BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, kelancaran transportasi berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan perekonomian. Permasalahan transportasi yang dihadapi sekarang ini disebabkan karena sarana dan prasarana transportasi yang tersedia tidak mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat akan transportasi. Angkutan umum merupakan salah satu elemen sistem transportasi sebagai pelayanan publik mempunyai dampak yang besar terhadap jalannya roda perekonomian, maka kelangsungan keberadaan dan pelayanan angkutan umum sangat penting dan perlu mendapat perhatian yang serius. Dewasa ini penggunaan angkutan umum semakin berkurang dan kurang diminati masyarakat karena faktor keamanan, keselamatan, waktu perjalanan (travel time) terlalu lama, serta fasilitas yang tidak layak, sehingga masyarakat memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi yang dirasakan lebih nyaman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang LaluLintas dan Angkutan Jalan, Pasal 138 menjelaskan bahwa angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas : a. angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek; dan b. angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek, dimana standar pelayanan minimal angkutan umummeliputi: keamaan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, pasal 18 mengatur kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menjamin tersedianya angkutan orang dalam wilayah kabupaten/kota meliputi: a. 1
2 penetapan rencana umum jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum untuk angkutan orang dalam trayek; b. penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung angkutan umum; c. pelaksanaan penyelenggaraan perizinan angkutan umum; d. penyediaan kendaraan bermotor umum; e. pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal angkutan orang yang telah ditetapkan; f. penciptaan persaingan yang sehat pada industri jasa angkutan umum; dan g. pengembangan sumber daya manusia dibidang angkutan umum. Untuk menjamin penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung angkutan umum, penyediaan kendaraan bermotor umum, dan pengembangan sumber daya manusia dibidang angkutan umum, maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat mengikutsertakan sektor swasta. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek, pasal 2 menyebut bahwa Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek wajib memenuhi standar pelayanan minimal angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek meliputi: keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Untuk memastikan terpenuhinya standar pelayanan minimal angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek yang, dilakukan oleh Bupati adalah untuk : 1. Trayek perdesaan yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten; dan 2. Trayek perkotaan yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten. Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah terbesar yaitu 1.485,36 km² yang meliputi 18 kecamatan dan 144 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk 698.825 jiwa. Jaringan jalan di Kabupaten Gunungkidul sepanjang 1.368,54 km dengan perincian menurut kewenangannya adalah jalan nasional 61,42 km, jalan provinsi sepanjang 212,40 km dan jalan kabupaten 686,00 km, serta jalan Desa sepanjang 408,70 km.kabupaten Gunungkidul mempunyai 1 terminal tipe A yang terletak di desa Selang Kecamatan Wonosari dan 1 terminal tipe C yang terletak di Kecamatan Semin.
3 Kabupaten Gunungkidul saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, baik dari sisi perekonomian maupun perkembangan wilayah. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya pariwisata di Kabupaten Peningkatan sektor pariwisata yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan berdampak pada kepadatan lalulintas. Peningkatan sektor pariwisata di Kabupaten Gunungkidul harus diimbangi dengan peningkatan dan pengembangan sektor transportasi sehingga akan mengurangi kemacetan dan ketidakberaturan lalu lintas yang dapat menghambat perkembangan Kabupaten Secara umum kondisi transportasi dan angkutan umum di Kabupaten Gunungkidul masih kurang memadai. Hal ini dapat diindikasikan dengan masih terbatasnya pelayanan transportasi umum baik yang dilakukan oleh pihak swasta maupun Pemerintah Daerah (angkutan perintis). Masih banyak wilayah di Kabupaten Gunungkidul yang belum terlayani angkutan umum. Data pada tahun 2014 dari sisi transportasi darat menunjukkan jumlah bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sebanyak 166 armada, AKDP sebanyak 115 armada, Angkutan Perdesaan 430 armada melayani 40 jaringan trayek, angkutan perkotaan sebanyak 40 armada melayani 5 jaringan trayek, dan Angkutan Perintis yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah terdiri 2 armada yang melayani 2 jaringan trayek. Angkutan umum dengan kendaraan bermotor dalam trayek yang beroperasi di dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul terdiri dari angkutan trayek perdesaan dan angkutan trayek perkotaan serta angkutan trayek perintis yang diselenggarakan oleh Pemerintah DaerahKabupaten Gunungkidul dan tidak dipungut biaya. Angkutan trayek perdesaan melayani 40 jalur trayek yang menjangkau 18 kecamatan, angkutan trayek perkotaan melayani wilayah Kota Wonosari dengan 5 jalur trayek, serta angkutan trayek perintis melayani 2 jalur trayek yang tidak terlayani oleh angkutan trayek perdesaan. Angkutan Perdesaan menggunakan kendaraan bus kecil dan minibus dengan kapasitas bermacam-macam antara 10 sampai dengan 18 penumpang, Angkutan Perkotaan menggunakan minibus dengan kapasitas 10 penumpang, Angkutan Perintis menggunakan bus kecil dengan kapasitas 20 penumpang. Penyelenggaran angkutan umum oleh pihak
4 swasta di Kabupaten Gunungkidul diselenggarakan oleh perusahaan perseorangan dengan membentuk paguyuban dan belum berbadan hukum. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai penanggungjawab penyelenggaran angkutan umum dijalan, khususnya angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum, secara regulatif telah dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Bermotor Umum, yang berlaku sejak tahun 2012. Peraturan Daerah ini disusun berlandaskan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 (PP No. 41/1993) tentang Angkutan Jalan. Sementara untuk saat ini PP No. 41 Tahun 1993 telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Dalam kaitannya dengan standar pelayanan angkutan umum, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum mengeluarkan kebijakan sehingga belum diataur mengenai standar pelayanan minimal angkutan perdesaan dan angkutan perkotaan. Belakangan ini penggunaan angkutan umum di Kabupaten Gunungkidul semakin berkurang yang disebabkan karena pelayanan angkutan umum dirasa kurang baik dan kurang memuaskan bagi para pengguna, hal ini berdampak pada jumlah masyarakat yang menggunakan angkutan umum semakin menurun, sehingga masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi yang dirasakan lebih nyaman dan lebih mudah menjangkau tujuan. Jumlah penguna angkutan umum perdesaan semakin berkurang yang berdampak pula menurunnya jumlah armadanya, dan menurun pula tingkat pelayanannya. Sejak tahun 2012 angkutan umum perkotaan sudah tidak beroperasi secara teratur lagi, jika ada yang beroperasi sudah tidak sesuai dengan jalur jaringan trayek yang sudah ditentukan sebelumnya hanya sesuai permintaan penumpang. Guna mewujudkan penyelenggaraan angkutan umum yang dapat memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau serta menjamin tersedianya angkutan orang dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maka perlu penelitian mengenai evaluasi
5 penyelenggaraan angkutan umum, khususnya yang melayani Kabupaten 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan sistem transportasi di Kabupaten Gunungkidul yang berdampak pada kelangsungan keberadaan angkutan umum perlu mendapat perhatian serius baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten, pengusaha angkutan umum, operator, masyarakat pengguna, dan semua pihak yang terkait. Pemerintah Kabupaten berkewajiban menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Guna menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagaimana amanat dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 maka yang perlu dievaluasi adalah bagaimana kebijakan penyelenggaran angkutan umum tersebut. Penelitian yang dilakukan dimaksudkan dapat menjawab pertanyaan mengenai: 1) Apakah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul terkait angkutan umum sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat? 2) Bagaimana implementasi peraturan perundangan daerah dan kebijakan perencanaan terkait penyelenggaraan transportasi umum di Kabupaten Gunungkidul? 3) Bagaimana implementasi Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal serta perubahannya, pada angkutan perdesaan di Kabupaten Gunungkidu? 4) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap angkutan umum? 5) Alternatif kebijakan apa yang dapat diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka menjamin kelangsungan angkutan umum dan dapat mewujudkan angkutan umum yang berkelanjutan di Kabupaten Gunungkidul?
6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelenggaraan angkutan umum terhadap kebijakan dan pelaksanaanya mengacu pada peraturan perundangundangan dan dokumen perencanaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten 2) Melakukan observasi dan evaluasi terhadap angkutan perdesaan dengan mengacu pada standar pelayanan minimal pada Angkutan Perdesaan. 3) Mengetahui persepsi masyarakat terkait penyelenggaraan angkutan umum. 4) Merumuskan alternatif kebijakan yang dapat diambil Pemerintah Daerah guna menjamin kelangsungan angkutan umum yang berkelanjutan di Kabupaten 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1) Mengetahui kebijakan tentang penyelenggaraan angkutan umum di Kabupaten 2) Memberikan masukan pada Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam penyelenggaraan dan pengelolaan angkutan umum. 3) Memberikan masukan kepada pelaku usaha angkutan umum dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat pengguna angkutan umum agar keberadaan angkutan umum di Kabupaten Gunungkidul dapat dipertahankan. 4) Bagi pengguna angkutan umum dapat memberikan penilaian dan masukan tentang pelayanan angkutan perdesaan. 1.5 Batasan Masalah Terhadap penelitian yang dilakukan, diberikan batasan pada hal-hal di bawah ini: 1) Survei untuk pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.
7 2) Angkutan umum adalah angkutan orang dengan kendaraan bermotor dalam trayek yang terdiri dari angkutan trayek perdesaan dan angkutan trayek perkotaan. 3) Objek penelitian adalah angkutan perdesaan, dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Gunungkidul, meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Dinas Perhubungan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, serta peraturan perundangan yang berlaku di Kabupaten Gunungkidul yang terkait dengan pengelolaan sistem transportasi dan angkutan umum. 4) Observasi dilakukan pada angkutan perdesaan, penilaian pelayanan mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2013 tentang standar pelayanan minimal angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan perubahannya. 5) Responden adalah pengguna angkutan umum, pengguna kendaraan pribadi, dan operator angkutan umum, sementara narasumber/informan penelitian adalah pejabat pemangku kebijakan bidang transportasi di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul sesuai dengan kewenangan dan tugas pokok fungsinya. 1.6 Keaslian penelitian Beberapa yang telah dilakukan dan diteliti terkait dengan kebijakan angkutan umum antara lain sebagai berikut. a. Syaroni (2000) meneliti tentang Kinerja Pelayanana Angkutan Umum dalam Kaitannya dengan Penyusunan Standar Pelayanan untuk Kota Sedang yang berisi tentang pengukuran, penyusunan standar, dan evaluasi kinerja pelayanan angkutan umum kota sedang dengan daerah studi Kota Magelang dan Tasikmalaya. b. Yani (2000) meneliti tentang Evaluasi Kebijakan Angkutan Umum (Kebijakan Perijinan dan Pentarifan Studi Kasus DKI Jakarta) berisi tentang
8 dampak yang diakibatkan dari kebijakan tentang pentarifan dan perijinan terhadap pelayanan angkutan umum, evaluasi kebijakan angkutan umum terkait dengan pentarifan dan perijinan. c. Riyanto (2005), meneliti tentang Analisis Tarif Angkutan Perdesaan di Kabupaten Gunungkidul, yang berisi tentang perhitungan tarif angkutan berdasarkan perhitungan biaya operasional kendaraan (BOK) dan besaran kemampuan membayar penggunan angkutan perdesaan di Kabupaten d. Effendi (2007), meneliti tentang Evaluasi Kebijakan Pelayanan Angkutan Perdesaan di Kabupaten Gunungkidul penelitian ini berisi tentang evaluasi penerapan terhadap kebijakan angkutan perdesaan di Kabupaten Gunungkidul dengan pengukuran kinerja angkutan perdesaan dan dampaknya terhadap pelayanan. e. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyatno dan Widiyanti (2010) mengambil topik evaluasi kinerja angkutan umum di Kabupaten Sidoarjo dengan metode observasi pengamatan dilapangan dan wawancara. Observasi dilakukan di 6 terminal dengan jumlah jaringan trayek sebanyak 23. Analisis yang digunakan adalah dengan metode perbandingan, yaitu membandingkan kinerja angkutan umum pada kondisi dilapangan dengan standar world bank. f. Hariyono dan Prawesthi (2015), mengkaji penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan angkutan umum di Kota Surabaya. Metode pelaksanaan dengan mengevaluasi, menganalisis, dan menelaah aturan kebijakan yang berlaku di Kota Surabaya mengacu pada peraturan perundangan diatasnya. Analisis data yang digunakan dengan kualitatif deskriptif. g. Puspitasari (2017), meneliti tentang kebutuhan pelayanan angkutan umum perdesaan berdasarkan persepsi responden, mengambil studi kasus di Kecamatan Nagggulan, Kabupaten Kulon Progo. Metode penelitian dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik perjalanan masyarakat di perdesaan, menganalisis persepsi masyarakat terhadap layanan angkudes dan menganalisis kebutuhan pelayanan angkudes berdasarkan keinginan
9 masyarakat. Teknik analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, anlisis tabulasi silang (crosstabs), dan analisis korelasi (correlation). Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain, bahwa penelitian ini akan melakukan evaluasi kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam menyelenggarakan angkutan umum berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan melalui review peraturan perundang-undangan daerah, evaluasi terhadap penerapan standar pelayanan minimal pada angkutan perdesaan sesuai dengan peraturan Menteri Perhubungan, dan merumuskan alternatif kebijakan yang dapat diambil melalui wawancara mendalam dan analisis SWOT guna menjamin kelangsungan angkutan umum yang berkelanjutan di Kabupaten