BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono dkk., 2013: 74). Belajar merupakan proses yang terjadi seumur hidup manusia. Kesadaran masyarakat akan pentingnya belajar diwujudkan dalam bentuk pendidikan nonformal di masyarakat, pendidikan informal dalam keluarga, serta dalam pendidikan formal di institusi pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Pendidikan dilaksanakan dalam suatu proses yang berkesinambungan. Setiap jenis dan jenjang pendidikan berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 22). Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat menuju perkembangan kognitif, perilaku, mental, sosial, spiritual dan fisik yang lebih baik, serta untuk mencapai kemajuan peradaban. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning), yaitu salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran 1
yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Pembelajaran tuntas dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Penilaian terhadap hasil pembelajaran dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran (Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 36-37). Karakteristik siswa beraneka ragam sehingga guru dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa memiliki keunikan individual baik dari sisi kemampuan intelegensi, gaya belajar, motivasi, minat, bakat, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Siswa dikatakan belum berhasil dalam belajarnya apabila memiliki nilai yang rendah (Sugihartono dkk., 2013: 152). Beberapa siswa yang mencapai kompetensi secara cepat, tetapi ada siswa lain dapat mengalami kesulitan mencapai kompetensi yang diinginkan karena adanya kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti faktor psikologis, fisik, lingkungan, maupun faktor instruksional. Guru harus berusaha untuk mengetahui letak dan penyebab dari kesulitan belajar siswa agar dapat menentukan strategi untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2006: 4) bahwa kedudukan diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan 2
letak kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasi dengan memperhitungkan faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) memuat materi tentang makhluk hidup dan interaksinya dalam lingkungan. Biologi menurut Biology Science Curriculum Study (BSCS) dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yaitu dari objek Biologi, tingkat organisasi kehidupan, dan tema persoalan. Biologi mempelajari lima objek, yaitu Eubacteria dan Archaebacteria, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia dengan tingkat organisasi kehidupan paling rendah yaitu molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme, populasi, komunitas, bioma, dan biosfer. Sedangkan tema persoalan yang dapat dipelajari antara lain sains sebagai penemuan, sejarah dan konsep Biologi, evolusi, keanekaragaman makhluk hidup, genetika, makhluk hidup dan lingkungan, tingkah laku, struktur dan fungsi, serta regulasi. Berdasarkan hasil analisis Ujian Nasional (UN) SMA/MA tahun 2014/2015, Kabupaten Wonosobo menduduki peringkat ke-29 dan pada tahun 2015/2016 menjadi peringkat ke-32 dari total 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah pada mata pelajaran Biologi. Nilai ini rata-rata hasil UN Biologi masih di bawah rata-rata nilai UN Jawa Tengah dan nasional (Pusat Penelitian Pendidikan, 2015, 2016). Artinya, kemampuan siswa dalam memahami materi Biologi di kabupaten ini masih tergolong rendah. Hasil UN merupakan dasar untuk: pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; 3
pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Permendikbud No 23 Tahun 2016). Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui salah satu materi yang paling sukar dipelajari adalah materi Protista yang diajarkan pada siswa SMA/MA Kelas X Semester I. Berdasarkan Permendikbud No 24 Tahun 2016, materi ini terdapat dalam Kompetensi Dasar 3.6 yang berbunyi: Mengelompokkan Protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan. Hasil analisis Ujian Nasional daya serap siswa pada indikator dengan materi Protista masih dalam kategori rendah, yaitu sebanyak 48,44% pada tahun 2014/2015 dan menjadi 73,4% pada tahun 2015/2016 di Kabupaten Wonosobo (Pusat Penelitian Pendidikan, 2015, 2016). Nilai ini masih di bawah rata-rata daya serap nasional sehingga dapat diasumsikan bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan memahami materi ini. Rata-rata nilai UN Biologi dari Madrasah Aliyah cenderung lebih rendah dari beberapa SMA Negeri dan Swasta yang menempati peringkat di atasnya. Beban pelajaran pada Madrasah Aliyah lebih banyak dibandingkan SMA, yaitu sebanyak 48 jam (kelas X) dan 47 jam (kelas XI dan XII) per minggu dibandingkan dengan SMA yang hanya 42 jam (kelas X) dan 44 jam (kelas XI dan XII) per minggu. Preferensi masyarakat saat ini masih lebih mengutamakan sekolah umum daripada madrasah sehingga madrasah tidak banyak dijadikan pilihan utama bagi siswa berprestasi. Hal tersebut 4
kemungkinan menyebabkan kesulitan belajar Biologi siswa MA lebih banyak sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian tentang ragam kesulitan belajar Protista dan faktor penyebabnya penting dilakukan agar pada pembelajaran yang akan datang guru diharapkan dapat menyusun strategi pembelajaran dan meminimalisasi faktor penyebab kesulitan belajar siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Ragam Kesulitan Belajar Biologi Pada Materi Protista Kelas X Semester I Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang masalah antara lain: 1. Rata-rata nilai UN siswa dalam mata pelajaran Biologi di kabupaten Wonosobo masih di bawah rata-rata nilai UN Jawa Tengah dan nasional, artinya kemampuan siswa dalam memahami materi Biologi di kabupaten ini masih tergolong rendah. 2. Nilai UN Biologi siswa MA di Kabupaten Wonosobo masih rendah dibandingkan SMA, sedangkan pelaksanaan pembelajaran MA dan SMA berbeda sehingga memungkinkan adanya kesulitan belajar yang khusus pada siswa MA. 3. Materi Protista sulit dipahami oleh sebagian besar siswa, tetapi ragam kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa belum diketahui. 5
4. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar baik internal maupun eksternal belum diketahui. C. Pembatasan Masalah Materi pelajaran yang diteliti sesuai dengan Permendikbud No 24 Tahun 2016 Kompetensi Dasar 3.6 yaitu mengelompokkan Protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan. Ragam kesulitan belajar yang diteliti pada ranah kognitif saja, yaitu letak kesulitan belajar siswa berdasarkan indikator dan kemampuan kognitif siswa berdasarkan taksonomi Bloom versi revisi. Faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang diteliti adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa yang meliputi faktor psikologis yaitu intelegensi, rasa ingin tahu, minat belajar, motivasi belajar, dan kesiapan belajar, serta faktor fisiologis yaitu kelelahan dan cacat tubuh. Faktor eksternal berasal dari guru, pelaksanaan kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan, serta orang tua. D. Rumusan Masalah 1. Ragam kesulitan belajar apa yang dialami oleh siswa MAN di Kabupaten Wonosobo pada materi Protista? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa MAN di Kabupaten Wonosobo mengalami kesulitan belajar pada materi Protista? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui ragam kesulitan belajar siswa MAN di Kabupaten Wonosobo pada materi Protista; 6
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa MAN di Kabupaten Wonosobo pada materi Protista. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar materi Protista karena penyebab dari kesulitan belajar dapat diketahui dan dapat ditindaklanjuti. 2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kesulitan belajar yang dialami siswa pada materi protista sehingga dapat memberikan perlakuan pembelajaran remedial yang sesuai dan merancang strategi pembelajaran yang berbeda di masa depan. 3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang kesulitan belajar yang dialami siswa pada materi Protista sehingga dapat merancang solusi strategi pembelajaran yang sesuai apabila akan mengajar di masa mendatang. G. Definisi Operasional 1. Analisis Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara, dan sebagainya). Istilah analisis yang digunakan dalam penelitian ini artinya penyelidikan untuk mengetahui ragam kesulitan belajar siswa dan faktor penyebabnya. 7
2. Ragam Kesulitan Belajar a. Ragam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) adalah macam atau jenis. b. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi siswa kesulitan memahami materi tertentu. Pemahaman terhadap materi tersebut dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa. Istilah ragam kesulitan belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis kesulitan belajar siswa dalam memahami materi tertentu. Jenis kesulitan belajar dapat diketahui dengan menentukan letak kesulitan belajar siswa berdasarkan indikator dan kemampuan kognitif siswa berdasarkan taksonomi Bloom versi revisi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Sugihartono dkk. (2013: 76-77) adalah faktor internal dan eksternal. a. Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri individu meliputi faktor fisiologis yaitu kesehatan dan cacat tubuh serta faktor psikologis yang meliputi intelegensi, rasa ingin tahu, minat, motivasi, dan kesiapan belajar. b. Faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri individu, meliputi faktor guru, pelaksanaan kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan, serta orang tua. 4. Protista Protista merupakan organisme eukaryotik (memiliki nukleus dan organel-organel lain yang terselubung membran, misalnya mitokondria, 8
retikulum endoplasma, dan aparatus Golgi) yang bukan tumbuhan, hewan, maupun fungi (Campbell, et al., 2008: 139). a. Protista mirip tumbuhan (Alga) yang memiliki dinding sel dan bersifat autotrof. b. Protista mirip hewan (Protozoa) yang tidak memiliki dinding sel dan bersifat heterotrof. c. Protista mirip fungi (Myxomycota) yang memiliki dinding sel dan bersifat heterotrof. 9