PERBEDAAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA BBLR YANG DIBERI ASI DENGAN BBLR YANG DIBERI PASI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

*Armi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa variabel. Dengan teknik korelasi dapat diketahui hubungan variasi

EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI PREMATUR DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT IMELDA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak. (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali lebih tinggi

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 3 4 BULAN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU USIA MUDA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

PERBEDAAN FREKUENSI MENYUSU ASI EKSKLUSIF SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PIJAT BAYI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i3 ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DENGAN YANG DIBERIKAN MP-ASI DI KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

1

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang variabel

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

DEWI SUSANTI ( S)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Susi Widiawati Dosen STIKES Harapan Ibu Jambi ABSTRAKS

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

Transkripsi:

PERBEDAAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA BBLR YANG DIBERI ASI DENGAN BBLR YANG DIBERI PASI Meitha Putri Ramadhanti Azwar ¹) Nora Isa Tri Novadela ²) ¹) RSUD dr. H. Abdoel Moeloek B. Lampung dan ²) Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang E_mail : nora_novadela@yahoo.co.id Abstrak : Perbedaan Kenaikan Berat Badan Pada BBLR yang Diberi ASI dengan BBLR yang diberi PASI. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan penyumbang utama kematian neonatal. Masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya angka kejadian BBLR di RSUAM Bandar Lampung tahun 2011 yaitu 14,6% (378) dari 2669 kelahiran hidup dan belum diketahui perbedaan peningkatan BB pada BBLR yang diberi ASI dengan BBLR yang diberi PASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kenaikan berat badan pada BBLR yang diberi ASI dengan BBLR yang diberi PASI di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2012. Desain penelitian ini adalah pra eksperimen dengan pendekatan dengan pendekatan two group prepost test design. Populasinya seluruh bayi BBLR di RSUAM Bandar Lampung pada bulan Mei-Juni 2012, sejumlah 45 bayi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling dengan kriteria sampel BB bayi < 2000 gram dan diatas > 1500 gram, umur >7 hari sebanyak 12 bayi. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penimbangan terhadap BBLR yang diberi ASI maupun PASI. Analisa univariat dengan mencari Mean, analisa bivariat menggunakan uji t-dependent dan uji t-independent. Hasil penelitian diperoleh : rata-rata asupan ASI adalah 3200,00 dengan SD 316,228 dan pada BBLR sesudah memperoleh asupan PASI adalah 2633,33 dengan SD 150,555. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kenaikan berat badan pada BBLR yang memperoleh ASI dan pada BBLR yang memperoleh PASI di RSUD Abdul Moelok Provinsi Lampung Tahun 2012 (P value 0,003). Saran kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai faktor ibu yang dapat mendukung dalam peningkatan BB pada BBLR. Kepada RSUDAM agar memberikan peraturan terhadap ruangan perinatologi dan nakes lainnya untuk mendahulukan pemberian ASI yang merupakan nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang BBLR serta mengirim nakes untuk mengikuti pelatihan BBLR yang terbaru. Kepada petugas kesehatan agar selalu memberikan informasi terhadap ibu-ibu bersalin maupun keluarga mengenai nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang bayi, terutama pada BBLR setiap 1 bulan sekali. Kata Kunci : BBLR, ASI, PASI PENDAHULUAN Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan penyumbang utama kematian neonatal (Sari Pediatri, 2000). Di negara-negara berkembang seperti Indonesia morbiditas dan mortalitas BBLR masih tinggi. Masalah BBLR merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus karena BBLR dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik, pertumbuhan terhambat dan gangguan perkembangan mental pada masa mendatang (Depkes RI, 2001). Selain itu masalah yang sering terjadi pada BBLR adalah sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi, hiperbilirubinemia, hipotermia dan pneumonia aspirasi (JNPKKR-POGI, 2005). Setiap tahun BBLR di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta. Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan 98% kematian ini berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Di laporan WHO yang dikutip dari State of the world s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh BBLR. namun sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena kematian selain disebabkan BBLR juga disebabkan sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital. Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85%, di propinsi Lampung pada tahun 2006 58

terdapat terdapat 571 bayi dari 158.354 jumlah kelahiran (Dinkes Propinsi Lampung, 2006). Di Kota Bandar Lampung terdapat 35 bayi lahir dari 19.578 jumlah kelahiran. Bayi BBLR sangat membutuhkan perawatan yang baik yaitu menjaga stabilitas suhu tubuh, pengawasan terhadap pemberian nutrisi. Salah satu perawatan terhadap bayi BBLR adalah pemberian nutrisi yang adekuat. ASI dipertimbangan sebagai pilihan terbaik untuk nutrisi enteral dan disarankan karena mempunyai susunan yang paling sesuai untuk pencernaan dan pertumbuhan bayi. ASI memberikan pengaruh protektif untuk melawan infeksi karena mengandung zat-zat kekebalan selain itu dengan memberikan ASI akan memperbaiki hubungan psikologis antara bayi dan ibunya ( Perinasia, 2003). Berdasarkan pada pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Pada kenyataannya di Indonesia masih diberi penambahan PASI terhadap BBLR dikarenakan banyak keadaan yang terjadi pada Ibu seperti Ibu post SC, ASI ibu belum keluar, dan mastitis. Hal tersebut disebabkan BBLR membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat, sampai produksi ASI ibu sudah mumpuni. Pemberian nurisi yang adekuat berimbas kepada kenaikan BB pada BBLR. Hasil pre suvey di ruang bersalin RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun april-des 2011 dari 2669 jumlah kelahiran hidup terdapat 378 bayi lahir hidup dengan BBLR dan BBLR yang diberi ASI mengalami peningkatan BB sebanyak 250 gr/minggu, dimulai dari minggu kedua. METODE Desain Penelitian menggunakan pra eksperimen dengan pendekatan two group prepost test design. Rancangan two group pra-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti.(notoatmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi BBLR di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2012 pada bulan Mei-Juni 2012 yang berjumlah 45 bayi. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling dengan kriteria sampel BB bayi < 2000 gram dan diatas > 1500 gram, umur >7 hari sebanyak 12 bayi. Pengumpulan data numerik terutama data mengenai berat bayi pada BBLR sebelum dan sesudah diberi ASI dengan BBLR yang diberi PASI diperoleh dengan cara penimbangan dengan menggunakan alat timbangan BB, dan hasil ukur kenaikan BB dalam satuan ukur gram (gr), lalu dicatat dalam daftar catatan. Skala yang digunakan adalah interval. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh para petugas kesehatan yang bekerja di tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUAM Bandar lampung pada bulan Mei-Juni 2012. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan Editing, Coding, Processing/Data Entry, Cleaning. Analisis Data : Analisis Univariat dan Analisa Bivariati digunakan untuk melihat hubungan antara variable independent dengan variable dependen dengan uji statistic Uji T 2 variabel, uji ini digunakan untuk menguji generalisasi dari hasil analisis, caranya adalah: Menentukan hipotesis, Mecari rata-rata, standar deviasi, varians dan korelasi dan Mencari t- Independent. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat BB Sebelum Memperoleh Asupan Nutrisi Tabel 1 : Distribusi BBLR Berdasarkan BB Sebelum Memperoleh Asupan Nutrisi No Var Mean SD 1 2 BB sblm ASI(gr) BB sblm PASI(gr Min Mak 1716,67 147,196 150019 00 1700 141,421 150019 00 95% CI 1562,19 1871,14 1551,59 1848,41 Hasil analisis didapatkan rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh ASI adalah 1716,67 (95% CI: 1562,19-1871,14), dengan standar deviasi 147,196. BB terendah adalah 1500 dan BB yang tertinggi adalah 1900. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh asupan nutrisi ASI adalah diantara 1562,19 sampai dengan 1871,14. Selanjutnya hasil analisis didapatkan rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh PASI adalah 1700 (95% CI: 1551,59-59

1848,41), dengan standar deviasi 141,421. BB terendah adalah 1500 dan BB yang tertinggi adalah 1900. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa ratarata BB pada BBLR sebelum memperoleh asupan nutrisi ASI adalah diantara 1551,59 sampai 1848,41. BB Sesudah Memperoleh Asupan Nutrisi Tabel 2 :Distribusi BBLR Berdasarkan BB Sesudah Memperoleh Asupan Nutrisi No Variabel Mean SD MinMak 95% CI 1 BB sesudah ASI(gr) 3200, 00 316,2 28 2900-3800 2868,14-3531,86 2 BB sesudah PASI (gr) 2633, 33 150,5 55 2500-2900 2475,34-2791,33 Hasil analisis didapatkan rata-rata BB pada BBLR sesudah memperoleh ASI adalah 3200,00 (95% CI: 2868,14-3531,86), dengan SD 316,228. BB terendah adalah 2900 dan BB yang tertinggi adalah 3800. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata BB pada BBLR yang memperoleh asupan nutrisi ASI adalah diantara 2868,14sampai dengan 3531,86, selanjutnya Hasil analisis didapatkan rata-rata BB pada BBLR sesudah memperoleh PASI adalah 2633,33 (95% CI: 2475,34-2791,33), dengan SD 150,555. BB terendah adalah 2500 dan BB yang tertinggi adalah 2900. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata BB pada BBLR yang memperoleh asupan nutrisi PASI adalah diantara 2475,34 sampai dengan 2791,33. Analisa Bivariat BB pada BBLR Sebelum dan Sesudah ASI Tabel 3 : Distribusi Rata-Rata BB pada BBLR Sebelum dan Sesudah Memperoleh Asupan ASI Variabel Mean SD SE N BB sebelum ASI (gr) 1716,67 147,96 60,093 0,00 6 BB sesudah ASI (gr) 3200,00 316,228 129,099 Rata-rata BB pada BBLR yang sebelum memperoleh asupan ASI adalah 1716,67 dengan standar deviasi 147,96, sedangkan ratarata BB pada BBLR yang sesudah memperoleh asupan ASI adalah 3200,00 dengan standar deviasi 316,228. Terlihat nilai mean perbedaan BB antara sebelum dan sesudah pemberian ASI adalah 1483,333 dengan standar deviasi 248,328. Hasil uji statistik didapatkan nilai = 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara BB pada BBLR sebelum maupun sesudah memperoleh asupan nutrisi ASI. BB pada BBLR Sebelum dan Sesudah PASI Tabel 4. Distribusi Rata-Rata BB pada BBLR Sebelum dan Sesudah Memperoleh Asupan PASI Variabel Mean SD SE N BB sblm PASI( gr) BB ssdh PASI(gr) 1700,00 141,421 57,735 0,000 6 2633,33 150,555 61,464 Rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh asupan PASI adalah 1700,00 dengan standar deviasi 141,421, sedangkan rata-rata asupan PASI rata-rata BB-nya adalah 2633,33 dengan standar deviasi 150,555. Terlihat nilai mean perbedaan BB antara sebelum dan sesudah pemberian PASI adalah 933,333 dengan standar deviasi 136,626. Hasil uji statistik didapatkan nilai = 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata BB pada BBLR sebelum maupun sesudah memperoleh asupan nutrisi PASI. Distribusi Rata-rata Sesudah Memperoleh Asupan Nutrisi Tabel 5 : Distribusi Rata-Rata BB pada BBLR Sesudah Memperoleh Asupan Nutrisi Variabel M SD SE N BB ssdh 3200,00 316,228 61,464 0,003 6 ASI( gr) BB ssdh PASI( gr) 2633,33 150,555129,099 6 Rata-rata BB pada BBLR yang sesudah memperoleh asupan ASI adalah 3200,00 dengan standar deviasi 316,228, sedangkan pada BBLR yang sesudah memperoleh asupan PASI rata-rata BB-nya adalah 2633,33 dengan standar deviasi 150,555. Hasil uji statistik 60

didapatkan nilai = 0,003, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan ratarata asupan nutrisi ASI maupun PASI. PEMBAHASAN Analisis Univariat Hasil analisis nilai rata-rata BB pada BBLR sesudah memperoleh ASI adalah 3200,00 (95% CI: 2868,14-3531,86), dengan SD 316,228. BB terendah : 2900 dan BB yang tertinggi : 3800. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata BB pada BBLR yang memperoleh asupan nutrisi ASI diantara 2868,14 sampai 3531,86. Selanjutnya nilai rata-rata kenaikan BB pada BBLR sesudah memperoleh PASI adalah 2633,33 (95% CI: 2475,34-2791,33), dengan SD 150,555. BB terendah : 2500 dan BB tertinggi : 2900. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata BB pada BBLR yang memperoleh asupan nutrisi PASI antara 2475,34 sampai 2791,33. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sarwono (2006) yang menyebutkan bahwa alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang. Selanjutnya agar pertumbuhan bayi dapat meningkat maka pemenuhan nutrisi harus adekwat yaitu protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kgbb. Pemberian minum bayi dapat segera diberikan, sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, karena reflek masih lemah, maka pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama dan sesuai dengan kemampuan penyerapan usus, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kgbb/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgbb/hari. Sejalan dengan teori Lismayani (2002) yang menyatakan bahwa salah satu perawatan terhadap BBLR adalah pemberian nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan berat badan pada BBLR, karena pada umumnya bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 g dapat kehilangan berat sampai 10 % dan biasanya tercapai berat semula dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Selanjutnya kenaikan berat badan selama 3 bulan, seharusnya 150-200 g seminggu untuk bayi <1,500 g (misalnya 20-30 g/hari) dan 200-250 g seminggu untuk bayi 1,500-2,500 g ( misalnya 30 35 g/hari) Menurut peneliti ASI jauh lebih efektif dalam membantu meningkatkan berat badan pada BBLR, dengan berbagai macam kandungan yang terdapat di ASI, sangat menguntungkan bagi tumbuh kembang dari bayi tersebut. Pendapat peneliti ini sejalan dengan teori Roesli Utami (2001) yang menyatakan bahwa ASI mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara proporsional, mudah dicerna dan diserap karena mengandung Enzym Lipase. Pada susu formula tidak mengandung enzim ini karena akan hancur bila dipanaskan, sehingga bayi menemukan kesukaran untuk menyerap lemak susu formula. Menurut Santi Hartono (2008) susu formula mengandung kadar lemak dan karbohidrat yang jauh lebih tinggi dibanding ASI. Tingginya kadar lemak dan karbohidrat membuat penyerapannya jadi lebih lama. ASI hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk membuat perut kosong lagi, sedangkan susu formula membutuhkan waktu 2 jam, karena karbohidrat yang tinggi, fermentasi di usus juga berlebihan. Pemberian nutrisi yang terbaik bagi tumbuh kembang bayi terutama BBLR adalah ASI. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti mengenai faktor ibu yang dapat mendukung dalam peningkatan BB pada BBLR lebih dalam lagi. Kepada RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung agar dapat memberikan peraturan terhadap ruangan perinatologi dan nakes yang terkait untuk mendahulukan pemberian nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang pada BBLR yaitu ASI dan mengirim nakes untuk mengikuti pelatihan BBLR yang terbaru. Kepada petugas kesehatan agar memberikan informasi terhadap ibu-ibu bersalin maupun keluarga, mengenai nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang bayi, terutama pada BBLR setiap 1 bulan sekali. Analisis Bivariat Hasil uji T dependen : rata-rata BB pada BBLR yang sebelum memperoleh asupan ASI adalah 1716,67 dengan standar deviasi 147,96, sedangkan rata-rata BB pada BBLR yang sesudah memperoleh asupan ASI adalah 3200,00 dengan standar deviasi 316,228. 61

Terlihat nilai mean perbedaan BB antara sebelum dan sesudah pemberian ASI adalah 1483,333 dengan standar deviasi 248,328. Hasil uji statistik didapatkan nilai = 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara BB pada BBLR sebelum maupun sesudah memperoleh asupan nutrisi ASI. Selanjutnya Rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh asupan PASI adalah 1700,00 dengan standar deviasi 141,421, sedangkan pada BBLR sesudah memperoleh asupan PASI rata-rata BB-nya adalah 2633,33 dengan standar deviasi 150,555. Terlihat nilai mean perbedaan BB antara sebelum dan sesudah pemberian PASI adalah 933,333 dengan standar deviasi 136,626. Hasil uji statistik didapatkan nilai = 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata BB pada BBLR sebelum maupun sesudah memperoleh asupan nutrisi PASI. Berdasarkan hasil uji T independen, ratarata asupan ASI adalah 3200,00 dengan standar deviasi 316,228, sedangkan pada BBLR yang sesudah memperoleh asupan PASI rata-rata BB-nya adalah 2633,33 dengan standar deviasi 150,555. Hasil uji statistik didapatkan nilai = 0,003, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata BB pada BBLR sesudah memperoleh asupan nutrisi ASI maupun PASI.. berarti dapat disimpulkan ada perbedaan BB pada BBLR yang memperoleh asupan ASI dengan BBLR yang memperoleh asupan PASI di RSUD Abdul Moelok Provinsi Lampung Tahun 2012. Pemberian asupan ASI lebih efektif untuk membantu meningkatkan berat badan pada BBLR dibandingkan dengan pemberian asupan PASI. Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian Kristina Wardhani (2009), mengenai Analisa Perbandingan Peningkatan Berat Badan Pada Bayi BBLR yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula Khusus BBLR Pada BBLR Usia 0-2 Minggu di Ruang Peristi RS Panti Wilasa Citarum Semarang, hasilnya dapat dilihat bahwa ASI bermakna secara signifikan dalam membantu peningkatan BB pada BBLR didapatkan adanya perbedaan nilai mean yang sangat bermakna, yaitu 255,00 pada ASI dan 71,00 pada susu formula. Menurut peneliti ASI jauh lebih efektif dalam membantu meningkatkan berat badan pada BBLR, dikarenakan berbagai macam kandungan yang terdapat di ASI, yang sangat menguntungkan bagi tumbuh kembang dari bayi tersebut, disamping metabolisme di dalam sistem pencernaan BBLR yang menyerap kandungan nutrisi ASI lebih baik. Pemberian nutrisi yang terbaik untuk tumbuh kembang bayi terutama BBLR adalah ASI. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai faktor ibu yang dapat mendukung dalam peningkatan BB pada BBLR lebih dalam lagi. Kepada RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung agar dapat memberikan peraturan terhadap ruangan perinatologi maupun nakes untuk mendahulukan. Selain itu mengirim nakes untuk mengikuti pelatihan BBLR yang terbaru. Kepada petugas kesehatan dapat memberikan informasi terhadap ibu-ibu bersalin maupun keluarga mengenai nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang bayi, terutama pada BBLR setiap 1 bulan sekali. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan kenaikan berat badan pada BBLR yang diberi ASI dengan BBLR yang diberi PASI di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2012, dengan uraian: Rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh asupan ASI adalah 1716,67 dengan SD 147,196 dan pada BBLR sebelum memperoleh asupan PASI adalah 1700 dengan SD 141,421. Ratarata asupan ASI adalah 3200,00 dengan SD 316,228 dan pada BBLR sesudah memperoleh asupan PASI adalah 2633,33 dengan SD 150,555. Terdapat perbedaan berat badan pada BBLR yang memperoleh ASI dan pada BBLR yang memperoleh PASI di RSUD Abdoel Moelok Provinsi Lampung Tahun 2012. (Ratarata asupan ASI adalah 3200,00 dengan SD 316,228 dan pada BBLR sesudah memperoleh asupan PASI adalah 2633,33 dengan SD 150,555 dan P value 0,003). SARAN RSUD Abdoel Moelok Provinsi Lampung, agar dapat memberikan peraturan terhadap ruangan perinatologi maupun terhadap nakes untuk mendahulukan pemberian ASI sebagai nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang pada BBLR,dan mengirim nakes untuk mengikuti pelatihan BBLR yang terbaru. Agar dapat memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu bersalin mengenai pentingnya ASI bagi tumbuh kembang pada 62

BBLR setiap 1 bulan sekali, sehingga BBLR dapat memperoleh nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang mereka. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Arisman, MB.2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. 1Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2008. Health Technology Assesment Indonesia: HTA Indonesia 2008_Perawatan BBLR dengan Metode Kangguru. Jakarta: Depkes RI Dep Kes RI.2005. Pencapaian ASI Eksklusif. Jakarta : Dep Kes RI. Dep Kes RI.2001. Ilmu Gizi ( Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi ). Jakarta : Dep Kes RI Dep Kes RI.2006. Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2005, Bandar Lampung DinKes Propinsi Lampung, 2007. Cakupan ASI Eksklusif. Bandar Lampung : DinKes Propinsi Lampung. Fitria, ana. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta Hanifa, 2004. Analisis Kasus BBLR di RS Koja Jakarta Utara tahhun 2004. Depok: Skripsi FKM UI JNPK-KR, 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar ( PONED ). Jakarta: Depkes RI Lismayani, 2002. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: penerbit Buku kedokteran, EGC. Nursalam, 2008. Pendidikan dalam Keperawatan, Jakarta : penerbit Salemba Medika Notoatmojdo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta. Perinasia, 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Bina Rupa Aksara Prawihardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka. Purwanti HS, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC. Roesli, Utami 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. Rosita S, 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana. Santi, Hartono, 2000. Pangan dan Gizi. Jakarta : EGC SariPediatri,2000.BukuPedoman Perkembangan Anak di Keluarga. Depkes RI Soetjiningsih.,2004.SeriGiziKlinikASI:petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta:EGC Suryoprajogo, Nadine. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta : Diglossia Media Wardhani, Kristina,2009. Media Relations, Graha Ilmu http://health.kompas.com Rendah Jumlah Bayi yang Dapat ASI Eksklusif http://www.litbang.depkes.go.id GIZI dan KIA/cakupan_pemberian_asi_eksklusif 63