BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Cilacap merupakan satu dari kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang sebagian besar luas lahannya digunakan untuk pertanian. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Cilacap didominasi dengan mata pencaharian di sektor pertanian hal ini ditunjukkan dengan lahan seluas 129.476 Ha yang digunakan untuk pertanian dan 298.446 Ha lahan kering dari total lahan seluas 427.922 Ha Kabupaten Cilacap pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Cilacap). Kecamatan Kedungreja merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap. Luas wilayah Kecamatan Kedungreja seluas 71,43 km 2 atau 3,17% dari luas wilayah Kabupaten Cilacap, dengan ketinggian rata-rata 5 meter diatas permukaan laut. Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Kedungreja terbagi menjadi 2 yaitu 4.636,6 Ha tanah sawah (64,9%) dan tanah kering seluas 2.507,3 Ha (35,1%). Jadi sebagian besar wilayah Kedungreja merupakan lahan pertanian berupa sawah. Dilihat dari data tersebut bahwa pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat Kedungreja (Kecamatan Kedungreja dalam Angka 2015). 1
Luas panen pertanian padi Kecamatan Kedungreja per tahun 2015 seluas 9176 Ha dengan produktivitas sebesar 64,50 Kw/Ha atau setara dengan 5,9167 ton/ha (BPS Cilacap 2015). Keberhasilan produksi padi didukung dengan kondisi alam dan iklim yang cocok untuk pertanian. Namun, faktor curah hujan juga menentukan jumlah produksi padi Kecamatan Kedungreja antar musim hujan dan musim kemarau. Kecamatan Kedungreja mempunyai ketingian 4-5 meter dari permukaan laut (dpl), dengan kemiringan lereng 0-2%, jenis tanah termasuk kelompok asosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kelabuan, dengan batuan induk endapan lempung dan pasir ph antara 5,5-7. Fisiografi tanah dataran dan perbukitan, kondisi tersebut mengakibatkan Kecamatan Kedungreja sering mengalami kekeringan yang cukup tinggi pada musim kemarau dan terjadi banjir pada musim hujan. Kecamatan Kedungreja memiliki saluran irigasi dengan panjang total 107.911 meter yang sebagian besar 54.731 meter (50,71%) merupakan saluran tanah. Sungai yang menjadi tumpuan saluran air di Kecamatan Kedungreja yaitu Sungai Citanduy dan sungai Ciberem (BP2KP Kecamatan Kedungreja 2016). Petani di Kecamatan Kedungreja memiliki cukup banyak varietas padi yang biasa ditanam seperti jenis padi Ciherang, Hibrida DG-1, Logawa, C. Muncul, Mekongga, Inpari 21, IR Gu, Situ Bagendit, Cigelis, Brunai, dan 2
Mapan B.9. Varietas padi yang digunakan sebagian besar petani di Kecamtan Kedungreja yatiu jenis Logawa dan Ciherang. (BP2KP Kecamatan Kedungreja). Tabel 1.1 Data curah hujan Kecamatan Kedungreja (mm) tahun 2012 2016 Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 Januari 238 158 214 176 118 Februari 177 290 215 189 238 Maret 171 163 69-127 April 266 169 193 215 216 Mei 127 161 90 30 294 Juni 8 127 39 10 155 Juli - 216 144-110 Agustus - 15 21-64 September - - - - 114 Oktober 109 82 - - 232 November 223 43 171 142 - Desember - 303 351 179 - Total 1319 1727 1507 941 1668 Rata rata 164,87 157 150,7 134,4 166,8 Sumber : Kecamatan Kedungreja 2016 Dari tabel 1.1 data curah hujan Kecamatan Kedungreja menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi pada tahun 2013 dengan jumlah 1727 mm/tahun 3
sedangkan curah hujan terendah pada tahun 2015 dengan jumlah 941 mm/tahun. Pergantian musim penghujan dan kemarau memberikan perbedaan pada hasil produksi pertanian masyarakat. Ketersediaan air memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman sebagai pembentuk karbohidrat dan menjaga hidrasi sebagai pengangkut serta menstranslokasikan makanan dan unsur-unsur mineral. Curah hujan memberikan dampak pada pengikisan dan pencucian terhadap tanah serta berpengaruh pada persediaan air yang sering kali menjadi penghambat produktivitas pertanian (Kartasapoetra,2008). Menurut metode Oldeman (1975) dalam Kartasapoetra (2008), jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija curah hujan yang diperlukan sebesar 100 mm tiap bulan. Curah hujan yang turun selama 5 bulan cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu kali musim panen. Tabel 1.2 Data produktivitas padi tahun 2010 2015 di Kecamatan Kedungreja Produktivitas Ton/Ha 2010 5,2267 2011 5,5085 2012 5,2210 2013 5,5098 4
2014 5,5284 2015 5,9127 Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 2010 2015 Dari tabel 1.2 data produktivitas pertanian padi Kecamatan Kedungreja menunjukkan bahwa jumlah produktivitas tertinggi pada tahun 2015 dengan jumlah 5,9127 ton/ha sedangkan jumlah produktivitas terendah pada tahun 2012 dengan jumlah 5,2210 ton/ha. Perubahan musim yang tidak menentu menyebabkan jumlah curah hujan yang turun berbeda berdampak pada hasil panen padi. Keberhasilan kegiatan pertanian dalam mencapai hasil panen yang maksimal bukan hanya bergantung pada kondisi iklim dan musim akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti bibit yang unggul, irigasi yang baik, pengelolaan dan perawatan. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kajian Komparasi Produktivitas Pertanian Padi Antara Musih Hujan dan Musim Kemarau di Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu: bagaimana perbandingan produktivitas padi 5
antara musim hujan dan kemarau di Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui perbandingan produktivitas pertanian padi antara musim hujan dan musim kemarau di Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. 1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Masyarakat a. Sebagai masukan bagi seluruh masyarakat Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap untuk meningkatkan produktivitas pertanian padi. b. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat mengelola lahan pertanian untuk memaksimalkan produktivitas pertanian. 2. Bagi Pemerintah Kecamatan: sebagai masukan untuk dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian padi desa-desa di Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. Bagi Peneliti: Sebagai wadah penyaluran kreatifitas, inisiatif, inovasi, yang termanifestasi dalam aplikasi penguasaan ilmu. 6