ANALISIS POTENSI MATA AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Wilayah Perbatasan Kabupaten Lumajang Dan Kabupaten Probolinggo)

dokumen-dokumen yang mirip
Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

METODE. Waktu dan Tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN I-1

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Bab 1 Pendahuluan I - 1

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

III. BAHAN DAN METODE

Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan Babakan Jawa Kecamatan Majalengka dan Sekitarnya Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Longsor

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

Program Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mei, 2013) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

Jurnal APLIKASI ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sukajadi dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Bab I Pendahuluan)

KABUPATEN PURWAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.2 Lokasi Penelitian

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

Arahan Penataan Lahan Kritis Bekas Kegiatan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Sekitar Kaki Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

2.7.6 Faktor Pembatas BAB III METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Bahan Lokasi Penelitian...

Pemanfaatan Citra landsat 8 dan SIG untuk Pemetaan Kawasan Resapan Air (Lereng Barat Gunung Lawu)

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI UNIT GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN (DA) CI MANDIRI, SUKABUMI TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

Transkripsi:

ANALISIS POTENSI MATA AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Wilayah Perbatasan Kabupaten Lumajang Dan Kabupaten Probolinggo) Teguh Hariyanto 1,Sri Aditya Ekaprathama,, Akbar Kurniawan 1,2,3 Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111 e-mail : teguh_hr@geodesy.its.ac.id 1 Abstrak Ketersediaan air merupakan sumberdaya utama bagi kehidupan manusia. Perkembangan Kawasan perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo saat ini telah mengakibatkan perubahan berbagai aspek baik kondisi fisik, lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya. Pertumbuhan daerah juga diikuti dengan peningkatan ekploitasi sumber daya air yang ada. Pemanfaatan air bawah tanah terus mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya kegiatan pertanian, perkebunan, pengolahan ladang serta untuk pemenuhan kebutuhan pemukiman. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan pada kawasan tersebut, hal ini dapat diantisipasi dengan salah satu cara yang dapat dilakukan yakni melakukan klasifikasi potensi mata air dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Klasifikasi potensi mata air merupakan hasil berdasarkan overlay dari hasil analisis dari berbagai parameter yang telah ditentukan. Kemudian daerah yang memiliki potensi mata air hanya terdapat di Kecamatan Tiris dengan jumlah titik potensi mata air sebanyak 5 titik. Kata kunci : Lumajang, Probolinggo, Potensi Sumber Air, Potensi Mata Air, SIG. PENDAHULUAN Air permukaan dan air tanah merupakan sumberdaya yang utama bagi kehidupan manusia dan semua makhluk hidup. Ketersediaan air sebagai sumberdaya yang terbarui sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap dinamika ekonomi pada sektor pertanian, perikanan, industri, perdagangan, transportasi, energi, pariwisata, dan lain sebagainya. Pertumbuhan Kawasan perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo juga diikuti dengan peningkatan ekploitasi sumber daya air yang ada. Pemanfaatan air bawah tanah terus mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya kegiatan pertanian, perkebunan, pengolahan ladang serta untuk pemenuhan kebutuhan pemukiman. Sumber daya air dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan air pada jaringan irigasi pertanian. Berkurangnya cadangan air permukaan terutama disebabkan oleh perubahan areal-areal yang semula daerah resapan air menjadi lapisan kedap air seperti kompleks perumahan, lahan parkir, jalan aspal dan sebagainya yang kesemuanya menyebabkan recharge air permukaan dari peresapan air hujan berkurang[1]. Melihat bahasan diatas maka diperlukan suatu upaya identifikasi potensi mata air di Kawasan perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. dengan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) ditunjang data sekunder yang mendukung. Untuk menentukan klasifikasi potensi mata air diperlukan hasil overlay dari peta potensi mata air berasal dari peta kelerengan lahan, peta aliran permukaan, data sesar, data kontur serta data klasifikasi lapisan akuifer. METODA Lokasi penelitian di kawasan perbatasan Kabupaten Lumajang tepatnya pada Kecamatan Ranuyoso dan Kabupaten Probolinggo tepatnya pada Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Banyuanyar, Kecamatan Tiris. Lokasi area penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut: 158

Analisis Potensi Mata Air Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Wilayah Perbatasan Kabupaten Lumajang Dan Kabupaten Probolinggo) DEM Hidrogeologi Klasifikasi Ketinggian Lahan Pembuatan Gradient Slope Pembuatan Flow Accumulation Pembuatan Kontur interval 50m Klasifikasi Akuifer Peta Kelerengan Lahan Peta Aliran Permukaan Jaringan Sungai Gambar 1. Lokasi Penelitian (BIG,2015) Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Digital Elevation Model (DEM) dengan jenis TerraSAR-X Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo tahun 2014. 2. Hidrogeologi Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo tahun 1981 diperoleh dari Badan Geologi Kementrian ESDM. 3. Geologi Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo tahun 1992 diperoleh dari Badan Geologi Kementrian ESDM. 4. jaringan sungai pada Kabupaten Lumajang yakni : Kecamatan Ranuyoso dan untuk Kabupaten Probolinggo yakni : Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Banyuanyar, Kecamatan Tiris. Tahun 2001 diperoleh dari Badan Informasi Geospasial 5. Sumur Bor Kabupaten Probolinggo tahun 2016 diperoleh dari Dinas Pengembangan Proyek Air Tanah. Tahapan-tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Geologi Identifikasi Geomorfologi Overlay Klasifikasi Potensi Mata Air Sumur Bor Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Pada proses pengolahan data DEM (Digital Elevation Model) dilakukan pembuatan elevasi lahan agar dapat dilakukan pengamatan ketinggian lahan gradient slope (kelerengan lahan) agar dapat dilakukan pengamatan sehingga dapat ditentukan kawasan landai maupun curam pada area peneliti yang nantinya akan menghasilkan peta kelerengan lahan. Pembuatan flow accumulation (aliran permukaan) dilakukan untuk melihat ujung dari aliran permukaan yang kemudian di overlay dengan data jaringan sungai yang nantinya dapat diamati ujung dari hasil alur tersebut berupa hulu sungai dimana terdapat kemungkinan adanya potensi mata air. Serta pembuatan kontur untuk mengetahui topografi dari daerah area penelitian.pengamatan data geologi untuk mengidentifikasi geomorfologi yang didalamnya terdapat identifikasi patahan geologi yang kemudian dilakukan validasi dengan hasil peta kemiringan lahan, peta aliran permukaan dan data kontur. Analisis dikembangkan dengan adanya data hidrogeologi yang digunakan berupa data klasifikasi akuifer dilanjutkan dengan melakukan validasi dengan data sumur bor 159

untuk melakukan analisis potensi mata air pada SIG. Pada pengolahan data DEM yang berasal dari satelit TerraSAR-X. Proses pertama yang dilakukan yakni pengolahan data elevasi dengan klasifikasi yang tercantum pada tabel 1 Tabel 1. Klasifikasi Ketinggian Lahan No Ketinggian (m) Unsur Morfografi 1 <50 ran Rendah 2 50-100 ran Rendah Pedalaman 3 100-200 Perbukitan Rendah 4 200-500 Perbukitan 5 500-1.500 Perbukitan Tinggi 6 1.500-3.000 Pegunungan Sumber : Van Zuidam, 1985 Gambar 3. Peta Kelerengan Lahan Pengolahan selanjutnya adalah pemetaan akumulasi aliran air permukaan pada area penelitian dari jalur yang terbentuk kemudian ditumpang-tindihkan dengan data jaringan sungai sebagai pembanding yang mempunyai hasil di gambar 4 Gambar 2. Elevasi Lahan Proses selanjutnya yakni pembuatan gradient slope untuk kemudian diklasifikasikan sesuai dengan referensi yang tercantum pada tabel 2 Tabel 2. Klasifikasi Kelerengan Lahan No Kemiringan Lereng (%) Keterangan 1 0-2 r - Hampir r 2 3-7 Sangat Landai 3 8-13 Landai 4 14-20 Agak Curam 5 21-55 Curam 6 56-140 Sanngat Curam 7 > 140 Terjal Sumber : Departemen Kehutanan, 1986 Gambar 4. Peta Akumulasi Aliran Permukaan Pengolahan data geologi berasal dari data peta geologi tahun 1992 yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementrian ESDM dengan melakukan proses pengamatan sesar ataupun patahan geologi[4] yang terdapat pada area penelitian. Adapun hasil analisis ini dapat dilihat pada gambar 5. Sehingga data kelerengan lahan dapat disajikan dalam bentuk peta kelerengan lahan yang dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 5. Lokasi Sesar pada Area Penelitian 160

Analisis Potensi Mata Air Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Wilayah Perbatasan Kabupaten Lumajang Dan Kabupaten Probolinggo) Pengolahan data hidrogeologi berasal dari peta hidrogeologi tahun 1981 yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementrian ESDM. Adapun hasil identifikasi dari klasifikasi data Akuifer pada area penelitian sebagai berikut Gambar 7. Peta Potensi Mata Air Yang kemudian divalidasi dengan dengan lapisan akuifer dan kontur dengan hasil : Gambar 6. Klasifikasi Lapisan Akuifer Dengan klasifikasi skring seperti berikut : Tabel 3. Skoring Produktifitas Lapisan Akuifer No Tipe Akuifer Kelas Skor 1 Tinggi dengan Tinggi 4 Penyebaran Luas 2 Sedang dengan Sedang 3 Penyebaran Luas 3 Setempat Rendah 2 4 Daerah Air Tanah Langka Langka 1 Analisis potensi mata air berdasarkan dari hasil analisis morfologi yang merupakan overlay dari hasil pengolahan data DEM yakni peta kelerengan, peta akumulasi aliran permukaan, kemudian dioverlay dengan data sesar hasil pengolahan peta geologi yang kemudian titik potensi mata air dilihat dari perpotongan antara sesar dan akumulasi aliran permukaan yang memungkinkan timbulnya potensi mata air rekahan. Hasil dari analisis ini dapat dilihat pada gambar 7 berikut : Gambar 8. Validasi Potensi Mata Air Terakhir validasi dilakukan dengan melakukan overlay data sumur bor yang berasal dari data oleh instansi Pengembangan Proyek Air Tanah (P2AT) dimana data tersebut mampu menjelaskan gambaran umum dari potensi air tanah yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 4. Daftar Sumur Bor P2AT Nomor/ Lokasi Di bor Tahun Kedalaman Potensi Air Tanah Fungsi No Keterangan Kode Desa Kecamatan Anggaran Sumur (m) SWL (m) S (m) Q (l/dt) Sumur 1 SDPB.050 Pesawahan Tiris 1981/1982 50.00 47.70 4.10 0.50 Air Minum Pemda Sumber : Pengembangan Proyek Air Tanah, 2017 Dari tabel tersebut lalu kemudian digambarkan pada peta validasi sebelumnya seperti pada gambar 9. 161

KESIMPULAN Berdasarkan dari pengolahan dan hasil dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut Gambar 9. Validasi Potensi Mata Air Berdasarkan P2AT Dari gambar 7, 8, dan 9 dapat disimpulkan secara administratif titik potensi mata air hanya berada pada Kecamatan Tiris hal ini dikarenakan sesar atau patahan geologi berpusat pada area tersebut. Adapun sesar yang melintasi hingga Kecamatan Ranuyoso tidak didukung dengan adanya akumulasi aliran permukaan pada daerah tersebut yang mendekati sesar. Pada titik potensi mata air dipilih pada area perpotongan antara akumulasi aliran permukaan dengan sesar dimana terdapat kemungkinan munculnya mata air rekahan, analisis ini menghasilkan lima titik potensi mata air. Hasil diatas divalidasikan dengan lapisan akuifer dimana titik pertama terdapat pada lapisan akuifer dengan tingkat produktif tinggi dan empat titik lainnya terdapat pada lapisan akuifer dengan tingkat produktif sedang yang kemudian di lakukan overlay dengan data yang diperoleh dari P2AT menunjukkan bahwa data sumur bor yang dilakukan terletak di area yang sama pada dua titik potensi mata air akan muncul. Dan terakhir dilakukan overlay titik pada garis kontur dimana letak titik potensi sumber mata air terdapat pada tabel 4 Tabel 5. Titik Potensi Mata Air Terhadap Elevasi No Titik Letak Ketinggian Unsur Morfografi 1 1 160-200 Perbukitan Rendah 2 2 450-500 Perbukitan 3 3 450-500 Perbukitan 4 4 250-300 Perbukitan 5 5 200-250 Perbukitan 1. Pada penentuan potensi mata air diperlukan kriteria dari data kelerengan lahan, akumulasi aliran permukaan, kontur, klasifikasi akuifer, sesar atau patahan geologi dan sumur bor. 2. Penyajian informasi berbasis spasial mengenai potensi sumber mata air yang terdiri dari hasil pengolahan dan overlay data kelerengan dengan kelas klasifikasi kelerengan landai (0-2%) hingga terjal (>140%), kemudian data akumulasi aliran permukaan dan data kontur dengan kelas interval tiap 50 m, data patahan geologi serta data akuifer dengan kelas klasifikasi menjadi empat kelas yaitu langka (daerah air tanah langka), rendah (akuifer produktif setempat), sedang (akuifer produktif sedang), dan tinggi (akuifer produktif tinggi). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Departemen Kehutanan, Jakarta. P2AT. 2016. Jumlah Lobang Pengeboran Berikut Spesifikasi Konstruksi Sumur. Dinas Pengembangan Proyek Air Tanah, Surabaya. Ragan, D.M. 2009. Structural Geology : An Introduction to Geometrical Techniques. Fourth edn. Arizona : Cambridge University Press. Wedehanto, S. 2004. Penggunaan Citra Satelit Landsat 7 ETM untuk Menduga Keberadaan Air Tanah (Studi Kasus Pemboran Sumur P2AT di Wilayah Kabupaten Madiun). Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Zuidam, R.A. Van. Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and Geomorphology Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC. 162