BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENYEBARAN TERNAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK PEMERINTAH DI KABUPATEN SITUBONDO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 56 SERI E

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

L E M B A R A N D A E R A H PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN TERNAK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2010

P E R A T U R A N D A E R A H

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

TENTANG BUPATI BALANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G POLA PENGEMBANGAN TERNAK PEMERINTAH DI KABUPATEN KAPUAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 63 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TERNAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN WALIKOT,A SURAKARTA NOMOR : 23 TAHVN 2iOIO TENTANG PEDOMAN PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN 'TERNAK BIBPT WALIKOTA SURAKARTA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 39 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERMOHONAN DAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN BUPATI MALANG,

-3- BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTRA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2011

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 18 SERI E

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2009

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG. KEWENANGAN PERIKATAN PINJAMAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PERATURAN BUPATI CIANJUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 2 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 06 TAHUN 1995 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

S A L I N A N Nomor 17/D 2002.

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

GUBERNUR GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 21 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENYEBARAN TERNAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pembangunan di bidang peternakan, Pemerintah Kabupaten Malang melaksanakan program penyebaran dan pengembangan ternak, melalui pembinaan maupun memberikan bantuan berbentuk ternak yang dipelihara oleh petani penggaduh sesuai lokasi penyebaran ternak yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang ; b. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a konsideran menimbang ini, maka perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang Penyebaran Ternak Pemerintah Kabupaten Malang dengan Peraturan Bupati. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;

2 4. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2004 Nomor 1/D), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 24 Tahun 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006 Nomor 2/D) ; 5. Keputusan Bupati Malang Nomor 95 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2004 Nomor 57/D). Memperhatikan : 1. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 417/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman Umum Penyebaran dan Pengembangan Ternak ; 2. Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor : 50/HK.050/Kpts/1293 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyebaran dan Pengembangan Ternak Pemerintah ; 3. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyebaran Ternak Pemerintah Propinsi Jawa Timur. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENYEBARAN TERNAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Malang ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang ; 3. Bupati adalah Bupati Malang ; 4. Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang ; 5. Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan adalah Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang ; 6. Ternak pemerintah adalah ternak sapi kereman, sapi bibit potong/perah dan kambing milik pemerintah yang digaduhkan kepada petani ternak, yang sumber dana pengadaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah berikut ternak hasil redistribusinya ;

3 7. Petani penggaduh ternak pemerintah yang selanjutnya disebut penggaduh adalah petani penerima ternak pemerintah berdasarkan surat perjanjian ; 8. Ternak sapi bibit adalah ternak sapi betina yang memenuhi standar teknis sebagai bibit ternak yang disebarkan kepada penggaduh untuk dikembangbiakkan ; 9. Sistem gaduhan adalah sistem penyebaran ternak yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat melalui pemberian pinjaman bantuan ternak kepada peternak, yang sistem pengembaliannya dapat berupa ternak ; 10. Ternak setoran adalah pengembalian pinjaman dalam bentuk ternak atau uang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati ; 11. Perguliran adalah setoran yang akan disebarkan kepada peternak lain ; 12. Redistribusi ternak (penyebaran kembali ternak) adalah penyebaran ternak perguliran kepada petani lainnya yang belum menerima bantuan ; 13. Ternak majir adalah ternak bibit jantan/betina yang alat reproduksinya tidak dapat berfungsi dan dinyatakan majir oleh petugas yang berwenang ; 14. Ternak tidak layak adalah ternak yang tidak memenuhi standar teknis ternak bibit ; 15. Penghapusan ternak pemerintah adalah tindakan administratif penghapusan ternak dari kekayaan pemerintah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Penyebaran dan pengembangan ternak pemerintah kepada penggaduh dilakukan dengan maksud untuk menambah populasi, produksi hasil ternak serta kesempatan berusaha ; (2) Perguliran ternak pemerintah bertujuan untuk mempercepat peningkatan pendapatan petani dan mengentas kemiskinan. BAB III SISTEM PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 3 (1) Penyebaran dan pengembangan ternak pemerintah dengan cara perguliran dilaksanakan oleh Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ;

4 (2) Pemberian ternak pemerintah yang disebarkan kepada penggaduh dilaksanakan dalam bentuk ternak dengan kesepakatan kemitraan ; (3) Jenis dan spesifikasi ternak yang disebarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan ; (4) Jangka waktu bantuan ternak sapi bibit potong/perah paling lama 3 (tiga) tahun sedangkan untuk ternak kambing paling lama 2 (dua) tahun. Pasal 4 (1) Penyerahan ternak pemerintah dalam rangka penyebaran ternak dengan cara perguliran dilakukan dengan surat perjanjian di atas surat bermaterai cukup dan ditandatangani oleh penggaduh dan Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan ; (2) Formulir, tata cara penyerahan dan penandatanganan surat perjanjian diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan. BAB IV SYARAT PENGGADUH Pasal 5 (1) Sasaran penyebaran dan pengembangan ternak pemerintah yaitu penggaduh yang memenuhi persyaratan ; (2) Syarat-syarat penggaduh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. mempunyai tempat tinggal tetap ; b. sudah berkeluarga dan tidak menggantungkan hidupnya kepada orang tua atau orang lain ; c. berbadan sehat ; d. berkelakuan baik ; dan e. mampu memelihara ternak yang diterima dan bersedia memenuhi ketentuan penggaduhan ternak yang berlaku. (3) Calon penggaduh yang telah dilakukan seleksi memenuhi persyaratan/kriteria sebagai penggaduh sebagaimana dimaksud pada ayat (2), selanjutnya ditetapkan sebagai penggaduh dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan.

5 BAB V KEWAJIBAN DAN HAK Pasal 6 (1) Kewajiban penggaduh : a. menyediakan kandang ; b. menyediakan hijauan pakan ternak ; c. memelihara ternaknya dengan baik ; d. melaporkan secepatnya kepada Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan apabila terjadi sesuatu hal atas ternaknya ; e. untuk penggaduh sapi bibit potong/perah, dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun wajib menyerahkan keturunannya dengan jumlah, umur dan besar yang sama dengan ternak pada saat diterima atau uang sebesar nilai kontrak, dan disetor ke Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan ; f. untuk penggaduh kambing betina dalam jangka waktu 2 (dua) tahun wajib menyerahkan keturunannya sebanyak 2 (dua) ekor yang umur dan besarnya sama dengan ternak betina pada saat diterima atau uang sebesar nilai kontrak, dan disetor ke Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan ; g. untuk penggaduh kambing jantan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun wajib menyerahkan keturunannya sebanyak 1(satu) ekor yang umur dan besarnya sama dengan ternak jantan pada saat diterima atau uang sebesar nilai kontrak, dan disetor ke Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan ; h. untuk penggaduh sapi kereman dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, wajib melaporkan ternak yang dipeliharanya kepada Pemerintah untuk dijual bersama. (2) Hak Penggaduh : a. setelah penggaduh sapi bibit potong/perah dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun memenuhi kewajiban setor keturunannya kepada Pemerintah, maka penggaduh berhak memiliki ternak induk awal yang diterimanya ; b. setelah penggaduh ternak kambing dalam jangka waktu 2 (dua) tahun memenuhi kewajibannya, maka penggaduh berhak memiliki ternak induk awal yang diterimanya ; c. setelah penggaduh sapi kereman dalam jangka waktu 1 (satu) tahun memenuhi kewajibannya, maka penggaduh mendapatkan bagian 70 % (tujuh puluh persen) dari keuntungan (selisih antara penjualan dengan pembelian), sedangkan Pemerintah mendapatkan seluruh sisa hasil penjualan setelah dikurangi hak penggaduh tersebut ; d. penggaduh berhak atas pemanfaatan limbah kotoran ternaknya.

6 Pasal 7 Hasil setoran ternak sapi bibit potong/perah atau uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e, selanjutnya akan digulirkan pada peternak lain yang penyebarannya diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan. BAB VI RESIKO DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 8 (1) Dalam hal ternak pemerintah yang dipelihara penggaduh mati, hilang atau dipotong paksa karena kesalahan atau kelalaian penggaduh, maka penggaduh yang bersangkutan wajib mengganti ternak dimaksud ; (2) Dalam hal ternak ternyata majir bukan karena kesalahan penggaduh, penggaduh wajib menyerahkan ternak tersebut kepada Pemerintah untuk dijual dan dengan hasil penjualan tersebut, penggaduh yang bersangkutan mendapat bagian 25% (dua puluh lima persen) sedangkan pemerintah 75% (tujuh puluh lima persen) dari harga ternak ; (3) Dalam hal ternak yang ternyata karena sesuatu hal terpaksa harus dipotong, penggaduh wajib menyerahkan ternak yang bersangkutan kepada pemerintah untuk dijual, penggaduh mendapat 25% (dua puluh lima persen) sedangkan pemerintah 75% (tujuh puluh lima persen) ; (4) Dalam hal ternak sapi pemerintah yang dipelihara penggaduh mati, hilang atau dipotong paksa bukan karena kesalahan atau kelalaian penggaduh, maka penggaduh yang bersangkutan bebas dari tanggung jawab untuk mengganti ternak dimaksud ; (5) Dalam hal ternak ternyata majir, penggaduh dapat menukarkan ternak yang bersangkutan dengan ternak baru setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim teknis dan disetujui oleh Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan ; (6) Penetapan suatu kejadian mati, hilang atau dipotong paksa yang merupakan kesalahan atau kelalaian penggaduh atau bukan, ditentukan oleh suatu tim yang dibentuk oleh Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan. Pasal 9 (1) Ternak pemerintah yang mati, hilang, potong paksa, lunas dan dijual karena selesainya waktu perjanjian serta ternak-ternak yang tidak dapat dikembalikan sesuai dengan kontrak dihapuskan dari daftar aset ;

7 (2) Keputusan penghapusan ternak pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan kepada Bupati ; (3) Tata cara penghapusan ternak sistem gaduhan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 10 Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan bertanggungjawab atas pengawasan terhadap penyelenggaraan penyebaran dan pengembangan ternak pemerintah serta melaporkan secara berkala kepada Bupati. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 11 Hal-hal yang belum dan belum cukup diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Malang. Ditetapkan di Malang pada tanggal 19 September 2007 BUPATI MALANG Ttd, SUJUD PRIBADI

8 Diundangkan di Malang pada tanggal 20 September 2007 SEKRETARIS DAERAH Ttd BETJIK SOEDJARWOKO NIP. 510 073 302 Berita Daerah Kabupaten Malang Tahun 2007 Nomor 4/E