PENGGUNAAN PASIR PUTIH KELURAHAN PETUK BARUNAI KECAMATAN RAKUMPIT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI AGREGAT UNTUK CAMPURAN HOT ROLLED SAND SHEET

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

NASKAH SEMINAR INTISARI

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 59 PENGGUNAAN PASIR PUTIH KELURAHAN PETUK BARUNAI KECAMATAN RAKUMPIT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI AGREGAT UNTUK CAMPURAN HOT ROLLED SAND SHEET (HRSS) Oleh: Yodo Fadloly Riung 1), Salonten 2), dan M. Ikhwan Yani 3) Kebutuhan akan material semakin meningkat seiring dengan banyaknya pembangunan jalan di Kalimantan. Selanjutnya, diharapkan pula adanya material yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan Bina Marga serta memenuhi pertimbangan dari segi ekonomis, kontinuitas suplai dan kelancaran distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasir Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit Provinsi Kalimantan Tengah dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dan dapat digunakan sebagai agregat pada campuran pembentuk Lapis Tipis Aspal Pasir (Hot Rolled Sand Sheet). Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan sifat-sifat fisik agregat pasir Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit Provinsi Kalimantan Tengah dapat digunakan sebagai agregat pada campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Hot Rolled Sand Sheet). Untuk mengetahui pengaruh pasir, dibuat 3 (tiga) komposisi campuran dengan masing-masing 5 (lima) variasi kadar aspal. Komposisi A (pasir kasar 40%, pasir sedang 30%, pasir halus 30%), komposisi B (pasir kasar 45%, pasir sedang 25%, pasir halus 30%) dan komposisi C (pasir kasar 50%, pasir sedang 25%, pasir halus 25%) Berdasarkan hasil tes Marshall untuk komposisi A diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 8,4%, komposisi B diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 8,25% dan komposisi C diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 8,15%. Kata Kunci: Lapis Tipis Aspal Pasir, Tes Marshall, Kadar Aspal Optimum. PENDAHULUAN Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi juga ekonomis, maka perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis. Lapisan paling atas disebut juga sebagai lapisan permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Di bawahnya terdapat lapisan pondasi, yang diletakan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan (Sukirman, 2003). Kebutuhan akan material semakin meningkat seiring dengan banyaknya pembangunan jalan di Kalimantan Tengah. Karena itu perlu adanya material alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pembentuk latasir lapis permukaan. Jika ingin mendapatkan perkerasan jalan sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka harus diperlukan pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan agregat. Salah satu jenis perkerasan yaitu Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah lapisan khusus yang mempunyai ketahanan alur rendah. Oleh karena itu tidak diperkenankan digunakan untuk daerah berlalu lintas berat atau daerah tanjakan. Latasir biasa juga disebut sebagai HRSS (Hot Rolled Sand Sheet). Penelitian ini menggunakan pasir putih Kelurahan Petuk Barunai kecamatan Rakumpit dalam campuran Latasir, karena di lokasi tersebut banyak lahan yang cuma dimanfaatkan untuk menanam sawit atau karet, jadi jika pasir disana terbukti bisa digunakan sebagai bahan baku campuran Latasir, maka dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak untuk warga yang berada di sekitar lokasi tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari pasir Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit berkaitan dengan persyaratan atau spesifikasi pada campuran perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (HRSS). 2. Untuk mengetahui komposisi tepat dari penggunaan pasir Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit sebagai agregat untuk campuran perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (Hot Rolled Sand Sheet). 1) Yodo Fadloly Riung adalah mahasiswa di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 2) Salonten, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 3) M. Ikhwan Yani, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 60 3. Untuk mengetahui kadar aspal optimum dari campuran perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (Hot Rolled Sand Sheet) yang menggunakan pasir dari Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit. LANDASAN TEORI Jenis Beton Aspal Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan memadatkan campuran beton aspal dapat dibedakan atas: 1. Beton aspal campuran panas (hot mix), adalah beton aspal yang material pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 140ºC. 2. Beton aspal campuran sedang (warm mix), adalah beton aspal yang material pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 60ºC. 3. Beton aspal campuran dingin (cold mix), adalah beton yang material pembentuknya dicampur pada suhu ruang, yaitu sekitar 25ºC. Pasir Pasir adalah kumpulan butiran-butiran yang tidak menyatu atau dalam kondisi lepas serta butirannya lolos saringan nomor 4 sampai dengan nomor 200. Pasir juga termasuk kategori tanah berbutir kasar atau dikenal dengan tanah non-kohesif. Klasifikasi Pasir Pasir sesuai dengan besar butirannya terbagi dalam tiga macam (Wesley, 1997) yaitu: 1. Pasir kasar (course sand) Pasir kasar adalah pasir yang besar butirannya berkisar antara 2 mm sampai dengan 0,6 mm atau antara saringan no. 8 dan no. 30. 2. Pasir sedang (medium sand) Pasir sedang adalah pasir yang besar butirannya berkisar antara 0,6 mm sampai dengan 0,2 mm atau antara saringan no. 30 dan no. 80. 3. Pasir halus (soft sand) Pasir halus adalah yang besar butirannya berkisar antara 0,2 mm sampai dengan 0,08 mm atau lolos saringan no. 200. Pengertian Hot Rolled Sand Sheet (HRSS) Hot Rolled Sand Sheet (HRSS) atau bisa juga disebut Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir) adalah lapisan penutup yang terdiri dari aspal keras dan pasir alam yang bergradasi menerus dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm (Hardiyatmo, 2007). Latasir bisa disebut sebagai HRSS (Hot Rolled Sand Sheet). Sesuai gradasi agregatnya, campuran latasir dapat dibedakan atas: 1. Latasir Kelas A, dikenal dengan nama HRSS-A tebal nominal minimum HRSS-A adalah 1,5 cm. 2. Latasir Kelas B, dikenal dengan nama HRSS-B tebal minimum HRSS-B adalah 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dari HRSS-A. Spesifikasi Campuran Latasir (HRSS) Spesifikasi gradasi agregat yang digunakan dalam campuran latasir (HRSS) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Spesifikasi Gradasi Agregat untuk HRSS Sumber: Bina Marga (2010 Revisi 3) Adapun sifat-sifat campuran aspal jenis latasir (HRSS) harus memenuhi batas-batas rencana seperti pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Ketentuan Sifat Fisik Latasir Sumber: Bina Marga (2010 Revisi 3) METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode uji laboratorium. Material yang digunakan dalam penelitian diperiksa terlebih dahulu di laboratorium untuk mendapatkan karakteristik material tersebut. Data yang di peroleh di laboratorium digunakan untuk perencanaan campuran. Selanjutnya dibuat

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 61 benda uji (briket) untuk dilakukan uji Marshall agar diketahui karakteristik campuran Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut: 1. Persiapan alat dan bahan. 2. Pemeriksaan sifat-sifat fisik agregat meliputi pengujian gradasi keausan, kadar lempung, berat jenis dan penyerapan. 3. Penentuan komposisi benda uji. 4. Penyiapan benda uji meliputi pemanasan, pencampuran, dan pemadatan. 5. Pemeriksaan benda uji dengan test Marshall. 6. Analitis data hasil test marshal. 7. Kesimpulan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Laboratorium Pengujian sifat-sifat fisik campuran terdiri dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat (pasir), pengujian gradasi agregat (pasir), pengujian kadar lempung. Hasil pemeriksaan gradasi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Gradasi (Analisis Saringan) Pasir Kasar Pemeriksaan sifat agregat yang lain yaitu pemeriksaan berat jenis, penyerapan, abrasi, sand equivalent dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Pasir Kasar Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Pasir Sedang Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Pasir Halus Pemeriksaan analisis saringan yang lain terlihat pada Tabel 4 s.d 5 di bawah ini: Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Gradasi (Analisis Saringan) Pasir Sedang Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Gradasi (Analisis Saringan) Pasir Halus Perencanaan Campuran Berdasarkan hasil perhitungan kombinasi campuran agregat dengan analisis saringan kombinasi gradasi agregat yang digunakan dapat memenuhi spesifikasi gradasi latasir (HRSS). Untuk memenuhi persyaratan total kombinasi gradasi digunakan cara coba-coba. Selanjutnya dengan cara coba-coba ini ditentukan variasi proporsi terhadap total agregat. Dalam penelitian ini dibuat 3 (tiga) variasi komposisi terhadap total agregat yang memenuhi. Dari hasil cara coba-coba ini diperoleh nilai-nilai proporsi untuk pasir kasar yaitu 40%, 45% dan 50%, sebagai pasir sedang yaitu 30%, 25%, 25%, dan pasir halus yaitu 30%, 30%, dan 25%, yang nantinya akan digunakan dalam campuran.

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 62 Tabel 9. Komposisi Agregat dalam Campuran Tabel 10. Hasil Pengujian Marshall Komposisi A (Jumlah Tumbukan 2x50) Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall Komposisi B (Jumlah Tumbukan 2x50) Tabel 12. Hasil Pengujian Marshall Komposisi C (Jumlah Tumbukan 2x50) Dari tabel Marshall 10 dapat terlihat bahwa kadar aspal 7%, 7,5%, dan 9% tidak memenuhi spesifikasi karena nilai VIM dan VFB dari ketiga kadar aspal tersebut tidak masuk spesifikasi yang disyaratkan. Dari tabel Marshall 11 dapat dilihat bahwa kadar aspal 7% dan 9% tidak memenuhi spesifikasi karena nilai VIM dan VFB dari kedua kadar aspal tersebut tidak masuk spesifikasi yang disyaratkan. Dari tabel Marshall 12 dapat dilihat bahwa kadar aspal 7% dan 9% tidak memenuhi spesifikasi karena nilai VIM dan VFB dari kedua kadar aspal tersebut tidak masuk spesifikasi yang disyaratkan. Sifat-Sifat Marshall Karakteristik utama campuran aspal panas yang diperoleh dari pengujian Marshall adalah stabilitas, flow, hasil bagi Marshall, rongga dalam campuran, dan rongga terisi aspal. Hasil pengujian Marshall di laboratorium terhadap briket/benda uji, menunjukkan sifatsifat Marshall tidak semuanya memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk campuran HRS-Wearing Course. Sifat-sifat Marshall yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditatapkan terjadi pada rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFB) dan flow. Nilai-nilai untuk rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFB), dan flow tersebut kurang dari nilai yang telah disyaratkan untuk campuran HRSS. Sedangkan untuk nilai-nilai stabilitas dan hasil bagi Marshall telah memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan. Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. Dari hasil pengujian laboratorium terhadap campuran pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus dari Kelurahan Petuk Barunai diperoleh nilai stabilitas untuk masing-masing variasi kadar aspal. Nilai-nilai tersebut merupakan hasil pembacaan ratarata dari 3 (tiga) buah benda uji yang mewakili tiap variasi kadar aspal. Nilai stabilitas tertinggi pada komposisi A terdapat di kadar aspal 7,5% yaitu sebesar 298,528 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah pada komposisi A terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 250,100 kg. Nilai stabilitas semakin menurun karena nilai flow pada komposisi A semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan penambahan kadar aspal pada komposisi A mengakibatkan nilai stabilitas semakin menurun. Nilai stabilitas tertinggi pada komposisi B terdapat di kadar aspal 8,5% yaitu sebesar 379,462 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah pada komposisi B terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 248,773 kg. Nilai stabilitas semakin meningkat karena nilai flow pada komposisi B semakin menurun. Sehingga dapat disimpulkan penambahan

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 63 kadar aspal pada komposisi B mengakibatkan nilai stabilitas semakin meningkat. Nilai stabilitas tertinggi pada komposisi C terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 244,793 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah pada komposisi C terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 206,979 kg. Nilai stabilitas semakin menurun karena nilai flow pada komposisi C semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan penambahan kadar aspal pada komposisi C mengakibatkan nilai stabilitas semakin menurun. Hubungan Kelelehan Plastis (Flow) dengan Kadar Aspal Kelelahan plastis (flow) adalah suatu perubahan keadaan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat penambahan beban sampai terjadinya keruntuhan. Nilai flow yang memenuhi spesifikasi menunjukan bahwa campuran cukup mampu menahan beban lalu lintas berulang tanpa menimbulkan retak. Nilai kelelehan (flow) dari komposisi A, B, dan C semuanya memenuhi spesifikasi, nilai flow tertinggi terdapat di komposisi B pada kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,50 mm. Nilai flow tertinggi pada komposisi A terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 2,27 mm sedangkan nilai flow terendah pada komposisi A terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,07 mm. Nilai flow semakin meningkat karena nilai stabilitas pada komposisi A semakin menurun. Sehingga dapat komposisi A mengakibatkan nilai flow semakin meningkat. Nilai flow tertinggi pada komposisi B terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,50 mm sedangkan nilai flow terendah pada komposisi B terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 2,17 mm. Nilai flow semakin menurun karena nilai stabilitas pada komposisi B semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan penambahan kadar aspal pada komposisi B mengakibatkan nilai flow semakin menurun. Nilai flow tertinggi pada komposisi C terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 2,37 mm sedangkan nilai flow terendah pada komposisi C terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,20 mm. Nilai flow semakin meningkat karena nilai stabilitas pada komposisi C semakin menurun. Sehingga dapat komposisi C mengakibatkan nilai flow semakin meningkat. Hubungan Kepadatan dengan Kadar Aspal Kepadatan (densitas) merupakan bagian yang paling penting dalam suatu campuran perkerasan. Kepadatan yang baik dan memberikan stabilitas yang baik pula pada suatu campuran perkerasan. Hal ini diperlukan untuk menjaga keutuhan dan ketahanan dari campuran perkerasan. Nilai berat isi tertinggi pada komposisi A 2,158 kg sedangkan nilai berat isi terendah pada komposisi A terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,065 kg. Sehingga dapat komposisi A mengakibatkan nilai berat isi semakin meningkat. Nilai berat isi tertinggi pada komposisi B 2,166 kg sedangkan nilai berat isi terendah pada komposisi B terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,123 kg. Sehingga dapat komposisi B mengakibatkan nilai berat isi semakin meningkat. Nilai berat isi tertinggi pada komposisi C 2,161 kg sedangkan nilai berat isi terendah pada komposisi C terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 2,139 kg. Sehingga dapat komposisi C mengakibatkan nilai berat isi semakin meningkat Hubungan Rongga dalam Campuran (VIM) Nilai VIM yang terlalu kecil akan mengakibatkan lapisan aspal meleleh keluar (bleeding) pada saat terjadi beban lalu lintas di atasnya. Namun jika nilai VIM terlalu besar maka akan mempengaruhi daya tahan perkerasan (durabilitas), kerena campuran dimasuki oleh air dan udara akan menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal akan menjadi getas/rapuh. Nilai VIM tertinggi pada komposisi A terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 9,491% sedangkan nilai VIM terendah pada komposisi A 2,796%. Sehingga dapat disimpulkan penambahan kadar aspal pada komposisi A mengakibatkan nilai VIM semakin menurun.

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 64 Nilai VIM tertinggi pada komposisi B terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 6,987% sedangkan nilai VIM terendah pada komposisi B 2,470%. Sehingga dapat disimpulkan penambahan kadar aspal pada komposisi B mengakibatkan nilai VIM semakin menurun. Nilai VIM tertinggi pada komposisi C terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 6,506% sedangkan nilai VIM terendah pada komposisi C 2,88%. Sehingga dapat disimpulkan penambahan kadar aspal pada komposisi C mengakibatkan nilai VIM semakin menurun. Hubungan Rongga Terisi Aspal (VFB) dengan Kadar Aspal Rongga terisi aspal adalah persentase dari rongga yang berisi aspal efektif. Nilai VFB yang terlalu kecil mengakibatkan daya lekat antar agregat menjadi kurang sehingga mudah lepas dan berpengaruh pada durabilitas. Sebaliknya apabila nilai VFB terlalu besar, kemungkinan terjadi bleeding juga semakin besar. Untuk nilai VFB yang disyaratkan min 75%. Nilai VFB tertinggi pada komposisi A terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 87,817% sedangkan nilai VFB terendah pada komposisi A terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 60,068%. Sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai VIM mengakibatkan peningkatan nilai VFB. Nilai VFB tertinggi pada komposisi B terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 88,845% sedangkan nilai VFB terendah pada komposisi B terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 67,745%. Sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai VIM mengakibatkan peningkatan nilai VFB. Nilai VFB tertinggi pada komposisi C terdapat di kadar aspal 9% yaitu sebesar 87,176% sedangkan nilai VFB terendah pada komposisi C terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 69,443%. Sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai VIM mengakibatkan peningkatan nilai VFB. Dari hasil pengujian Komposisi A dan B yang memenuhi spesifikasi ada pada kadar aspal 8% dan 8,5% sedangkan pada komposisi yang memenuhi spesifikasi ada pada kadar aspal 7,5%, 8%, dan 8,5%. Hubungan Hasil Bagi Marshall dengan Kadar Aspal Nilai hasil bagi Marshall tertinggi pada komposisi A terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 138,064 kn/mm sedangkan nilai hasil bagi Marshall terendah pada komposisi A 112,053 kn/mm. Sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai hasil bagi Marshall disebabkan penurunan nilai stabilitas. Nilai hasil bagi Marshall tertinggi pada komposisi B terdapat di kadar aspal 8,5% yaitu sebesar 177,360 kn/mm sedangkan nilai hasil bagi Marshall terendah pada komposisi B terdapat di kadar aspal 7% yaitu sebesar 99,743 kn/mm. Sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai hasil bagi Marshall disebabkan peningkatan nilai stabilitas. Nilai hasil bagi Marshall tertinggi pada komposisi C terdapat di kadar aspal 8% yaitu sebesar 112,781 kn/mm sedangkan nilai hasil bagi Marshall terendah pada komposisi C 89,492 kn/mm. Sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai hasil bagi Marshall disebabkan penurunan nilai stabilitas. Persamaan Hasil Bagi Marshall dari ketiga komposisi ini adalah sesudah mencapai nilai maksimum maka akan terjadi terjadi penurunan walaupun penambahan kadar aspal tetap dilakukan. Nilai hasil bagi Marshall untuk semua komposisi memenuhi nilai yang disyaratkan. PENUTUP Kesimpulan Setelah melalui serangkaian penelitian yang meliputi pemeriksaan bahan/material, perencanaan benda uji dan pengujian benda uji maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Dari hasil pemeriksaan sifat-sifat fisik agregat yaitu pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, serta pemeriksaan gradasi diperoleh hasil yang menunjukan bahwa pasir dari Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit dapat digunakan sebagai agregat untuk campuran perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (Hot Rolled Sand Sheet).

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 65 2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap parameter Marshall pada campuran komposisi A (pasir kasar 40%, pasir sedang 30% dan pasir halus 30%), komposisi B (pasir kasar 45%, pasir sedang 25% dan pasir halus 30%) dan komposisi C (pasir kasar 50%, pasir sedang 25% dan pasir halus 25%), dengan variasi kadar aspal 7%, 7,5%, 8%, 8,5% dan 9% memberikan hasil sebagai berikut: a. Nilai stabilitas Untuk Komposisi A, B dan C memiliki nilai stabilitas yang memenuhi spesifikasi Latasir (HRSS). Nilai stabilitas paling tinggi pada Komposisi B dengan kadar aspal 8,5 % yaitu 379,462 kg. b. Nilai kelelehan (flow) Secara umum nilai kelelehan meningkat seiring dengan adanya penurunan nilai stabilitas begitu pula sebaliknya jika nilai stabilitas naik maka kelelehan (flow) akan menurun. Dalam penelitian ini nilai flow komposisi B pada kadar aspal 7% memiliki nilai tertinggi yaitu 2,50 mm. c. Nilai VFB (Voids Filled Bitumen) Nilai rongga terisi aspal meningkat seiring dengan bertambahnya nilai kadar aspal. Dalam penelitian ini nilai VFB yang tidak memenuhi spesifikasi pada komposisi A dan B ada pada kadar aspal 7%, 7,5% dan 9%, sedangkan untuk komposisi C terdapat pada kadar aspal 7% dan 9%. d. Nilai VIM (Voids In Mixture) Nilai rongga dalam campuran sebagian tidak memenuhi spesifikasi di mana nilai VFB pada komposisi A yang tidak memenuhi ada pada kadar aspal 7%, 7,5% dan 9%, pada komposisi B dan C yang tidak memenuhi ada pada kadar aspal 7% dan 9%. e. Nilai hasil bagi Marshall Ketika nilai hasil bagi Marshall mencapai nilai maksimum maka terjadi penurunan walaupun penambahan kadar aspal tetap dilakukan. Nilai hasil bagi Marshall untuk komposisi A, B dan C memenuhi spesifikasi Latasir (HRSS). 3. Dilihat dari sifat-sifat fisik dan parameter Marshall berupa nilai stabilitas, dan hasil bagi Marshall penggunaan pasir yang berasal dari Kelurahan Petuk Barunai Kecamatan Rakumpit dapat digunakan sebagai agregat untuk campuran perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (Hot Rolled Sand Sheet), sedangkan untuk nilai VFB, VIM yang sebagian tidak memenuhi spesifikasi hal ini disebabkan campuran memiliki rongga yang cukup besar. a. Komposisi A kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 7,9%-8,9% Sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 8,4% dengan nilai stabilitas sebesar 272 kg dan flow sebesar 2,28 mm. b. Komposisi B kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 7,7%-8,8 % sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 8,25% dengan nilai stabilitas 342 kg dan flow sebesar 2,27 mm. c. Komposisi C kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 7,5%-8,8% sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 8,15% dengan nilai stabilitas 230 kg dan flow sebesar 2,29 mm. DAFTAR PUSTAKA Ance, N. A. 2009. Studi Penggunaan Agregat Halus atau Pasir Putih pada Berbagai Lokasi di Kota Palangka Raya sebagai Bahan Susun pada Campuran Latasir. Tugas Akhir, Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. Anonim. 2008. National Asphalt Specification. USA: ASSHTO. Desriantomy. 2007. Penuntun Praktikum Bahan Perkerasan Jalan Raya. Fakultas Teknik. Universitas Palangka Raya. Hardiyatmo, H. C. 2007. Pemeliharaan Jalan Raya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Maryani. 2007. Penggunaan Pasir Putih Desa Goha Kabupaten Pulang Pisau sebagai Alternatif Campuran Hot Rolled Sheet (HRS). Tugas Akhir, Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Penebit Granit.