214. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (578) :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

KAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max L. (MERILL)) DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI(Glycine max.l Merill) KANDANG AYAM SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

*Corresponding author : ABSTRACT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap Pemberian Giberelin dan Pupuk TSP

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Paclobutrazol Dan Pupuk Kalium

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

RESPONS BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO ABSRACT

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala)

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

KARAKTER MORFOLOGIS, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN LEMAK KEDELAI (Glycine Max L.Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M6 SKRIPSI OLEH :

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH:

Rizki Aulia, Rosmayati *, Eva Sartini Bayu

PELAKSANAAN PENELITIAN

SELEKSI DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA TANAH SALIN

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi(Ipomoea batatas L.) jalar Terhadap Pemberian Paclobutrazol

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Transkripsi:

214. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP TINGKAT NAUNGAN Muhammad Afandi 1*, Lisa Mawarni 2 dan Syukri 2 1) Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 *Corresponding author : E-mail : m_affandi2013@students.usu.ac.id ABSTRACT The Response of Growth and Yield of Four Soybean Varieties (Glycine max L.) to The Shading Levels,The aim of the study was to obtain the effect of soybean seed size on the shading levels for growth and yield of soybean (Glycine max L.) The study was conducted at Tanjung Selamat village at 57 metres above sea level, from April to July 2012. The split plot design was used two treatment, namely shading level a N0 (no shading), N1 (shading 20%), N2 (40% shading), and N3 (60% shading) as main plot and four varieties V1 (Anjasmoro), V2 (Burangrang), V3 (Wilis), and V4 (Rinjani) as sub plot. The results showed that shading level significantly affected germination percentage, plant height 2-5 Weeks After Planted, number of branches, number of chlorophyll, total leaf area, number of fill pods, and production per twelve plants. The soybean varieties significantly affected plant height ages 2-5 Weeks After Planted, number of chlorophyll, number of branches, flower initiation, number of fill pods, production per twelve plants, and weight of 100 seeds. Interaction of two treatments significantly affected production per twelve plants. Keywords: soybean, shade, and varieties ABSTRAK Respons Pertumbuhan dan Produksi Empat Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Tingkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran biji kedelai pada tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.). Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Selamat dengan ketinggian tempat ± 57 meter diatas permukaan laut, dimulai bulan April sampai bulan Juli 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 2 perlakuan. Sebagai petak utama adalah tingkat naungan yaitu N0(tanpa penaungan), N1 (penaungan 20%), N2 (penaungan 40%), dan N3 (penaungan 60%). Sebagai anak petak adalah yaitu V1 (Anjasmoro), V2 (Burangrang), V3 (Wilis), V4 (Rinjani). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat naungan berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan, tinggi tanaman umur 2-5 Minggu Setelah Tanam (MST), jumlah cabang, jumlah klorofil, total luas daun, jumlah polong berisi, dan produksi per 12 tanaman,tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga dan bobot 100 biji. berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2-5MST, jumlah klorofil, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong berisi, produksi per 12 tanaman dan bobot 100 biji. Interaksi antara tingkat naungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter produksi per 12 tanaman. Kata kunci : kedelai, naungan, dan varietas

215. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 PENDAHULUAN Secara umum tempe yang ada di masyarakat dibuat dari bahan kedelai. Produsen tempe umumnya menyukai biji kedelai dengan ukuran biji besar karena menghasilkan tempe dengan warna cerah danukurannya besar. Ukuran biji juga berpengaruh terhadap pemanfaatan kedelai. Beberapa varietas unggul kedelai yang dilepas akhir-akhir ini umumnya berwarna kuning dan memiliki ukuran biji besar seperti Argomulyo, Burangrang, Panderman dan Anjasmoro (Krisdiana, 2004). Untuk produk tahu, kadar protein biji, terutama fraksi globulin merupakan faktor penentu rendemen dan tekstur tahu yang dihasilkan. Tambora, Lokon, Rinjani menghasilkan rendemen tahu yang tinggi ditinjau dari fraksi protein globulinnya. lokal Ponorogo, Wilis dan Bromo yang berbiji kuning dan ukurannya kecil dengan kadar protein tinggi dan intensitas langu rendah, sesuai untuk bahan baku susu kedelai (Ginting et al. 2009). Produksi kedelai yang optimal sebagai tanaman sela di areal perkebunan membutuhkan varietas yang relatif tahan terhadap naungan. tertentu diharapkan memiliki tingkat efisiensi penggunaan cahaya yang tinggi sehingga dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tempat ternaungi. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam memperluas areal pertanaman kedelai ke areal perkebunan yang belum menghasilkan. Diharapkan diperoleh varietas yang memiliki daya adaptasi terhadap cara bercocok tanam salah satunya tanaman sela (Baharsyah, 1980). Ukuran biji kedelai tergolong kecil bila memiliki bobot 8 10 g / 100 biji, ukuran sedang jika bobotnya 10 13 g/ 100 biji, dan ukuran besar bila > 13 g/ 100 biji (Santoso dan Saneto, 1994). Upaya peningkatan produksi kedelai dibatasi oleh sempitnya kepemilikan lahan karena sebagian lahan sawah produktif telah berubah fungsi menjadi lahan nonpertanian dibalik terbatasnya sumber daya lahan untuk perluasan areal pertanian, terdapat lahan yang cukup berpotensi untuk dimanfaatkan yaitu lahan di bawah naungan tanaman perkebunan(adisarwanto dan Wudianto, 1999).

216. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran biji kedelai dan tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat + 57 m diatas permukaan laut dimulai pada April sampai Juli 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 varietas kedelai yaitu Anjasmoro (biji besar) Burangrang (biji besar), Wilis (biji kecil), dan Rinjani (biji kecil), Top soil, pasir, kompos, pupuk, polibag ukuran 40 cm x 35 cm, pupuk dasar yaitu urea, pupuk TSP, pupuk KCL, glifosat 486 g/l, insektisida Deltamethrin 25g/l dan fungisida Mankozeb. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah Faktorial (RPT) dengan dua perlakuan yaitu : Sebagai petak utama Tingkat penaungan (N) dengan 4 taraf yaitu N0 : Tanpa penaungan; N1 : Penaungan 20%; N2 : Penaungan 40%; N3 : Penaungan 60% dan Sebagai anak petak (V) terdiri dari : V1 : Anjasmoro (biji besar); V2 : Burangrang (biji besar); V3 : Wilis (biji kecil); dan V4 : Rinjani(biji kecil). Bambu penyangga digunakan sebagai tiang naungan. Masing-masing naungan berukuran 150 cm x 300 cm dengan tinggi 150 cm, sisi timur dan barat ditutup naungan. Tiga jenis kasa plastik polypropylene warna hitam diselubungkan untuk mendapatkan 20%, 40% dan 60% pengurangan intensitas cahaya matahari. Tanah dikering anginkan terlebih dahulu selama kurang lebih 2 hari lalu diayak dengan ayakan 4 mm sambil dibersihkan dari kotoran-kotoran. Media adalah tanah top soil, pasir, dan kompos dimasukkan kedalam polibag. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dipolibag kedalaman + 2 cm, kemudian dimasukkan 3 benih per lubang tanam dan ditutup dengan tanah. Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg Urea/ha diberikan dua kali yaitu ½ dosis saat tanam dan ½ dosis pada 30 Hari Setelah Tanam (HST), 200 kg

217. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 TSP/ha dan 100 kg KCl/ha diberikan pada saat tanam. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari, penyiraman dilakukan dari 1 MST 8 MST untuk menjaga kelembaban tanah. Penyulaman dilakukan pada saat 7 hari setelah tanam untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang masih hidup yang telah disediakan dan sesuai varietas. Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tanaman yang lebih dari satu pada setiap polibeg dengan memotong pangkal batang pada tanaman tersebut dan dilakukan pada 7 HST. Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di polibeg dan plot. Pengendalian serangan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 cc/liter air dan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 g/liter air. Panen dilakukan dengan memotong batang ± 10 cm di atas permukaan tanah mengggunakan pisau. Adapun kriteria panen adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 75 % dalam satu tanaman. Parameter yang diamati adalah persentase perkecambahan (%), tinggi tanaman (cm), jumlah cabang pada batang utama (cabang), jumlah klorofil, total luas daun (cm 2), umur berbunga ( hari ), jumlah polong berisi per tanaman (polong), produksi per 12 tanaman (g), bobot 100 biji (g). HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Perkecambahan (%) Pada penelitian ini dapat diketahui varietas tidak berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata. Hasil uji beda rataan persentase perkecambahan kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 1.

218. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 1. Persentase perkecambahan kedelai pada perlakuan naungan dan varietas.. N0=0% 72,22 56,48 79,63 63,89 68,05b N1=20% 83,33 75,92 69,44 77,77 76,62ab N2=40% 79,63 85,18 88,88 82,41 84,02a N3=60% 64,81 66,74 81,55 71,29 71,10b 75,00 71,08 79,87 73,84 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Tingkat naungan berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan dimana tertinggi terdapat pada N2 (40 %) yakni 84,02% lebih baik daripada kondisi terbuka (N0). Hal ini diduga karena pada N2 air pada media tanah masih cukup tersedia untuk proses perkecambahan benih karena penguapan tidak terlalu besar diakibatkan penaungan, sedangkan air pada media N0 lebih sedikit dibandingkan N2 karena tidak ternaungi sedangkan air merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses perkecambahan benih. Hal ini sejalan dengan Sutopo (2004), bahwa benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambahan pada kisaran air tanah tersedia mulai dari kapasitas lapangan sampai titik layu permanen. Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Tinggi Tanaman (cm) Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman umur 5 MST. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 2.

219. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) kedelai pada perlakuan naungan dan varietas pada umur 5 MST N0=0% 50,62 46,33 36,08 37,48 42,63d N1=20% 64,44 57,69 52,88 46,84 55,46c N2=40% 87,93 82,00 56,23 60,94 71,78b N3=60% 90,97 93,63 87,97 82,27 88,71a 73,49a 69,91a 58,29b 56,88b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Tingkat naungan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang dimana tanaman tertinggi terdapat pada N3 (60 %), jumlah cabang terbanyak terdapat pada N0 (tanpa naungan). Hal ini dikarenakan cahaya merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan. Pada kondisi ternaungi intensitas cahaya yang dapat diterima tanaman akan sedikit sehingga terjadi peningkatan aktifitas auksin dan akibatnya sel-sel tumbuh memanjang. Pemanjangan ruas tercermin pada jumlah cabang. Cabang tanaman merupakan tempat tumbuhnya daun. Apabila jumlah cabang kecil, maka jumlah daun juga menjadi kecil. Hal tersebut berkaitan langsung dengan luas daun seluruh tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Karamoy (2009) yang menyatakan bahwa cahaya sangat besar pengaruhnya dalam proses fisiologi, seperti fotosintesis, pernafasan, pertumbuhan perkembangan, pembukaan dan penutupan stomata, pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan produksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis dan fotoperiodisitas. Oleh karena itu hubungan antara penyinaran matahari dengan hasil adalah kompleks. Jumlah Cabang (Cabang) Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata terhadap jumlah cabang. Hasil uji beda rataan jumlah cabang kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

220. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 3. Jumlah cabang kedelai pada perlakuan naungan dan varietas N0=0% 7,75 6,58 4,83 6,83 6,50a N1=20% 4,58 4,75 4,17 5,42 4,73b N2=40% 2,83 3,25 3,17 3,83 3,27c N3=60% 2,67 3,00 2,42 3,50 2,90c 4,46a 4,40ab 3,65b 4,90a Keterangan : Angka-angka yang di ikuti huruf yang tidak sama pada baris atau kolom yang sama berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan jumlah cabang tertinggi pada perlakuan naungan terdapat pada N0 (6,50 cabang) berbeda nyata dengan N1 (4,73 cabang), N2 (3,27 cabang), dan N3 (2,90 cabang), sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan naungan terdapat pada N3 (2,90 cabang) berbeda tidak nyata dengan N2 (3,27 cabang). Pada perlakuan varietas rataan jumlah cabang tertinggi terdapat pada V4 (4,90 cabang) berbeda tidak nyata dengan V2 (4,40 cabang) dan V1 (4,46 cabang), sedangkan jumlah cabang tanaman terendah terdapat pada V3 (3,65 cabang) berbeda tidak berbeda nyata dengan V2(4,40 cabang). Total Luas Daun (cm 2 ) Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas tidak berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata pada total luas daun. Hasil uji beda rataan total luas daun kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Total luas daun (cm 2 ) kedelai pada perlakuan naungan dan varietas. N0=0% 1586,87 2027,66 2363,33 2005,26 1995,78a N1=20% 2944,46 2444,39 1975,94 3975,77 2835,14a N2=40% 2310,11 1833,47 1431,63 2327,55 1975,69b N3=60% 1052,07 876,25 878,16 1031,02 959,38c 1973,38 1795,44 1662,27 2334,90 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 %.

221. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan total luas daun tertinggi pada perlakuan naungan terdapat pada N1 (2835,14 cm 2 ) berbeda tidak nyata dengan N0 (1995,78 cm 2 ), sedangkan rataan total luas daun terendah pada perlakuan naungan terdapat pada N3 (959,38 cm 2 ). Pada perlakuan varietas rataan total luas daun tertinggi terdapat pada V4 (2334,90 cm 2 ) sedangkan rataan total luas daun terendah terdapat pada V3 (1662,27 cm 2 ). Jumlah Klorofil Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata pada jumlah klorofil. Hasil uji beda rataan jumlah klorofil kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. jumlah klorofil kedelai pada perlakuan naungan dan varietas. N0=0% 43,90 42,82 37,59 36,17 40,12 a N1=20% 39,69 40,41 34,48 37,65 38,06 b N2=40% 36,76 37,13 34,98 36,38 36,31 b N3=60% 34,34 30,35 29,87 29,89 31,11 c 38,67 a 37,68 a 34,23 b 35,02 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Tingkat naungan berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil, total luas daun, jumlah polong per tanaman dan produksi per plot dimana jumlah klorofil terbanyak terdapat pada N0 (tanpa naungan), total luas daun tertinggi terdapat pada N1 (20 %), jumlah polong per tanaman terbanyak terdapat pada N0 (tanpa naungan) dan produksi per plot tertinggi pada N1 (20 %). Hal ini dipengaruhi oleh cahaya. Dapat dilihat bahwa pada kondisi terbuka meningkatkan jumlah klorofil tanaman, sehingga fotosintesis menjadi semakin tinggi. Pada tanaman kedelai yang ternaungi akan menyebabkan terhambatnya laju fotosintesis dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil produksi kedelai dan disebabkan karena kompetisi cahaya matahari juga kebutuhan air dan unsur hara sehingga proses fotosintesis mengurangi hasil biji

222. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 kedelai. Hal ini sesuai Adisarwanto (2005) tanaman kedelai yang tumbuh pada lingkungan ternaungi pada fase generatif akan mengalami penurunan aktivitas fotosintesis sehingga alokasi fotosintat ke organ reproduksi menjadi berkurang dan menyebabkan ukuran biji menjadi lebih kecil dibandingkan pada kondisi tanpa naungan. Umur Berbunga (hari) Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan tidak berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata pada umur berbunga. Hasil uji beda rataan umur berbunga kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Umur berbunga (hari) kedelai pada perlakuan naungan dan varietas. N0=0% 30,75 33,00 31,75 34,25 32,44 N1=20% 30,00 33,00 30,75 33,25 31,75 N2=40% 30,00 30,75 30,00 33,50 31,06 N3=60% 30,25 32,00 32,00 33,75 32,00 30,25d 32,19b 31,13c 33,69a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris yang sama berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan umur berbunga tercepat pada perlakuan naungan terdapat pada N2 (31,06 hari) sedangkan rataan umur berbunga terlama pada perlakuan tanpa naungan terdapat pada N0 (32,44 hari). Pada perlakuan varietas rataan umur berbunga tercepat terdapat pada V1 (30,25 hari), berbeda nyata dengan V3 (31,13 hari), V2 (32,19 hari) dan V4 (33,69 hari), sedangkan rataan umur berbunga terendah terdapat pada V4 (33,69 hari). Jumlah Polong berisi pertanaman (Polong) Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata pada jumlah polong berisi. Hasil uji beda rataan jumlah polong berisi kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

223. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 7. Jumlah polong berisi pertanaman kedelai pada perlakuan naungan dan varietas. N0=0% 95,58 81,50 86,08 151,25 103,60a N1=20% 91,08 75,42 87,67 138,33 98,13ab N2=40% 56,67 54,50 59,17 146,75 79,27b N3=60% 24,75 26,92 24,00 61,33 34,25c 67,02b 59,58b 64,23b 124,42a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan jumlah polong berisi pertanaman tertinggi pada perlakuan naungan terdapat pada N0 (103,60 polong) berbeda tidak nyata dengan N1 (98,13 polong) sedangkan rataan jumlah polong berisi pertanaman terendah pada perlakuan naungan terdapat pada N3 (34,25 polong). Pada perlakuan varietas rataan jumlah jumlah polong berisi pertanaman tertinggi terdapat pada V4 (124,42 polong) berbeda nyata dengan V1 (67,02 polong), V2 (59,58 polong) dan V3 (64,23 polong). sedangkan rataan jumlah polong berisi pertanaman terendah pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (59,58 polong). Produksi per 12 tanaman (g) Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan berbeda nyata pada produksi per 12 tanaman. Hasil uji beda rataan produksi per 12 tanaman kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 8. Data produksi per 12 tanaman optimum masing-masing varietas menunjukkan penaungan 0 % memberikan hasil tertinggi dibandingkan tingkat penaungan lainnya dimana produksi per 12 tanaman Anjasmoro sebesar 205,60 g, Burangrang sebesar 157,29 g, dan Wilis sebesar 145,85. Ini mungkin karena pada penaungan 0 %, banyak cahaya yang dapat diterima oleh tanaman sehingga meningkatkan fotosintesis untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

224. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 8. Produksi (g) per 12 tanaman kedelai pada perlakuan naungan dan varietas. N0=0% 205,60a 157,29b 145,85b 171,13b 169,97a N1=20% 198,23b 144,17b 142,27b 201,92b 171,65a N2=40% 155,51b 148,23b 123,82b 125,77bc 138,33b N3=60% 89,97cd 98,13d 71,58d 72,88d 83,14c 162,33a 136,96bc 120,88c 142,93b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 %. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Adisarwanto (2005) bahwa tanaman kedelai yang tumbuh pada lingkungan ternaungi pada fase generatif akan mengalami penurunan aktivitas fotosintesis sehingga alokasi fotosintat ke organ reproduksi menjadi berkurang dan menyebabkan ukuran biji menjadi lebih kecil dibandingkan pada kondisi tanpa naungan. Bobot 100 biji (g) Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata, naungan tidak berpengaruh nyata, dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata pada bobot 100 biji. Hasil uji beda rataan bobot 100 biji kedelai pada perlakuan naungan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Bobot 100 biji (g) kedelai pada perlakuan naungan dan varietas N0=0% 16,22 17,63 10,23 10,08 13,54 N1=20% 15,96 15,80 10,94 10,53 13,31 N2=40% 17,26 18,27 11,80 9,52 14,21 N3=60% 16,38 17,71 9,30 8,60 13,00 16,45b 17,35a 10,57c 9,68d Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris yang sama berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %.

225. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan naungan terdapat pada N2 (14,21 g) sedangkan rataan bobot 100 biji terendah pada perlakuan naungan terdapat pada N3 (13 g). Pada perlakuan varietas bobot 100 biji tertinggi terdapat pada V2 (17,35 g) berbeda nyata dengan V3 (10,57 g), V1 (16,45 g) dan V4 (9,68 g), sedangkan rataan bobot 100 biji terendah terdapat pada V4 (9,68 g). KESIMPULAN Perlakuan intensitas naungan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah cabang, total luas daun, jumlah klorofil, dan jumlah polong berisi. Perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah klorofil, umur berbunga, jumlah polong berisi, dan bobot 100 biji. Interaksi antara perlakuan intensitas naungan dan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter produksi per 12 tanaman. Produksi per 12 tanaman tertinggi diperoleh pada varietas Rinjani pada penaungan 20% yang diikuti oleh varietas Anjasmoro dengan penaungan 20%-40% dan varietas Burangrang pada penaungan 40%,dominan ditunjukkan oleh biji besar pada penaungan 20%-40%. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto,T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. jakarta. Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. Baharsyah, J. S. 1980. Pengaruh pada Berbagai Tahap Perkembangan dan Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Disertasi Pokok Pasca Sarjana IPB. Hal 20-35. Ginting. E, S. S. Antarlina, S. Widowati. 2009. Unggul Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang Kacangan dan Umbi Umbian. Malang Karamoy, L. 2009. Relationship between climate and Soybean Growth. Soil Environment 7 (1):65-68.

226. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Krisdiana, R. 2004. Prefensi Industri Tahu Tempe Dalam Menggunakan Bahan Baku Kedelai di Jawa Timur. Dalam A. K. Mahakam, Rahmiana, Heriyanto, dan I. K. Tastra (Eds). Kinerja Penelitian Mendukung Agribisna Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Puslitbang. Bogor. Santoso,B.A.S.,E.Y.Purwani, dan S.Rijanti. 1994. Susu kedelai campuran dan cara penyimpanannya pada suhu rendah.media Penelitian Sukamandi 15: 12-17 Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.