BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar, sistematis, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi yang dibawa manusia, menanamkan sifat dan memberikan kecakapan sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program pembelajaran di sekolah. Sistem pembelajaran di sekolah dikembangkan menjadi 3 komponen utama yaitu tujuan instruksional, pengalaman belajar (proses belajar mengajar), dan hasil belajar (Nana Sudjana. 2006: 1). Masingmasing komponen merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila, adanya kesesuaian antara tujuan instruksional dan hasil belajar yang tentu saja setelah melalui pengalaman belajar. Berhasil tidaknya pembelajaran diukur dari suatu kegiatan penilaian. Nana Sudjana (2006: 2) menyatakan, kegiatan penilaian adalah suatu tindakan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dikuasai peserta didik, dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkannya setelah menempuh pengalaman belajar. Menurut Tatik Pudjiani (2014: 43), salah satu bagian terpenting dalam pembelajaran adalah penilaian. Dengan melakukan penilaian, pendidik dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode 1

2 mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Kemampuan peserta didik dalam pembelajaran tidaklah sama. Ada peserta didik yang dapat dengan mudah menerima dan memahami apa yang ia pelajari, namun ada pula peserta didik yang lambat dan menemui hambatan dalam belajarnya. Penilaian terhadap kemampuan belajar peserta didik sangatlah penting, guna memantau kemajuan belajar peserta didik itu sendiri. Drake (Bambang Subali. 2016: 159) menyatakan, penilaian bukan hanya sebagai bagian dari kegiatan belajar (assessment of learning), tetapi penilaian juga untuk meningkatkan pembelajaran (assessment for learning) dan untuk memajukan peserta didik dalam belajar (assessment as learning). Penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan belajar peserta didik adalah penilaian formatif. Penilaian formatif merupakan penilaian yang diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, yang isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan. Nana Sudjana (2006: 5) menyatakan, penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan dari proses belajar-mengajar. Melalui penilaian formatif dapat diketahui daya serap masing-masing peserta didik pada suatu kompetensi, sehingga peserta didik yang sudah dan yang belum mencapai kompetensi dapat teridentifikasi. Informasi dari penilaian formatif dapat digunakan guru untuk melakukan upaya tindak lanjut. Upaya tindak lanjut dalam pembelajaran meliputi program pengayaan dan program remediasi. Bagi peserta didik yang 2

3 sudah mencapai kompetensi yang ditargetkan, diberikan program pengayaan. Sedangkan bagi peserta didik yang belum mencapai kompetensi, harus dibantu dengan program remediasi baik secara individual maupun kelompok. Prinsip pengayaan ditujukan untuk memperkuat aspek kompetensi yang sudah dikuasai peserta didik dan prinsip remediasi ditujukan untuk memperbaiki aspek kompetensi yang belum dikuasai peserta didik (Bambang Subali. 2016: ). Peserta didik yang belum mencapai kompetensi berarti peserta didik tersebut mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan peserta didik tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sugihartono (2012: 149) menyebutkan peserta didik yang berkesulitan belajar, prestasi belajarnya lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi teman-temannya atau prestasi belajar mereka lebih rendah dibandingkan dengan prestasi belajar sebelumnya. Peserta didik yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dapat disebut juga mengalami kesulitan belajar. Sebelum diberikan program remediasi, hendaknya peserta didik yang belum mencapai kompetensi didiagnosis kesulitan belajarnya. Kegiatan remediasi bertujuan agar peserta didik yang berkesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, supaya program remediasi dapat berhasil dan tepat sasaran, guru harus mendiagnosis terlebih dahulu aspek kompetensi mana yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik. 3

4 Diagnostik kesulitan belajar dapat dilakukan dengan tes diagnostik atau melalui tes formatif yang dapat berfungsi sebagi tes diagnostik. Bambang Subali dalam bukunya yang berjudul Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran (2016: 8-9) menyatakan, kesulitan belajar peserta didik dalam pembelajaran dapat dipantau dengan menyelenggarakan assessmen formatif sekaligus assessmen diagnostik, atau menyelenggarakan kegiatan assessmen diagnostik yang terpisah dari kegiatan assessmen formatif dalam arti disediakan tes diagnostik secara khusus. Depdiknas (2007: 1) memaknai tes diagnostik sebagai tes yang dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Hopkins C. D. dan Antes R. L. (1979: 56) juga menyebutkan bahwa tes diagnostik adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar. Setiap tes disusun untuk menentukan satu atau lebih ketidakmampuan siswa. Menurut Thorndike R. L. dan Hagen E. P. (2005: 172) tes diagnostik pada intinya mencari kembali ke belakang tentang kesulitan yang muncul dan berkembang. Untuk menemukannya tidak bisa dilakukan dengan segera, diperlukan sebuah analisis kemampuan yang lengkap dan seksama. Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik berarti, menyelenggarakan penilaian formatif dan penilaian diagnostik secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi kemampuan belajar peserta didik sekaligus kesulitan belajarnya. Nana Sudjana (2006: 5) 4

5 menjelaskan, dalam penilaian formatif selain memiliki fungsi umpan balik juga sekaligus terdapat fungsi diagnostik untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran. Nitko Anthony J. (1996: 8) juga menjelaskan tentang tujuan tes formatif yang didalamnya memuat tujuan tes diagnostik. Menurutnya tujuan penilaian formatif adalah (1) mengetahui kelebihan, kelemahan, karakteristik belajar, dan kepribadian siswa pada awal pembelajaran guna penetapan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa; (2) membantu guru dalam mendiagnosis apa yang telah dan belum dipelajari siswa secara perorangan sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka; (3) membantu guru dalam mengidentifikasi perkembangan belajar siswa secara keseluruhan untuk mengetahui materi apa yang memerlukan penguatan atau pengajaran remedial dan kapan kelas itu siap beralih ke pelajaran selanjutnya; (4) membantu guru dalam merencanakan materi pengajaran yang tepat, memutuskan materi apa yang perlu diperdalam, dan bagaimana mengatur serta mengelola kelas sebagai suatu lingkungan belajar. Selama ini, diagnostik kesulitan belajar jarang dilakukan guru. Dari pengalaman peneliti selama bersekolah, peserta didik yang belum mencapai nilai KKM langsung diberikan program remediasi dengan mengerjakan ulang soal-soal ulangan harian yang dijawab salah. Guru menganggap, soal tersebut merupakan sumber kesulitan belajar peserta didik. Padahal, belum tentu sumber kesulitan belajar peserta didik terletak hanya pada soal yang dijawab salah. Bisa jadi, pada soal yang dijawab benar, peserta didik hanya mengira- 5

6 ngira jawaban sehingga sebenarnya peserta didik tidak tahu konsep. Jika hal ini terus berlanjut, maka kesulitan belajar peserta didik tidak akan sepenuhnya teridentifikasi dan dapat berakibat pada penguasaan konsep selanjutnya. Kendala guru dalam mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik adalah dalam hal waktu. Jika tes diagnostik dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung, guru dapat kehilangan waktunya untuk menerangkan materi pelajaran. Jika tes diagnostik dilakukan di luar jam pelajaran, guru harus mencari waktu kosong menyesuaikan waktu guru dan peserta didik sehingga dirasa cukup merepotkan. Karena itu, penyelenggaraan tes diagnostik sebaiknya dibersamakan dengan tes formatif atau ulangan harian agar lebih efisien. Penyelenggaraan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dapat memberikan banyak keuntungan. Melalui tes ini akan diperolah beberapa informasi, yaitu skor dan nilai peserta didik; kedudukan peserta didik di kelasnya dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan; profil individual peserta didik yang berupa deskripsi tentang konsep-konsep apa saja yang sudah dipahami dan konsep-konsep apa saja yang belum dipahami; serta informasi dugaan kuat penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar pada setiap konsepnya. Dengan informasi ini, guru dapat langsung memberikan tindakan remediasi yang tepat kepada peserta didik yang belum mencapai kompetensi (nilai di bawah KKM) berdasarkan hasil diagnosis kesulitan belajarnya. 6

7 Setiap kompetensi dasar atau pokok bahasan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, mulai dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, keluasan materi, abstrak atau konkretnya materi, serta kompleksitas materi. Perbedaan karakteristik pada kompetensi dasar atau pokok bahasan akan mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik. Semakin tinggi tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi dasar atau pokok bahasan, semakin luas dan abstrak materinya, serta semakin kompleks materinya maka semakin tinggi pula tingkat kesulitan belajar peserta didik dalam mempelajari kompetensi dasar atau pokok bahasan tersebut. Selain itu peluang aspek kompetensi yang belum dikuasai peserta didik pada kompetensi dasar atau pokok bahasan juga akan semakin banyak. Hasil analisis peneliti terhadap mata pelajaran Biologi SMA kelas X, XI, dan XII semester 2 menunjukkan, pokok bahasan yang mempunyai tingkat kesulitan paling tinggi adalah pokok bahasan Animalia. Animalia merupakan pokok bahasan mata pelajaran Biologi kelas X. Pada Kurikulum 2013, pokok bahasan ini terletak pada KD 3.10 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan (Kemendikbud. 2012: 111). Animalia mempunyai cakupan materi yang sangat luas dan banyak menggunakan bahasa latin sehingga diprediksi peserta didik akan kesulitan mempelajarinya. Beberapa penelitian menyebutkan, salah satu pokok bahasan yang sulit dipelajari peserta didik adalah pokok bahasan Animalia. Penelitian yang dilakukan oleh Helen Nadeak (2015: 3) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Memahami Konsep Biologi pada 7

8 Materi Invertebrata di Kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan TP. 2014/2015 mengatakan Berdasarkan informasi dari guru biologi di SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan, pembelajaran biologi pada materi hewan Invertebrata merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang cukup sulit untuk diingat siswa karena materinya yang banyak. Materi Invertebrata juga banyak menggunakan istilah dan nama Latin yang membuat siswa kesulitan dalam memahami dan mengingat pelajaran. Aida Fikriyah, dkk (2013: 1) dalam jurnalnya yang berjudul Kelayakan Butir Soal untuk Permainan Edukatif pada Materi Kingdom Animalia untuk Siswa Kelas X SMA juga mengatakan Materi Kingdom Animalia adalah salah satu materi yang penting dalam mata pelajaran Biologi, memuat bahasan yang cukup luas tentang hewan invertebrata dan hewan vertebrata. Berdasarkan hasil survei pada 18 siswa SMA Negeri 1 Sidoarjo, sebanyak 72,2% responden mengungkapkan bahwa Kingdom Animalia subpokok bahasan hewan invertebrata merupakan materi yang paling sulit di antara enam materi lain pada kelas X SMA semester genap. Observasi yang dilakukan peneliti di SMA N 1 Banguntapan pada tanggal 13 Januari 2017 menunjukkan hal yang sama. Peserta didik banyak yang mengalami kesulitan belajar pada pokok bahasan Animalia. Guru Biologi di SMA tersebut mengatakan, pada pokok bahasan Animalia ini, selalu saja terdapat peserta didik yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 77 pada ulangan harian. 8

9 Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, diperlukan alat tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan belajar peserta didik beserta kesulitan belajarnya, pada pokok bahasan Animalia. Guru Biologi SMA N 1 Banguntapan belum pernah mengembangkan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik sebelumnya karena tidak mengetahui cara mengembangkannya. Beliau adalah lulusan sarjana pertanian dan menjadi guru melalui program Akta IV, sehingga masih belajar dalam hal keterampilan pedagogik. Menurut beliau pengembangan ulangan harian (tes formatif) yang sekaligus untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik sangatlah bagus. Guru dapat mengetahui secara terperinci kendala belajar yang dihadapi peserta didik. Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian pengembangan dengan mengangkat judul Pengembangan Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Animalia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1. Kemampuan peserta didik dalam belajar tidaklah sama, yang dapat berakibat pada perbedaan hasil belajar peserta didik. Peserta didik yang belum mencapai kompetensi yang ditargetkan harus didiagnosis terlebih dahulu kesulitan belajarnya sebelum diberikan program remediasi. 9

10 2. Setiap kompetensi dasar atau pokok bahasan memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik. Semakin sulit kompetensi dasar atau pokok bahasan, maka akan semakin sulit pula peserta didik dalam mempelajarinya sehingga perlu didiagnosis aspek mana dari kompetensi dasar atau pokok bahasan yang menjadi sumber kesulitan belajar peserta didik. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan secara optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah. Peneliti memberi batasan pada beberapa hal, sebagai berikut: 1. Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dapat digunakan untuk mengukur kemampuan belajar serta kesulitan belajar peserta didik. Namun pada penelitian ini, fokus pengukuran dari tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dibatasi hanya untuk mengukur kesulitan belajar peserta didik pada pokok bahasan Animalia. 2. Pengembangan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik pada penelitian ini dimulai dari penyusunan tes hingga diketahui keberfungsiaan tes tersebut dalam mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. 10

11 D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara mengembangkan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik? 2. Apakah kualitas dari tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik yang dikembangkan? 3. Apa saja kesulitan belajar yang dialami peserta didik pada pokok bahasan Animalia? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui cara mengembangkan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik. 2. Untuk mengetahui kualitas tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik yang dikembangkan. 3. Untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik pada pokok bahasan Animalia. F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi praktisi pendidikan tentang pengembangan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik pada pokok bahasan Animalia. 11

12 2. Manfaat praktis a. Bagi guru, sebagai alat ukur alternatif yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik pada pokok bahasan Animalia sehingga dapat langsung ditentukan tindak lanjut yang tepat untuk mengatasinya. b. Bagi peserta didik, dengan terdiagnosisnya kesulitan belajar pada pokok bahasan Animalia diharapkan peserta didik dapat memperbaiki proses belajarnya sehingga hasil belajar dapat meningkat. c. Bagi peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung dan wawasan tambahan tentang cara pembuatan tes formatif sebagai tes diagnostik yang berkualitas sesuai kaidah pembuatan tes yang benar serta cara mengetahui kesulitan belajar peserta didik. G. Definisi Operasional 1. Pengembangan tes merupakan proses penyusunan instrumen tes hingga diketahui keberfungsiannya, dalam penelitian ini adalah fungsi diagnostik. 2. Tes merupakan teknik penilaian hasil belajar yang berbentuk pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab oleh testee. 3. Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik merupakan ulangan harian, yang sekaligus dapat berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik pada pokok bahasan tertentu. 12

13 4. Kualitas tes merupakan tingkat baik buruknya instrumen tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. 5. Kesulitan belajar peserta didik merupakan kesukaran peserta didik dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Penyelidikan terhadap kesulitan belajar meliputi letak, jenis, dan faktor penyebab kesulitan belajar. 6. Animalia merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran Biologi kelas X semester 2 yang membahas mengenai dunia hewan. 13

PENGEMBANGAN TES FORMATIF YANG BERFUNGSI SEBAGAI TES DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR POKOK BAHASAN ANIMALIA

PENGEMBANGAN TES FORMATIF YANG BERFUNGSI SEBAGAI TES DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR POKOK BAHASAN ANIMALIA 341 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017 PENGEMBANGAN TES FORMATIF YANG BERFUNGSI SEBAGAI TES DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR POKOK BAHASAN ANIMALIA Oleh: Henky Becheta Anggraeni 1, Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran di sekolah tidak mudah untuk diaplikasikan, guru sering dihadapkan dengan bermacam-macam masalah termasuk di dalamnya dalam menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pertama akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian,

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI PENILAIAN DOSEN: SRI HAYATI ARTI PENTING MEMPELAJARI EVALUASI PEMBELAJARAN Penilaian pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik dan meningkatnya penguasaan konsep materi yang telah diajarkan.

I. PENDAHULUAN. baik dan meningkatnya penguasaan konsep materi yang telah diajarkan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan siswa dalam proses belajar ditandai dengan hasil belajar yang baik dan meningkatnya penguasaan konsep materi yang telah diajarkan. Siswa yang berhasil dalam

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan oleh : TRI NUR HIDAYAT A

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan oleh : TRI NUR HIDAYAT A PENGAJARAN REMEDIAL BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PENINGKATAN PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN SISTEM GERAK PADA MANUSIA (Penelitian Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sragen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu sistem yang menumbuhkan kemampuan seorang guru untuk melakukan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam pembelajaran di kelas hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya sebagai seorang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya sebagai seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan salah satu kunci penting dalam keberhasilan pendidikan. Untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan (kompetensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimalnya nilai ulangan siswa di sekolah. Guru memberikan ulangan kepada. Permendiknas nomor 20 tahun 2007, menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. optimalnya nilai ulangan siswa di sekolah. Guru memberikan ulangan kepada. Permendiknas nomor 20 tahun 2007, menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belum optimalnya nilai akademis siswa, dapat dilihat dari belum optimalnya nilai ulangan siswa di sekolah. Guru memberikan ulangan kepada siswa, untuk membantu siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu proses yang disebut dengan belajar. Menurut Syah (2010), belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan sebagai modal dasar pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi persaingan di era

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Evaluasi pembelajaran merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran di. samping adanya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Evaluasi pembelajaran merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran di. samping adanya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Evaluasi pembelajaran merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran di samping adanya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Adapun salah satu aspek penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara filsafat, pendididikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan yang. struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan yang. struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang dilaksanakan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi ukuran utama suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang memiliki kesejahteraan tinggi, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus menggunakan model,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu sendiri adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan ditentukan oleh suatu kualitas pendidikan warganya, karena dengan pendidikan dapat mencapai kesejahteraan hidup, mengembangkan potensi diri

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan aset berharga dalam mengembangkan kemajuan bangsa.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN LEARNING LOG UNTUK MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI ECHINODERMATA

2015 PENERAPAN LEARNING LOG UNTUK MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI ECHINODERMATA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting. Dikatakan demikian karena penilaian dalam pembelajaran memilki fungsi yang strategis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan kualitasnya. Lahirnya Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai kriteria minimal sistem pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mengandung interaksi antara guru dengan peserta didik dan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO

PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO Pelaksanaan Program Remedi... (Olivia Kurnia Hatami) 291 PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO IMPLEMENTATION OF REMEDIAL PROGRAM ON BIOLOGY LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upaya dalam mengoptimalkan komponen komponen pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upaya dalam mengoptimalkan komponen komponen pengajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun terus dilakukan secara inovatif, baik dari sistem maupun teknik pengajaran oleh para guru di kelas. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. aktivitas dan hasil belajar peserta didik, maka penelitian ini termasuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. aktivitas dan hasil belajar peserta didik, maka penelitian ini termasuk penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan penelitianyaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, maka penelitian ini termasuk penelitian tindakan

Lebih terperinci

Lampiran 5 Angket Penelitian PENGANTAR

Lampiran 5 Angket Penelitian PENGANTAR Lampiran 5 Angket Penelitian PENGANTAR Perihal : Permohonan Pengisian Angket Lampiran : Satu berkas Kepada Yth : Sdr Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar Dengan hormat, Dalam rangka penulisan tesis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pendidikan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mengatasi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang memuat standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Remedial teaching

Kata Kunci: Remedial teaching PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI KABUPATEN REMBANG Joko Widodo 1 Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana kemampuan guru dalam mendiagnosis kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini yaitu dibentuknya kurikulum baru yang sering disebut dengan Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi dalam upaya peningkatan taraf hidup bermasyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika MAN 1

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika MAN 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika MAN 1 Pringsewu menunjukkan bahwa pada tahun pelajaran 2014/2015 nilai rata-rata siswa pada ujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan dan kegagalan proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana yang mengarah kepada pencapaian tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola pikir seseorang dalam menghadapi berbagai situasi masalah kondisi lingkungan, sesamanya, dirinya dan permasalahan dalam kehidupannya sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13: 67, (Juli, 2007), 720.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13: 67, (Juli, 2007), 720. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, menuntut adanya perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) The Immediate Feedback Assessment Technique, juga dikenal sebagai IF-

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) The Immediate Feedback Assessment Technique, juga dikenal sebagai IF- II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) The Immediate Feedback Assessment Technique, juga dikenal sebagai IF- AT, atau dalam Bahasa Indonesia teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pembelajaran. Pemahaman konsep membuat siswa lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi sebahagian besar orang pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi sebahagian besar orang pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi sebahagian besar orang pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan dianggap sebagai batu loncatan untuk memajukaan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Data Pengujian (Asesmen) untuk Analisis Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa dalam Perbaikan Proses Pembelajaran. Oleh : ANA, S.Pd. M.Pd.

Pemanfaatan Data Pengujian (Asesmen) untuk Analisis Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa dalam Perbaikan Proses Pembelajaran. Oleh : ANA, S.Pd. M.Pd. Pemanfaatan Data Pengujian (Asesmen) untuk Analisis Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa dalam Perbaikan Proses Pembelajaran Oleh : ANA, S.Pd. M.Pd. UUSPN No.20 Tahun 2003 khususnya pasal 58 ayat (1) dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian III. METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan merupakan pengembangan multimedia interaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting dalam menentukan masa depan dan kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Masalah pendidikan menjadi perhatian serius bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan sumber belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Syah (2000:92) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan dan perilaku manusia agar menjadi manusia pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan dan perilaku manusia agar menjadi manusia pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan negara. Cepat atau lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BAHASA INDONESIA SMP NEGERI 1 KUALA TAHUN AJARAN 2014/2015

ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BAHASA INDONESIA SMP NEGERI 1 KUALA TAHUN AJARAN 2014/2015 ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BAHASA INDONESIA SMP NEGERI 1 KUALA TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh Sri Wati Muhammad Surip, S.Pd., M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuan secara optimal agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Paradigma baru kurikulum Biologi SMA di Indonesia adalah pendidikan biologi berbasis kompetensi, dimana keberhasilan belajar siswa ditetapkan berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat diabaikan adalah pelaksanaan penilaian (assessment). Dalam kurikulum pendidikan di sekolah, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan bersumber akan kebutuhan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pendidikan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia menandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga masyarakatnya yang beranekaragam. Jika dilihat dari komposisi penduduk dan kekayaan alam yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas, yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antara lain dengan mengadakan perubahan serta perbaikan kurikulum guna

I. PENDAHULUAN. antara lain dengan mengadakan perubahan serta perbaikan kurikulum guna 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan merupakan salah satu tempat bagi peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Lembaga pendidikan tersebut diharapkan dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi dan sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA N I Jogonalan SMA Negeri 1 Jogonalan berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada tahun 1990, dimulai dengan Tahun Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah dasar merupakan jenjang tingkat pertama program pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah dasar merupakan jenjang tingkat pertama program pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar merupakan jenjang tingkat pertama program pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah (Arindawati, 2004:1). Pengembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran karena asesmen memiliki fungsi yang strategis dalam pembelajaran. Fungsi asesmen sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru sebagai pembelajaran dikelas. Sehingga guru mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mekanisme institusional yang fundamental untuk mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan manusia adalah pendidikan. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program pembelajaran kepada siswa. Siswa dididik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Maka dalam pelaksanaannya berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pembicaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat merespon siswa untuk terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju. dalamnya memuat tentang Upaya pemerintah untuk terus meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju. dalamnya memuat tentang Upaya pemerintah untuk terus meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna untuk ikut serta

Lebih terperinci