BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC MELALUI DETEKSI PUTARAN ROTOR DENGAN MIKROKONTROLLER dspic30f4012

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB I PENDAHULUAN. adalah lebih hemat energi. Untuk menghidupkan lampu LED tersebut dapat

DESAIN DAN IMPLEMENTASI POMPA AIR MOTOR BLDC DENGAN SUPLAI DARI PANEL SURYA

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

INVERTER SATU FASA GELOMBANG PENUH SEBAGAI PENGGERAK POMPA AIR DENGAN KENDALI DIGITAL

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

Desain Buck Chopper Sebagai Catu. Power LED Dengan Kendali Arus

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III METODE PENELITIAN

INVERTER MODULASI LEBAR PULSA SINUSOIDA. BERBASIS dspic 30F4012

PERANCANGAN SWITCHED RELUCTANCE MOTOR 3 FASA SEDERHANA DENGAN 4 KUTUB ROTOR

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

PARALEL INVERTER 1 FASA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KELUARAN

PWM (PULSE WIDTH MODULATION)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012

PERANCANGAN BRUSHLESS DC MOTOR 3 FASA SEDERHANADENGAN 4 KUTUB ROTOR

MAXIMUM POWER POINT TRACKER DENGAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE TRANSCONDUCTANCE CONTROL BERBASIS. dspic30f4012

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGESAHAN. Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE KENDALI ARUS BERBASIS dspic30f4012

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

BAB III RANCANGAN DESAIN DAN IMPLEMENTASI POMPA AIR MOTOR BLDC DENGAN SUPLAI DARI PANEL SURYA

BAB III PERANCANGAN ALAT UKUR KECEPATAN PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY ENDOCER

KENDALI VARIABEL VOLTAGE VARIABEL FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROL ATMEGA8535 LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : MATHIAS WINDY

Desain. Oleh : Banar Arianto : NIM UNIVERS SEMARANG

Pengendalian Kecepatan Motor DC Magnet Permanen Dengan Menggunakan Sensor Kecepatan Rotari

PEMANFAATAN IC MEMORI TERPROGRAM UNTUK MENGENDALIKAN INVERTER 3 FASA

INVERTER TIPE VOLT/HERTZ TIGA FASA DENGAN INJEKSI HARMONISA ORDE KE TIGA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU FASA SEBAGAI SARANA ANTARMUKA SISTEM PHOTOVOLTAIC DENGAN JARINGAN LISTRIK BERBASIS dspic30f4012

OPERASI PWM INVERTER SEBAGAI CURRENT. INJECTOR DENGAN KENDALI dspic33fj16gs502

Desain dan Implementasi Self Tuning LQR Adaptif untuk Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAKSIMUM POWER POINT TRACKER MELALUI DETEKSI ARUS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

SISTEM POMPA AIR BERTENAGA SURYA TUGAS AKHIR

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

BAB 3 PERANCANGAN KENDALI MOTOR DC. Perancangan kendali motor DC dalam skripsi ini meliputi perancangan motor

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SWITCHED RELUCTANCE MOTOR

ANALISIS STEP-UP CHOPPER SEBAGAI TRANSFORMASI R SEBAGAI INTERFACE PHOTOVOLTAIC DAN BEBAN

DESAIN MAXIMUM POWER POINT TRACKER PADA PHOTOVOLTAIC

PV-Grid Connected System Dengan Inverter Sebagai Sumber Arus. Pada Beban Resistif

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian dilakukan terhadap 8 sensor photodioda. mendeteksi garis yang berwarna putih dan lapangan yang berwarna hijau.

Bab IV Pengujian dan Analisis

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN DC-DC KONVERTER UNTUK PANEL SURYA PADA DC HOUSE SKRIPSI

PEMANFAATAN MIKROKONTROL ATMEGA 8535 SEBAGAI PENGENDALI INVERTER SATU FASA JEMBATAN PENUH TERPROGRAM ¼ λ

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

BAB III PERANCANGAN SISTEM

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

DESAIN DAN IMPLEMENTASI DC TO AC CONVERTER KENDALI DIGITAL TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN ALAT

Inverter Satu Fase dengan Pola Penyaklaran SPWM

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO

III. METODE PENELITIAN. : Laboratorium Konversi Energi Elektrik Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

INVERTER DUA FASA SEBAGAI PENGENDALI. MOTOR HYSTERISIS BERBASIS dspic33fj16gs502 TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. pengontrolan sumber tegangan AC 1 fasa dengan memafaatkan sumber

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN 4 KUADRAN. Skema konverter dc-dc 4-kuadran untuk pengendalian motor dc

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

DESAIN PENGISIAN BATERE METODE CONSTANT CURRENT CONSTANT VOLTAGE BERBASIS dspic30f4012

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM

Desain dan Implementasi Inverter Tujuh Level Berbasis. Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal dengan PIC18F4550

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan.

AVR ATmega8. Kuliah SBM

METODE PENGENDALIAN KONVERTER DC DC EMPAT LEVEL JENIS DIODA CLAMP

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

DESAIN DAN IMPLEMENTASI CATU DAYA SEARAH BERARUS BESAR BERTEGANGAN KECIL

Desain Switch Mode Power Supply Jenis Push Pull. Converter Sebagai Catu Kontroler

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

PEMANFAATAN INVERTER SATU FASA SEBAGAI PENGINJEKSI DAYA BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA8535

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Pada bab IV ini akan diuraikan hasil simulasi dan implementasi dari tugas akhir ini tentang pengendalian kecepatan motor switched reluctance berbasis dspic30f4012. Simulasi ini dilakukan dengan menggunakan software Power Simulator (PSIM). Setelah dilakukan simulasi kemudian diimplementasikan alat tersebut dengan menggunakan DSC (Digital Signal Controller) dspic30f4012. Dengan dilakukan uji laboratorium maka dapat diuraikan hasil pengujian dan pembahasan sebagai berikut. 4.2 Hasil Simulasi Pada Software PSIM Simulasi dilakukan dengan menggunakan software PSIM untuk memberikan gambaran hasil yang mendekati kondisi nyata. Berikut ini merupakan skema rangkaian yang dirancang. com DC S1 a b c Motor SRM S2 S3 S4 Rotary S1 S2 S3 S4 Gambar 4.1. Blok C Skema simulasi rangkaian motor switched reluctance 32

Motor switched reluctance dideteksi posisi rotornya oleh rotary kemudian diperoleh data yang akan diproses di dalam blok C. Blok C akan mengeluarkan pola pensaklaran yang kemudian digunakan untuk memutar motor tersebut. Gambar 4.2. Hasil Simulasi (a) sinyal PWM (b) sinyal pensaklaran fasa A (c) sinyal pensaklaran fasa B (d) sinyal pensaklaran fasa C Pola pensaklaran yang digunakan untuk menjalankan motor switched reluctance pada simulasi ditunjukan pada Gambar 4.2. Sinyal pada Gambar 4.2. a merupakan sinyal PWM yang digunakan untuk saklar S1 sedangkan pada Gambar 4.2. b, c, d merupakan sinyal pensaklaran untuk saklar S2, S3, dan S4. Gambar 4.3. Hasil simulasi (a) gelombang arus fasa A, B, C (b) gelombang tegangan fasa A, B, C Dengan memasang deteksi arus pada tiap fasa maka didapatkan pembacaan gelombang arus dan tegangan pada masing-masing fasa yang saling bergeser seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. 33

Gambar 4.4 (a) Gelombang tegangan (b) gelombang arus pada salah satu fasa dengan duty cycle ½ Berikut ditampilkan bentuk gelombang arus dan tegangan pada salah satu fasa dalam waktu yang sama. Saat tegangan naik maka arus akan naik, saat tegangan turun maka arus akan turun. Naik dan turunnya tegangan dan arus disebabkan oleh sinyal PWM yang digunakan untuk kontrol dari saklar atas (S1). Pada Gambar 4.4 ditampilkan gelombang tegangan dan arus pada pengujian duty cycle ½. Gambar 4.5. (a) Gelombang tegangan (b) gelombang arus pada salah satu fasa dengan duty cycle 1 Pada Gambar 4.5 ditampilkan bentuk gelombang tegangan dan arus pada pengujian duty cycle 1. Terlihat bahwa bentuk gelombang pada pengujian ini lebih halus hal tersebut dikarenakan saklar bagian atas (S1) menyala secara terus menerus. 34

4.3. Hasil Pengujian Labolatorium Pengimplementasi alat yang dikerjakan dan diuji coba dilakukan di labolatorium Program Studi Teknik Elektro Unika Soegijapranata. Uji coba dilakukan guna membuktikan kebenaran dari hasil yang sudah disimulasikan serta membuktikan bahwa dengan mengatur duty cycle pada pensaklaran maka kecepatan putar dari motor switched reluctance dapat berubah-ubah. Berikut ini beberapa gambar dari alat yang dibuat. Gambar 4.6. Prototip yang dibuat 35

Gambar 4.7. Konstruksi dari motor switched reluctance Gambar 4.8. Rangkaian driver 36

Gambar 4.9. Rangkaian DSC dspic30f4012 Gambar 4.10. Rangkaian konverter N+1 Gambar 4.11. Posisi pemasangan rotary encoder pada motor switched reluctance 37

4.3.1. Pengujian Tegangan dan Arus Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap tegangan, arus, dan kecepatan dari motor switched reluctance. Dengan memasangkan sensor deteksi arus pada masing-masing fasa dan diukur juga kecepatan dengan menggunakan tacometer, pengujian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu : pengujian pada duty cycle ½, pengujian pada duty cycle ¾, dan pengujian pada duty cycle 1. 4.3.1.1. Hasil Pengujian pada duty cycle ½ Pada pengujian tahap ini digunakan catu daya DC sebagai sumber dari konverter N+1. Dalam pengujian ini potensio diatur pada posisi tengah yaitu duty cycle ½. Pengujian diawali dengan mengamati keluaran dari DSC dspic30f4012 yaitu pada PORTE RE0, RE1, RE2 dan RE3. Gambar 4.12. Hasil pengujian (a) pulsa keluaran rotary encoder (b) pulsa setiap 2000 putaran Pada Gambar 4.12.a terlihat gambar pulsa keluaran dari rotary encoder sedangkan Gambar 4.12.b merupakan sinyal yang keluar setiap rotary encoder membaca pulsa sebanyak 2000. Pada Gambar 4.13. diperjelas dari Gambar 4.12. dengan melakukan zoom dengan mengubah time/div menjadi 50us. 38

Gambar 4.13. Hasil pengujian (a) pulsa keluaran rotary encoder (b) pulsa setiap 2000 yang di perbesar Hasil keluaran pulsa rotary tersebut kemudian dibandingkan dengan timer interrupt sehingga menghasilkan pola pensaklaran seperti yang terlihat pada Gambar 4.16. Gambar 4.14. Hasil pengujian (a) pulsa keluaran rotary encoder setiap 2000 (b) timer interrupt Gambar 4.15. Hasil pengujian (a) Sinyal timer interrupt (b) PWM pada duty cycle ½ 39

Pada Gambar 4.15. ditampilkan sinyal dari timer interrupt dan sinyal PWM dengan duty cycle ½. Sinyal PWM dihasilkan dari perbandingan timer interrupt yang dibandingkan dengan sinyal DC terlihat pada Gambar 4.15.b. Gambar 4.16. Hasil Pengujian Output PORTE RE3, RE0, RE1, dan RE2 Dari Gambar 4.16. bisa dilihat pola pensaklaran yang dihasilkan DSC nantinya digunakan untuk mengendalikan MOSFET pada konverter N+1 sehingga motor dapat berputar. Gambar 4.17. Hasil pengujian gelombang arus pada (a) fasa A, (b) fasa B, (c) fasa C Gambar 4.18. Hasil pengujian gelombang tegangan pada (a) fasa A, (b) fasa B, (c) fasa C 40

Gambar 4.17. merupakan gelombang arus pada masing-masing fasa yang diukur menggunakan sensor arus dengan perbandingan 1:1 (1A = 1V) sehingga pada Gambar 4.17. terukur sebesar 2A sedangkan Gambar 4.18. merupakan gelombang tegangan pada masing-masing fasa yang terukur sebesar 16V. Masingmasing tegangan dan arus pada Gambar 4.17. dan Gambar 4.18. saling tergeser 120 0. Pada Gambar 4.19. ditampilkan gelombang tegangan dan arus dalam satuan waktu. Bentuk dari gelombang tegangan adalah gelombang kotak ON-OFF-ON- OFF dengan duty cycle ½ yang disebabkan oleh sinyal PWM sedangkan bentuk gelombang arusnya adalah gelombang sinus pada sisi positifnya. Saat tegangan ON maka arus akan naik, ketika tegangan OFF maka arus akan turun. Hal tersebut yang menyebabkan arus pada pengujian ini berbentuk kasar (seperti gigi gergaji). Gambar 4.19. Hasil pengujian (a) gelombang tegangan (b) gelombang arus salah satu fasa Setelah pengambilan data dari bentuk gelombang dan arus, diukur juga kecepatan pada pengujian ini dengan menggunakan tacometer. Pada Gambar 4.20. ditampilkan hasil pengujian kecepatan pada kondisi duty cycle ½ dan didapatkan hasil putaran motor pada kecepatan 2399,3 RPM. 41

Gambar 4.20. Hasil pengujian kecepatan pada duty cycle ½ 4.3.1.2. Hasil pengujian pada duty cycle ¾ Setelah dilakukan pengujian pada duty cycle ½ sekarang akan dibahas hasil dari pengujian pada duty cycle ¾. Pengujian dilakukan dengan memutar potensio pada posisi hampir penuh (posisi ¾). Pengukuran yang pertama kali diamati adalah sinyal timer interrupt dengan sinyal PWM seperti yang terlihat pada Gambar 4.21. Gambar 4.21. Hasil pengujian (a) sinyal timer interrupt dan (b) PWM pada duty cycle ¾ Dapat dilihat pada Gambar 4.21. bahwa sinyal PWM lebih lama penyalaannya dibandingkan pada pengujian pada duty cycle ½. Sinyal inilah yang 42

mengakibatkan kecepatan pada motor dapat berubah. Berikutnya akan ditampilkan dari gelombang tegangan dan arus setiap fasa. Gambar 4.22. Hasil pengujian gelombang arus pada (a) fasa A, (b) fasa B, (c) fasa C Gambar 4.23. Hasil pengujian gelombang tegangan pada (a) fasa A, (b) fasa B, (c) fasa C Pada Gambar 4.22. ditampilkan bentuk gelombang arus dari masingmasing fasa sedangkan pada Gambar 4.23. ditampilkan gelombang tegangan pada masing-masing fasa. Pada pengujian ini bentuk gelombang tegangannya menyala lebih lama sedangkan waktu matinya lebih sedikit dibandingkan pada pengujian sebelumnya. Hal tersebut berpengaruh pada bentuk arusnya, bentuk arus pada pengujian duty cycle ¾ menghasilkan bentuk arus yang lebih halus dibandingkan dengan pengujian pada duty cycle ½ namun masih terlihat bentuk sinyal gergaji pada arusnya. 43

Gambar 4.24. Hasil pengujian (a) gelombang tegangan (b) gelombang arus salah satu fasa Pada pengujian ini tegangan yang terukur bernilai sebesar 16V sedangkan arusnya terukur sebesar 3A. Pada pengujian ini diukur pula kecepatannya dengan menggunakan tacometer dan hasilnya sebesar 2688,6 RPM seperti yang terlihat pada Gambar 4.25. Gambar 4.25. Hasil pengujian kecepatan pada duty cycle ¾ 4.3.1.3. Hasil pengujian pada duty cycle 1 Pada pengujian kali ini duty cycle diatur pada kondisi 1 (ON penuh) dengan memutar potensio pada posisi maksimal. Seperti pada pengujian 44

sebelumnya yaitu pengukuran diawali dengan melihat sinyal timer interrupt dan sinyal PWM seperti yang terlihat pada gambar 4.26. Gambar 4.26. Hasil pengujian (a) sinyal timer interrupt dan (b) PWM pada duty cycle 1 Pada Gambar 4.26. dapat dilihat bahwa sinyal PWM pada kondisi 1 dapat diartikan bahwa PWM ON terus. Sinyal PWM akan berpengaruh terhadap bentuk gelombang tegangan dan arus serta kecepatan putar dari motor. Berikut ini akan ditampilkan gelombang tegangan dan arus dari hasil pengujian pada duty cycle 1. Gambar 4.27. Hasil pengujian gelombang arus pada (a) fasa A, (b) fasa B, (c) fasa C 45

Gambar 4.28. Hasil pengujian gelombang tegangan pada (a) fasa A, (b) fasa B, (c) fasa C Pada Gambar 4.27. ditampilkan bentuk gelombang arus dari masingmasing fasa sedangkan pada Gambar 4.28. ditampilkan gelombang tegangan pada masing-masing fasa. Pada pengujian ini gelombang tegangan berbentuk gelombang kotak ON dan OFF sehingga lebih baik dibandingkan dengan pengujian pada duty cycle ½ maupun ¾. Hal tersebut juga berpengaruh pada bentuk arusnya, bentuk arus pada pengujian duty cycle 1 menghasilkan bentuk arus yang lebih halus dibandingkan dengan pengujian pada duty cycle ½ maupun duty cycle ¾. Gambar 4.29. Hasil pengujian (a) gelombang tegangan (b) gelombang arus salah satu fasa Pada pengujian ini tegangan yang terukur sebesar 16 V sedangkan arusnya terukur 3A. Selain megukur tegangan dan arus, dilakukan pula pengukuran 46

kecepatan dan didapatkan hasil sebesar 2743 RPM seperti yang terlihat pada Gambar 4.30. Gambar 4.30. Hasil pengujian kecepatan pada duty cycle 1 4.4. Hasil Pembahasan Setelah dilakukan pengujian dan didapatkan hasil, kemudian dilakukan analisa terhadap hasil tersebut yang digunakan untuk membandingkan kecepatan tegangan dan arus. Hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.1 Tabel. 4.1. Hasil pengujian Kondisi Tegangan (V) Arus (A) Kecepatan (RPM) Duty cycle ½ 16 V 2 A 2399,3 RPM Duty cycle ¾ 16 V 3 A 2688,6 RPM Duty cycle 1 16 V 3 A 2743 RPM Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan tegangan yang konstan, kecepatan motor dapat berubah-ubah hanya dengan mengatur duty cyclenya. Semakin lama ON pada duty cycle maka semakin cepat putaran dari motor. 47