BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi yang makin pesat ini, terjadi perubahan yang sangat cepat dan berdampak luas dalam kondisi perekonomian. Dampak terbesar yang terlihat adalah semakin ketatnya persaingan pada berbagai sektor usaha. Dan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah dengan pemanfaatan sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh daerah masing-masing secara optimal, salah satu yang berpengaruh adalah sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dan industri. Karena peran UKM dan industri tersebut sangatlah berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam memberdayakan masyarakat sekitar. Sektor-sektor tersebutlah yang diharapkan memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat bersaing baik dengan produk dalam yang berada di pasar domestik maupun terhadap produk luar. Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu usaha di dalam perdagangan. Daya saing diukur dari kinerja ekonomi,efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. Posisi Indonesia dalam kesepakatan perdagangan bebas dunia relatif kurang menguntungkan, hal tersebut dapat dilihat dari data berikut: 1
2 Tabel 1.1. Posisi Daya Saing Indonesia NEGARA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 USA 1 1 1 1 1 1 3 3 5 7 Singapura 4 2 3 3 5 5 1 1 2 2 Malaysia 21 16 28 23 21 21 18 26 21 14 Korea 37 35 29 38 13 11 27 22 24 22 Jepang 25 23 21 17 9 8 17 10 9 10 China 29 24 31 19 30 34 18 27 26 26 Thailand 30 29 27 32 34 34 37 38 39 38 Indonesia 57 58 59 52 54 55 42 35 33 42 Sumber : Larasati (2013) Berdasarkan Tabel 1.1 posisi daya saing Indonesia sangatlah mengkhawatirkan. Dari tahun 2003 hingga 2005 mengalami penurunan dari peringkat 57 hingga 59 pada 2005. Sedangkan pada tahun 2009 peringkat Indonesia mengalami peningkatan namun tidak signifikan yaitu peringkat 42. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan dan penurunan lalu kembali di peringkat 42 pada tahun 2012. Sehingga dari data diatas dapat dilihat bahwa daya saing Indonesia masih lebih rendah disbanding Negara Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Korea, Jepang, China dan Thailand. Perkembangan sektor industri pada negara-negara di dunia khususnya negara berkembang seperti Indonesia, turut serta meramaikan persaingan pasar dunia. Untuk itu dibutuhkan andil dari berbagai pihak agar industri pangan Indonesia dapat bersaing atau berkompetitif dengan industri negara berkembang maupun negara maju sekalipun. Salah satu aspek yang menjadi pondasi kemajuan industri suatu negara adalah industri kecil dan menengah, atau yang biasa disebut Usaha Kecil Menengah (UKM).
3 Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1995 kriteria usaha kecil yaitu memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp1.000.000.000,-, memiliki kekayaan bersih Rp200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan, berdiri sendiri, milik WNI, berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau ada yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2008 kriteria usaha menengah yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- paling banyak Rp 10.000.000.000,-, hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,- paling banyak Rp 50.000.000.000,-. Saat ini banyak perusahaan-perusahaan di bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berdiri karena makin terbuka lebarnya peluang usaha disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan akan produk-produk yang memiliki biaya relatif bersahabat dan terjangkau. Perkembangan UKM menarik perhatian lebih serius dari pemerintah maupun masyarakat. Karena peran UKM dalam penyerapan tenaga kerja, sumbangan pendapatan nasional (GDP) dan fleksibilitas UKM dalam menyiasati perubahan. Peran UKM terhadap perekonomian nasional dinilai sangat strategis. Penyerapan tenaga kerja pada UKM dapat membantu pemerintah mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Berikut adalah tabel jumlah perusahaan industri mikro dan kecil menurut provinsi dari tahun 2013 sampai 2014:
4 Tabel 1.2. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut Provinsi, 2013 2014 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diakses pada 5 Maret 2015 pukul 10.30 WIB Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan permintaan produk pangan, salah satunya yaitu produk bakery atau roti dan kue. Produk bakery saat ini bukan hanya dilihat sebagai makanan sampingan, melainkan sudah menjadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama bagi sebagian besar masyarakat perkotaan. Bahkan di kalangan remaja dan anak-anak, produk bakery mulai bisa menggeser nasi sebagai sumber karbohidrat utama. Simple and instant food, mungkin itu sebutannya karena bisa langsung dikonsumsi serta tidak susah untuk menemukan produk bakery yang ingin dikonsumsi. Mengkonsumsi roti dianggap lebih praktis bagi pola hidup masyarakat
5 perkotaan yang cenderung sibuk dan aktif. Untuk menunjukkan seberapa besar tingkat konsumsi roti di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.3. Konsumsi Roti Per Kapita/Tahun Pada 2009 2010 NO Negara 2009 2010 (dolar AS) (dolar AS) Perubahan 1 Indonesia 1,2 1,5 25% 2 Korea Selatan 14,3 16,5 15,4% 3 Thailand 3,5 3,9 11,4% 4 China 1,4 1,5 7,1% 5 Taiwan 1,4 1,5 7,1% Sumber: Setiawati (2014) Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara tertinggi pengkonsumsi roti di tahun 2009 hingga 2010, karena mengalami perubahan sebesar 25%. Sedangkan data tabel produksi roti di Indonesia dari tahun 2005 hingga 2013 yaitu: Tabel 1.4. Jumlah Produksi Roti di Indonesia dari Tahun 2005 2013 Tahun Jumlah Produksi (per Ton) Nilai Produksi (Ribu Rupiah) 2005 22.749 124.638.695 2006 24.547 125.487.235 2007 25.102 126.285.362 2008 26.263 128.554.348 2009 27.908 130.146.824 2010 29.656 131.759.026 2011 31.514 133.391.199 2012 33.488 135.043.592 2013 35.586 136.716.453 Sumber : Anonim 1 (2015)
6 Dilihat dari Tabel 1.4 menunjukkan bahwa komoditi roti memiliki pasar yang bagus bagi produsen roti. Adanya potensi bisnis di bidang bakery, mendorong para pelaku bisnis untuk meningkatkan usahanya. Kepuasan konsumen menjadi hal yang harus diperhatikan oleh produsen karena dengan memenuhi kepuasan konsumen, produsen dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya dan menguasai pasar. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat memuaskan konsumen dalam memenuhi kebutuhan pangan khususnya di bidang bakery. Salah satunya dengan mengetahui atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Apabila atribut tersebut diketahui, produsen dapat menyusun peningkatan mutu atribut yang sesuai dengan keinginan konsumen, memperbaiki mutu produk bakery, memperluas jangkauan pemasaran, menyempurnakan produk yang dihasilkan di masa datang. Dilihat dari perspektif konsumen, apabila kepuasan konsumen terpenuhi oleh suatu produk maka hal tersebut akan berpengaruh secara signifikan terhadap sifat loyalitas konsumen pada produk tersebut. Sehingga dari terbentuknya loyalitas konsumen terhadap suatu produk, akan meningkatkan penjualan dan omset dari industri tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen menurut Dharmmesta (1999) adalah kualitas produk dan promosi. Konsumen yang memperoleh kepuasan atas produk yang dibelinya cenderung melakukan pembelian ulang produk yang sama. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan produsen atau pemilik UKM bakery yaitu atribut produk bakery seperti merek, rasa, dan pelayanan. Selain atribut produk diatas, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi loyalitas
7 pelanggan yaitu dari segi Customer Relationship Management yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan harus berusaha untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan mempertahankan hubungan denan konsumen, perusahaan membutuhkan suatu strategi yang dinamakan Customer Relationship Management (CRM) sebagai pendekatan dalam membangun long term and profitable relationship dengan konsumen (Coltman, 2011). Dengan mengetahui respon konsumen terhadap atribut mutu pemasaran pada UKM bakery diharapkan pemilik usaha dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atribut mutu pemasaran terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen, khususnya bagi konsumen UKM bakery di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta sebagai fokus penelitian dikarenakan jumlah penduduk per Km 2 dari kedua wilayah tersebut lebih besar dibanding wilayah lain di Provinsi DIY. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa jumlah pelaku bisnis salah satunya industri bakery, dan aktivitas jual beli yang ada di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta lebih tinggi dibanding wilayah lain. Karena lebih padatnya jumlah penduduk, maka hal ini mendorong para pelaku bisnis khususnya industri bakery untuk mendirikan toko bakerynya di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta agar dapat lebih menjaring konsumen yang banyak. Dapat dilihat pada tabel berikut:
8 Tabel 1.5. Jumlah Penduduk di Kota Yogyakarta Semester I 2015 Sumber : Data Dinas Kependudukan diakses pada 8 Januari 2016 pukul 10.30 WIB Tabel 1.6. Jumlah Penduduk di Kabupaten Sleman Semester I 2015 Sumber : Data Dinas Kependudukan diakses pada 8 Januari 2016 pukul 10.45 WIB
9 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai atribut mutu pemasaran, khususnya atribut mutu pada UKM bakery di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dituangkan dalam suatu penelitian berjudul Analisis Pengaruh Atribut Mutu Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen di UKM Bakery Yogyakarta. B. Perumusan Masalah 1. Seberapa signifikan besar pengaruh atribut mutu toko bakery terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen? 2. Variabel atribut mutu yang manakah yang paling berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen? C. Batasan Penelitian 1. Penelitian dilakukan pada Usaha Kecil Menengah produk bakery yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. 2. Penelitian hanya dilakukan terhadap usaha bakery dengan skala kecil maupun menengah. 3. Penelitian mencakup responden dari konsumen yang melakukan pembelian di toko bakery yang diteliti.
10 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besar pengaruh atribut mutu seperti merek, rasa, pelayanan dan CRM terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen produk bakery berbasis usaha kecil menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Mengetahui variabel atribut mutu yang paling signifikan berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen. E. Manfaat Penelitian Sebagai informasi dan referensi bagi pihak yang ingin melakukan penelitian mengenai pentingnya atribut mutu di bidang industri makanan yang dapat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas konsumen.