidt (Ibrahim, 2007) siswa belajar berdasarkan penemuan untuk mencari informasi dengan merumuskan suatu hipotesis, melakukan observasi atau eksperimen dalam mencari jawaban atau kesimpulan dan memecahkan masalah terhadap pertanyaan dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Sehingga menurut Bruner (Dahar, 1996) pembelajaran inkuiri (penemuan) merupakan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat manusia untuk mencari pengetahuan secara aktif. Lebih jauh Dahar mengemukakan, dengan menerapkan pembelajaran inkuiri siswa

3 terbiasa melakukan eksperimen dan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Namun kenyataannya, berdasarkan hasil studi pendahuluan di beberapa sekolah menengah atas di Kabupaten Tasikmalaya, proses pembelajaran yang dilaksanakan hanya berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir tingkat rendah, serta mengabaikan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berinkuiri dan keterampilan berpikir kreatif. Kenyataan lain menunjukkan bahwa pembelajaran kimia yang dilaksanakan bersifat teacher centered, dimana sebagian besar kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa hanya sebagai objek dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat teacher centered juga terjadi pada pelaksanaan kegiatan eksperimen/ praktikum, pada umumnya praktikum yang dilakukan sangat tergantung pada peran guru, salah satu contoh guru mendemonstrasikan pembuatan bahan dan pemilihan alat praktikum. Siswa hanya membaca lembar kegiatan siswa (LKS) yang sudah dirancang oleh guru lengkap dengan prosedur praktikum yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga praktikum adalah merupakan proses untuk pembuktian konsep yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya. Sementara itu dibeberapa sekolah yang lain, tidak melaksanakan praktikum dengan berbagai alasan, seperti keterbatasan sarana dan prasarana, serta keterbatasan waktu dalam melaksanakan praktikum, hal ini di karenakan guru harus menyelesaikan seluruh materi sesuai dengan target kurikum. Sehingga proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) lebih mudah untuk dilaksanakan.

4 Dengan pembelajaran yang dilakukan tersebut, tentunya memiliki dampak seperti rendahnya kemampuan berpikir siswa karena mereka kurang terlatih untuk mengasah keterampilan berpikirnya, terutama keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu model pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru (teacher centered) apabila terus dipertahankan akan menghilangkan kreativitas siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalahmasalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif. Sehingga siswa kurang siap menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dampak lain adalah rendahnya pemahaman konsep yang ditunjukkan dengan rendahnya persentase ketuntasan pembelajaran kimia khususnya pada konsep termokimia. Berikut ini hasil penilaian terhadap pemahaman konsep termokimia di beberapa sekolah menengah atas di Kabupaten Tasikmalaya. Tabel 1.1. Nilai Pemahaman Konsep Termokimia di Beberapa SMA di Kabupaten Tasikmalaya Nama Nilai Kognitif Konsep Temokimia Prosentasi Sekolah KKM Nilai tertinggi Nilai terendah Ratarata Ketuntasan SMA A 78 95 9 55,2 20% SMA B 70 78 30 58,6 30% SMA C 65 71 55 61,38 39% SMA D 70 95 40 74,05 73% (Arsip guru bidang studi kimia 2011) Konsep termokimia merupakan salah satu konsep yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hasil dari

5 analisis konsep, temokimia merupakan konsep yang bersifat abstrak dan berdasarkan prinsip. Termokimia mempunyai kompleksitas yang sangat tinggi, sehingga siswa menganggapnya sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami. Data di atas menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan pemahaman konsep termokimia masih sangat rendah. Rendahnya pemahaman konsep ini disebabkan oleh banyak faktor seperti metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik materi termokimia, strategi pembelajaran klasikal yang hanya berpusat pada guru, dan masih banyak faktor lainnya. Menurut penelitian Liliasari (1996), rendahnya penguasaan konsep kimia disebabkan oleh pola pikir rasional yang rendah, pada pembentukan sistem konseptual kimia. Hal ini dikarenakan guru pada pengajarannya kurang variatif, hanya menggunakan kecenderungan pada salah satu metode saja, sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis keterangan guru, yang menyebabkan isi pembelajaran kimia hanya sebagai hafalan. Akibat lebih lanjut siswa tidak memahami konsep dengan benar, tidak memiliki keberanian untuk bertanya, yang mengakibatkan semakin sulit memahami konsep yang diberikan oleh guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pengembangan pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya, yaitu pembelajaran inkuiri reflektif. Dengan pengembangan pembelajaran inkuiri reflektif ini siswa dapat menjadi subjek selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman

6 belajar yang nyata. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator untuk keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lie (2010), bahwa perlu adanya perubahan-perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar dan interaksi antara siswa dan guru. Seyogyanya kegiatan belajar mengajar juga mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa untuk menemukan fakta dan informasi, mengolah dan mengembangkannya agar menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya. Proses pembelajaran hendaknya merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan haknya dalam membangun dan mengembangkan gagasannya (Ansari dan Yamin, 2008). Apabila proses pembelajaran lebih banyak mengaktifkan siswa (student centered), maka siswa mampu memahami konsep dengan baik dan benar serta dapat berpikir lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain, Iriani (2009) membuktikan bahwa pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan peningkatan penguasaan konsep. Hasil penelitian Pullaila (2007) membuktikan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara signifikan untuk kelima indikator

7 keterampilan berpikir kreatif, serta hasil penelitian Ridwan (2006) tentang model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis siswa. Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri mampu mengaktifkan siswa, dengan menggunakan proses pembelajaran inkuiri siswa dapat belajar berdasarkan pengalaman, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir siswa. Proses pembelajaran inkuiri juga mampu mengeksplorasi ide-ide kreatif siswa. Dengan demikian pembelajaran inkuiri juga mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Dengan membiasakan siswa berpikir kreatif, maka diharapkan mereka juga mampu berkreativitas dan siap menghadapi masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Berpikir kreatif akan lebih mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi siswa untuk berpikit terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi dan mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan. Menurut National Science Education Standards (NRC, 1996), salah satu strategi yang dapat digunakan adalah pembelajaran inkuiri. National Science Education Standards (NRC, 1996) menyatakan bahwa inkuiri merupakan inti dari Ilmu Pengetahuan Alam dan pembelajaran IPA, serta merupakan strategi utama dalam proses pembelajaran IPA. Menurut Windschitl (NSTA, 2007), pengalaman melakukan inkuiri akan memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak dan memahaminya secara mendalam, sehingga mampu meningkatkan

8 kemampuan penalaran dan mempraktekkan IPA. Martinello dan Cook (McBride et al, 2004), menyatakan bahwa inkuiri merupakan proses dimana siswa secara aktif melakukan penyelidikan terhadap fenomena alam yang terjadi disekitarnya dengan mengajukan berbagai pertanyaan dan mencari jawaban sendiri atas pertanyaan yang mereka ajukan tersebut, lebih lanjut McBride et al (2004) menuliskan, pengertian inkuiri menurut Pugliese, inkuiri merupakan jalan untuk mempelajari segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan permasalahan Ilmu Pengetahuan Alam yang berhubungan dengan kehidupan nyata, sehingga membentuk pengetahuan IPA yang riil. Dengan pembelajaran inkuiri siswa tidak harus menghafalkan konsepkonsep, tetapi siswa harus mampu merefleksikan konsep-konsep yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rusche dan Jason (2011) bahwa dengan menggunakan pembelajaran inkuiri merupakan langkah awal untuk melakukan refleksi. Siswa dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berdasarkan pada proses yang terjadi di lingkungan sekitar untuk memunculkan ide barunya sendiri atau untuk mengembangkan suatu analisis dari fenomena yang ada. Siswa juga dapat menggunakan pertanyaan untuk proses yang lebih dalam yang diperoleh dari hasil refleksinya. Lebih jauh Rusche dan Jason (2011), menyatakan bahwa inkuiri dan refleksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Sedangkan proses refleksi diri tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis tetapi membantu siswa membangun pengetahuaan/konsepnya secara mandiri. Oleh karena itu inkuiri yang dibangun adalah inkuiri reflektif. Dengan pembelajaran

9 inkuiri reflektif diharapkan siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep termokimia dan keterampilan berpikir kreatif. Menurut Richards (1990) refleksi atau refleksi kritis merupakan suatu aktivitas atau proses dimana suatu pengalaman dipanggil ulang, dipertimbangkan dan dievaluasi, biasanya berhubungan dengan tujuan yang luas. Towndrow et al (2008) melaporkan hasil penelitiannya bahwa pengenalan pembelajaran inkuiri melalui penulisan jurnal sains secara reflektif dapat memfasilitasi rasa ingin tahu siswa terhadap sains dan dikaitkan dengan kerja di laboratorium. Penelitian ini menunjukkan bahwa menuliskan jurnal secara reflektif merupakan suatu alat serta sumber pembelajaran kreativitas siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep mereka. Chin (Towndrow et al, 2008) melaporkan bahwa karakteristik pembelajaran inkuiri adalah kemampuan menggunakan teknik bertanya sehingga mereka dapat merefleksikan dalam aktivitasnya. Inkuiri reflektif merupakan suatu strategi pembelajaran yang sangat berguna. Dewey mengidentifikasi tiga sikap yang diperlukan dalam pembelajaran inkuiri reflektif yaitu; berpikiran terbuka, fokus dalam berpikir, dan bertanggung jawab (Lyons, 2010). Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan diatas menyatakan bahwa inkuiri reflektif dapat meningkatkan kreativitas siswa dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak implementasi pembelajaran inkuiri reflektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan meningkatkan pemahaman konsep termokimia.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan pembelajaran inkuiri reflektif untuk meningkatkan pemahaman konsep pada termokimia dan keterampilan berpikir kreatif siswa? Untuk mempermudah tahapan-tahapan penyelesaian masalah, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi beberapa pertanyaan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran inkuiri reflektif pada materi termokimia? 2. Bagaimana dampak implementasi pembelajaran inkuiri reflektif terhadap pemahaman konsep termokimia pada siswa SMA? 3. Bagaimana dampak implementasi pembelajaran inkuiri reflektif terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: Mendapatkan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep termokimia dan keterampilan berpikir kreatif dan yang teruji melalui implementasinya.

11 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa a. Dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sehingga dapat belajar tuntas. b. Dapat memotivasi siswa agar berperan aktif sebagai subjek dalam proses pembelajaran sehingga mampu memunculkan ide-ide dan gagasan baru yang lebih kreatif. 2. Bagi guru a. Dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran, sehingga guru mampu mengembangkan wawasan berpikirnya untuk meningkatkan kompetensi professional guru dan meningkatkan mutu pembelajaran kimia. b. Sebagai salah satu contoh kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga proses pembelajaran kimia menjadi lebih bervariatif dan menarik agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia. E. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Inkuiri Reflektif Inkuiri reflektif merupakan strategi pembelajaran yang digunakan agar siswa dapat mengetahui bagaimana cara berpikir dan mengetahui berbagai aktifitas

12 yang dilakukan siswa selama pembelajaran. Tahapan pembelajaran inkuiri reflektif adalah (1) melakukan observasi, (2) mengajukan pertanyaan dan merumuskan hipotesis, (3) melakukan investigasi, (4) melakukan refleksi, (5) mengkomunikasikan (6) menarik kesimpulan. 2. Pemahaman konsep Pemahaman konsep identik dengan penguasaan konsep, yaitu sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir yang meliputi jenjang: ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisa (C4), evaluasi (C5) dan kreatif (mencipta) (C6). Pemahaman konsep diuji dengan menggunakan tes tertulis. 3. Keterampilan berpikir kreatif Keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan dengan pandangan dan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional; khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Indikator keterampilan berpikir kreatif adalah melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mampu memerinci secara detail permasalahan dan menghasilkan berbagai gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.