BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan negara menurut WHO (World Health Organization) secara global angka kematian bayi telah menurun dari tingkat estimasi dari 61 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Kematian bayi tahunan telah menurun dari 8,4 juta pada 1990-5,4 juta tahun 2010 (Depkes, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan AKB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Bila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Depkes, 2010). AKB di Propinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 10,25/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi tertinggi adalah di Wilayah kota Semarang sebesar 18,59/1.000 kelahiran hidup, sedang terendah adalah di Kab. Demak sebesar 4,42/1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam Indikator Indonesia Sehat tahun 2010 1
2 sebesar 40/1.000 kelahiran hidup, maka AKB di Propinsi Jawa Tengah tahun 2009 sudah melampaui target, demikian juga bila dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDGs (Millenium Development Goals) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup. AKB nasional 2010 sebesar 35 dari 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs (Millenium Development Goals) pada tahun 2015 AKB diperkirakan sebanyak 25 orang per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2009). AKB di Dinas Kesehatan Kota Semarang sebesar 12,15% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011). Kunjungan neonatal pertama (KN1) dan kunjungan neonatal kedua (KN2) tahun 2011 adalah sebesar 87,26% atau pencapaian sebesar 100,32% dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2010 capaian Indikator Kunjungan Neonatal sebesar 84,01% sehingga persentase pencapaian target sebesar 100,01%. Sejak tahun 2007 hingga 2011, pencapaian menunjukkan trend peningkatan yang cukup signifikan, secara rata-rata nasional, telah melebihi target yaitu mencapai 71,4% (target 70%). Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
3 Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pncegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi. Dalam perawatan bayi baru lahir perlu diperhatikan mengenai perawatan tali pusat. Tali pusat merupakan tali penghubung yang memanjang dari umbilikus sampai kepermukaan fetal plasenta. Pada tali pusat terdapat funikulus umbilikalis sampai terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilikus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus. Dalam system kerjanya tali pusat berfungsi sebagai penghubung antara plasenta dan bagian tubuh janin supaya mendapat asupan oksigen, makanan, dan antibody dari ibu. Pada umumnya umbilicus atau tali pusat puput saat satu minggu setelah bayi lahir dan luka sembuh dalam lima belas hari (Baety, 2011). Proses melepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mendukung dan membantu untuk lebih cepat dari 7 hari atau lebih lama (lebih dari 4 minggu). Faktor tersebut mencakup ada tidaknya infeksi pada tali pusat bayi, kebersihan dan sanitasi lingkungan, kelembaban daerah sekitar tali pusat bayi dan cara perawatan tali pusat itu sendiri (Wawan, 2010). Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi diluar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan
4 angka kematian neonatus. Sinsin (2008) menyatakan agar tali pusat yang menempel pada dasar tali pusat bayi tidak terinfeksi, harus dibersihkan tiap hari serta menjaganya agar tetap bersih dan kering. Jika perawatan tali pusat tidak dilakukan maka bayi bisa terinfeksi Tetanus. Penyebab Tetanus Neonatorum adalah clostridium tetani, yang infeksinya biasanya terjadi melalui luka pada tali pusat karena pemotongan talipusat tidak menggunakan alat-alat yang steril hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu atau pisau atau gunting yang tidak disteril dahulu. Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan bedak, kunyit atau jambu biji yang mengakibatkan infeksi tali pusat pada neonatus (Ngastiah, 2005). Studi pendahuluan di RB Citra Insani kepada 10 ibu nifas dengan cara membagikan kuesioner secara langsung kepada responden. Dari 10 ibu nifas masing-masing 2 orang berpengetahuan baik dan cukup, dan 6 orang berpengetahuan kurang (Hasil observasi waktu ditanya kata ibu boleh menggunakan ramuan tradisional). Dari 10 ibu nifas juga didapatkan 2 orang menyatakan bayinya mengalami infeksi tali pusat dikarenakan ibu tidak mengganti kasa pembungkus tali pusat tersebut karena ibu masih kurang pengetahuannya dalam hal perawatan tali pusat. Berdasarkan latar belakang di atas perlu diteliti tentang hubungan pengetahuan dengan sikap tentang perawatan tali pusat (Studi pada ibu nifas di RB Citra Insani Semarang).
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan Apakah ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di RB Citra Insani?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada ibu nifas di RB Citra Insani. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan pengetahuan tentang perawatan tali pusat pada ibu nifas di RB Citra Insani. b. Untuk mendeskripsikan sikap ibu nifas terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di RB Citra Insani. c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di RB Citra Insani Tahun 2012 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Sebagai sumber informasi serta pengetahuan bagi tenaga kesehatan, peneliti dan institusi tentang hubungan pengetahuan dengan sikap perawatan tali pusat studi pada ibu nifas.
6 2. Manfaat teoritis Dapat dijadikan bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan dengan sikap tentang perawatan tali pusat studi pada ibu nifas serta memberi sumbangan pemikiran bagi peneliti untuk dijadikan dasar penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian Judul Populasi Variable Jenis Penelitian Gambaran Ibu nifas Pengetahuan ibu pengetahuan ibu didaerah karang nifas tentang nifas tentang anyar perawatan tali prawatan tali pusat kab.pekalongan pusat pada bayi baru lahir pada bulan diwilayah januari 2009 puskesmas karang sebanyak 63 anyar kab. orang Pekalongan 2009 (Subiyarti, 2009) Efektifitas Bayi baru lahir Variable bebas: Metode perawatan tali pusat yang lahir dari perawatan tali Komparatif metode kering ibu dengan pusat metode terbuka umur kehamilan kering terbuka. dibandingkan aterm dengan Variable terikat: dengan metode kasa persalinan metode kasa kering terhadap normal di kota kering terhadap waktu pelepasan salatiga. waktu pelepasan tali pusat Di bidan tali pusat. praktek swasta (BPS) salatiga Tahun 2008 (Refina sari, 2008) Kesimpulan Deskriptif Hasil penelitian pada 54 ibu nifas didapatkan 46 orang(85,2%) berpengetahuan baik perawatan pusat. tentang tali Ada perbedaan bahwa terdapat nilai signifikan dari keefektifitasan perawatan tali pusat dengan metode kering terbuka dibandingkan kasa kering.
7 Lanjutan Tabel 1.1 keaslian penelitian Judul Populasi Variable Jenis Penelitian Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat Bayi Di Rumah Bersalin Nur Hikmah Desa Kuwaron Gubug Grobogan (Tri Hartini, ) Ibu yang mempunyai bayi yang Bersalin Di Rumah Bersalin Nurhikmah Desa Kuwaron Gubug Grobokan sebanyak 56 orang. Variable bebas: Penyuluhan tentang perawatan tali pusat bayi. Variable terikat: Pengetahuan ibu tentang perawatan pusat tali Eksperime n Semu Kesimpulan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat sebelum penyuluhan adalah cukup sebanyak 31 orang (83,8%) pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat setelah penyuluhan adalah baik sebanyak 31 orang (83,8%) ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p=0,000) Ada. Dari penelitian Subiyarti tentang gambaran pengetahuan ibu nifas pada bayi baru lahir menggunakan metode deskriptif, Refina Sari efektifitas perawatan tali pusat metode kering terbuka dibandingkan dengan metode kassa kering terhadap waktu pelepasan tali pusat menggunakan metode komparatif dan Tri Hartini tentang pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dengan metode eksperimen semu. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu waktu, lokasi dan variabel terikat (sikap).