BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di daratan rendah maupun dataran tinggi. Kelapa merupakan tanaman perkebunan atau industri dengan batang lurus yang tergolong dalam famili Palmae. Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kelapa sering disebut juga pohon kehidupan karena hampir seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. (Amin,S. 2009) Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah (wet process), karena pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak. Sedangkan pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering (dry process). (Suhardiyono,L. 1988)
Virgin Coconut Oil merupakan minyak yang berasal dari buah kelapa (Cocos nucifera L) tua segar yang diolah pada suhu rendah (<60 o C) dan dimasak tidak sampai tua. Selain itu tanpa proses pemutihan dan hidrogenasi sehingga menghasilkan minyak murni. Proses tersebut membuat minyak ini dikenal dengan sebutan minyak perawan (Virgin Coconut Oil) atau ada juga yang menamainya minyak dara. Virgin Coconut Oil mengandung asam laurat yang tinggi. Asam laurat adalah lemak jenuh berantai medium atau biasa disebut medium chain fatty acid (MCFA). Dalam VCO terkandung energi sebanyak 6,8 kal/g dan MCFA sebanyak 92%. Virgin Coconut Oil tidak berwarna (bening), tidak berasa, serta mempunyai aroma yang harum dan khas. (Gani et al, 2005) Minyak kelapa komersial (RBD) dibuat dari kopra. Kopra merupakan daging atau buah kelapa yang dikeringkan. Kopra dibuat dengan pemanasan matahari maupun pembakaran. Hasil ekstraksi dari kopra merupakan minyak mentah. Jika belum dimurnikan, hasil ekstraknya tidak layak dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh pengeringan kopra tidak memperhatikan sanitasi. Kebanyakan kopra dikeringkan di bawah sinar matahari pada udara terbuka serta terkontaminasi serangga dan pengotor. Produk akhir standar yang terbuat dari kopra adalah minyak kelapa RBD yang diproses dengan pemurnian, pemutihan, dan penghilangan aroma. Ketiga metode tersebut menggunakan bahan kimia (pelarut ekstraksi, katalisator) dan pemanasan tinggi. Proses tersebut mengakibatkan sebagian kecil kandungan minyak hilang. Minyak kelapa komersial juga sering terjadi hidrogenasi. Minyak terhidrogenasi mengandung lemak trans dan dapat meningkatkan serum kolesterol yang berkontribusi pada penyakit jantung. Sementara minyak kelapa murni tidak mengalami proses pemurnian dan tidak mengandung lemak trans.
Perbedaan utama minyak kelapa murni dengan minyak kelapa komersial adalah bau harum dan rasanya (taste). Minyak kelapa murni berbau harum dan rasa kelapanya khas. Sementara minyak kelapa komersial tidak mempunyai sifat yang khas akibat proses pemurnian. Dalam pemanfaatannya, minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) biasanya digunakan untuk obat, namun VCO memiliki sederet manfaat medis maupun kosmetik. Minyak kelapa komersial (RBD) dapat digunakan sebagai minyak goreng, pembuatan sabun atau bahan mentah dalam industri. Minyak kelapa sebenarnya memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7% asam kapriat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba (antivirus, antibaketri, dan antijamur) sehingga dapat meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah menjadi energi. (Sutarmi, S. 2005) Standar mutu merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas dari minyak, sehingga dapat menentukan apakah minyak tersebut bermutu baik atau tidak. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan standar mutu dari minyak, salah satunya adalah bilangan iodin. Bilangan iodin mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Banyaknya ikatan rangkap menunjukkan banyaknya asam lemak tidak jenuh dalam minyak atau lemak. Proses oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemak tidak jenuh dapat menyebabkan ketengikan pada minyak atau lemak. Proses oksidasi dapat terjadi pada suhu kamar, dan selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. Hasil oksidasi minyak atau lemak dalam bahan pangan tidak hanya
mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi, karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak esensial dalam lemak. (Ketaren,S. 2008) Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul Penentuan Bilangan Iodin Dalam Refined Bleached Deodorized Coconut Oil (RBD CNO) dan Virgin Coconut Oil (VCO), sehingga dapat mengetahui perbedaan kualitas dan mutu dari produk. 1.2. Permasalahan Apakah bilangan iodin dari RBD CNO dan Virgin Coconut Oil (VCO) telah memenuhi standar mutu dan bagaimana perbedaan kualitas antara RBD CNO dan Virgin Coconut Oil (VCO). 1.3. Tujuan Untuk mengetahui bilangan iodin dalam RBD CNO dan Virgin Coconut Oil (VCO).
1.4. Manfaat Dengan dilakukannya penentuan Bilangan Iodin dalam RBD CNO dan Virgin Coconut Oil (VCO), maka diharapkan akan menambah pengetahuan masyarakat tentang perbedaan kualitas dari minyak kelapa komersial (RBD CNO) dengan minyak kelapa murni (VCO).