BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk menemukan jawaban suatu permasalahan atau konsep adalah gambaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang

BAB I PENDAHULUAN. wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang.

BENTUK-BENTUK DEIKSIS DALAM NOVEL YANG MISKIN DILARANG MALING KARYA SALMAN RASYDIE ANWAR ARTIKEL. Oleh

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU PADA NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. itu dengan baik kepada pendengar atau pembaca. media ini pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pem bicara) dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk ujaran atau tuturan. Tuturan-tuturan yang digunakan tersebut biasanya

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP.

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

Diajukan oleh: A JUNI, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan atau konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). 2.1.1 Deiksis Dalam Purwo (1984:2) disebutkan, kata deiksis berasal dari istilah Yunani Kuno, yaitu deiktikos yang bermakna hal penunjukan secara langsung dalam istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elentic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung. Pada kesempatan lain, Lyons (dalam Purwo 1977:636) menyebutkan bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Cummings (dalam Putrayasa 2014:38) mengatakan bahwa deiksis adalah suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan. 7

Berdasarkanbeberapa definisi deiksis di atas, dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah katayang memiliki referen atau acuan yang berubah-ubah atau berganti-gantibergantung dari pembicara saat mengutarakan ujaran tersebut dan dipengaruhioleh konteks dan situasi yang terjadi saat tuturan berlangsung. Dengan kata lain,sebuah kata dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasipembicaraan. 2.1.2 Deiksis Sosial Deiksis sosial berhubungan dengan aspek-aspek kalimat yang mencerminkan kenyataan-kenyataan tertentu tentang situasi sosial ketika tindak tutur terjadi. Deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial, seperti jenis kelamin, usia, kedudukan di dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan) yang ada partisipan dalam sebuah komunikasi verbal yang nyata, terutama yang berhubungan dengan hubungan peran antara penutur dan penutur, atau penutur dengan topik atau acuan lainnya (Purwo, 1984). Dapat dikatakan,bahwa deiksis sosial merupakan suatu ungkapan yang menunjukkan atau mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat di antaraperan-peran peserta pembicara terutama aspek peran sosial antara pembicaradengan rujukan yang lain. 8

2.1.3 Novel Supernova Episode Gelombang Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Novel Supernova Episode Gelombang adalah novel fiksi ilmiah karangan Dee Lestari yang diterbitkan pada tanggal 17 Oktober 2014. Novel tersebut merupakan buku kelima dalam serial Supernova karangan Dee Lestari, yang bercerita tentang perjalanan salah satu tokoh utama dalam serial Supernova, Alfa. Topik utama yang diangkat adalah dimensi dalam dunia mimpi (Wikipedia Indonesia, 2015). 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik Yule (1996:3) mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan, yang sesuai dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik mengkaji lima hal, yaitu deiksis, pranggapan, tindak tutur, implikatur, dan struktur wacana. Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada deiksis. 9

2.2.2 Deiksis Istilah deiksis berasal dari istilah Yunani kuno, yaitu deiktikos yang bermakna hal penunjukan secara langsung. Dalam logika, istilah Inggris dectic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elentic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung (Purwo,1984:2) Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkanya kata itu (Purwo,1984:1), seperti kata saya, aku, sini, sekarang. Menurut Chaer dan Leoni (2004:57) deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau berubah dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap inilah yang disebut kata-kata deiksis, kata-kata yang referennya deiksis ini antara lain kata-kata yang berkenaan dengan persona (seperti aku, saya, kamu), tempat (di sini, di sana, di situ),dan waktu (tadi, besok, nanti, kemarin). Levinson dan Huang, (dalam Hasibuan 2011:73) menjelaskan bahwa deiksis sosial dapat dipahami sebagai bidang linguistik yang membicarakan pengkodean perbedaan-perbedaan status sosial relatif di antara partisipan, terutama yang menyangkut aspek hubungan sosial yang terdapat antara penutur dengan mitra tutur ataupun antara penutur dengan acuan lainnya. Tentang pengkodean hubungan sosial yang dimaksud, oleh Levinson (dalam Hasibuan 2011:73) dijelaskan lagi bahwa hal itu terealisasi dalam wujud ekspresi lingual, yang diacukan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap status sosial 10

atau peran partisipan pada saat tuturan. Selengkapnya, penjelasan Levinson (dalam Hasibuan 2011:73) tersebut dikutip sebagai berikut. Social deixis involves the marking of social relationships in linguistic expression, with direct or obligue reference to the social status or role ofparticipants in the speech event. 2.2.3 Bentuk-Bentuk Deiksis Sosial Ekspresi-ekspresi lingual yang merepresentasikan deiksis sosial, menurut Huang (dalam Hasibuan 2011:73) dapat wujud dalam bentuk pronomina persona (personal pronouns), bentuk sapaan (forms of address), bentuk terikat (bound forms), dan dalam bentuk pilihan kata (the choice of vocabulary). Pronomina persona dapat dikategorikan ke dalam deiksis sosial Huang dasarkan pada kenyataan bahwa pronomina persona potensial untuk menunjukkan berbagai aspek deiksis sosial, seperti penanda rasa hormat, atau pun penanda hubungan kekerabatan. Ke dalam bentuk sapaan terliput, di antaranya, nama akhir seseorang, istilah kekerabatan, nama jabatan, dan kepangkatan. Bentuk-bentuk terikat yang dimaksudkannya meliputi, berupa afiks, klitika, dan partikel. Pada pilihan kata, yang dimaksudkannya adalah terdapatnya upaya penggantian unsur lingual tertentu dengan kata pilihan lain yang menginformasikan aspek deiksis sosial. Deiksis sosial berhubungan dengan hubungan sosial antara partisipan,statusnya dan hubungannya dengan topik wacana. Piranti yang digunakan untukdeiksis ini meliputi berbagai bentuk, kata ganti untuk kesopanan, istilah keturunandan kehormatan. Gejala kebahasaan yang didasarkan pada sikap 11

sosialkemasyarakatan atau untuk tujuan bersopan santun demikian disebut eufemisme(nababan, dalam Sari 1987:43).Deiksis sosial memiliki maksud menuju kearah sopan santun dalam berbahasa, serta mencakup tentang ungkapan yang memiliki arti atau maksud yang merendahkan, meninggikan, kasar, netral, normal, halus, sopan, melebih-lebihkan, menyindir, mengumpat, dan sebagainya. Fungsi pemakaian deiksis sosial, yaitu: (1) sebagai salah satu bentukefektivitas kalimat, misalnya: kapolwil; (2) sebagai pembeda tingkat sosial, misalnya: Drs, prof; (3) untuk menjaga sopan santun berbahasa,misalnya: PSK, Istri (4) untuk menjaga sikap sosialkemasyarakatan, penggunaan sistem sapaan guna memperhalus bahasa, misalnya:sungkem. Fungsi deiksis sosial mencakup penyebutan deiksis orang tertentu.penutur memiliki otoritas tertentu terhadap mitra tutur yang menunjukkan bahwapenutur memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh mitra tutur. Misalnyapenggunaan nama binatang oleh penutur dengan nada dan maksud merendahkan tersebut menunjukkan kurangnya jarak sosial antara penutur dan mitra tutur. 2.2.5 Konteks Konteks berhubungan dengan interaksi linguistik dalam ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam tuturan, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Leoni, 2004: 48). Suatu konteks harus memenuhi delapan komponen, yaitu S-P-E-A-K-I-N-G Hymes (dalam Chaer dan Leoni, 2004:48) komponen tersebut itu adalah: 12

1. S (setting and scene) setting berkaitan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung,sedangkan scene adalah situasi tempat dan waktu. 2. P (participant) pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan. 3. E (ends) meujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. 4. A (act sequence) mengacu pada bentuk ujuran dan isi ujaran. 5. K (keys) mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati. 6. I (instrumentalis) mengacu pada jalur bahas yang digunakan. 7. N (norm of interaction and interpretation) mengacu pada tingkah laku yang khas dan sikap yang berkaitan dengan peristiwa tutur. 8. G (genre) mengacu pada jenis penyampaian. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai deiksis bukanlah yang baru, tetapi sudah ada peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, yang meneliti khusus tentang deiksis sosial di dalam novel Supernova Episode Gelombang belum ada. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Purwo (1984), dalam disertasinya yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia, menggunakan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan selukbeluk yang ada dalam bahasa Indonesia, dengan mengumpulkan perbendaharaan leksem-leksem persona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis. 13

Kemudian kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu tersebut didaftarkan dan diberikan aspek semantik leksikalnya. Purwo menyimpulkan dengan membagi deiksis menjadi tiga bagian, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Hasibuan (2011), dalam disertasinya yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Mandailing, menggunakan teori yang dikemukakan Levinson dan Huang. Metode yang digunakan ialah kualitatif-deskriftif yang proses analisis datanya diawali melalui metode klasifikasi menurut masing-masing jenis deiksisnya berdasarkan kerangka teori. Hasibuan menyimpulkan bahwa bahasa Mandailing mengenal deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis sosial dan deiksis wacana. Dalam membicarakan deiksis sosial, dominasi penggunaan istilah kekerabatan tetap ditemukan dalam mengacu mitra tutur. Istilah-istilah lain di luar istilah kekerabatan dapat diabaikan penggunaannya asalkan yang digunakan untuk mengacu atau menyapa mitra tutur itu adalah istilah kekerabatan. Terhadap orang yang menjadi mitra tutur, pengacuannya dengan ekspresi deiksis berupa istilah kekerabatan yang penginformasian sekaligus hubungan kekerabatan yang terdapat antara mitra tutur dengan penutur.penelitian Hasibuan memberikan sumbangan bagi peneliti, baik dari segi teori dan cara menganalisis bentuk ekspresi deiksis sosial. Simanjuntak (2011), dalam skripsinya yang berjudul Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata, mendeskripsikan bentuk deiksis persona dan menjelaskan bentuk deiksis persona yang mengalami ketidakjelasan yang paling dominan dalam novel tersebut, dengan menggunakan 14

metode simak dalam pengumpulan data dan metode padan dalam analasis data. Ia menyimpulkan bahwa deiksis dalam novel Laskar Pelangi terdiri atas tiga bagian yaitu, deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal kedua, deiksis persona pronominal ketiga. Adapapun deiksis persona dalam novel tersebut yang sering mengalami ketidakjelasan adalah deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal kedua, deiksis persona pronominal ketiga. Penelitian Simanjuntak memberikan sumbangan bagi peneliti baik dari segi teori dan metode penelitian dalam menganalisis bentuk ekspresi deiksis sosial dalam novel Supernova Episode Gelombang. Damsi (2014), dalam skripsinya yang berjuduldeiksis dalam Novel Yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwarmenggunakan metode deskriptif untuk menganalisis deiksis dalam novel Yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca keseluruhan novel Yang Miskin Dilarang Maling secara berulang-ulang untuk mengidentifikasi jenis-jenis yang terdapat dalam novel, mencatat semua kata atau kalimat yang berkaitan dengan deiksis, memberi tanda (menggaris bawahi) bagian kata ataukalimat dalam novel yang berhubungan dengan jenis-jenis deiksis. Analisis data yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi, menganalisis/interpretasi, menyimpulkan hasil analisis. Dia menyimpulkan bahwa dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar terdapat lima macam deiksis, yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis persona, terbagi atas tiga bagian yaitu: kata ganti orang pertama. Kata ganti orang pertama terbagi atas: saya, aku, kami, dan 15

kita, kata ganti orang kedua terbagi atas: kamu, engkau, anda, kalian, saudara, dan kata ganti orang ketiga, terbagi atas: dia, ia, beliau, mereka. Deiksis tempat, terbagi tiga bagian yaitu: di sini, di situ, di sana.deiksis waktu, terbagi atas: kini, kemarin, lusa, sekarang, besok, dulu, tadi, nanti. Deiksis wacana, terbagi atas: anafora dan katafora, sedangkan Deiksis sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial dan serta penggunaan sistem sapaan dan penggunaan gelar. Penelitian Damsi juga memberikan wawasan dan pemahaman bagi peneliti dari segi metode analisis khususnya pada deiksis sosial. Rachmanita (2016), dalam skripsinya yang berjudul Deiksis Sosial dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif. Kemudian metode simak dan teknik catat untuk memperoleh data dengan menyimak bahasa yang digunakan. Ia menyimpulkan bahwa deiksis sosial yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi ditemukan 71 jenis bentuk deiksis sosial, deiksis sosial yang digunakan berupa kata, frasa, dan fungsi pemakaian deiksis dalam novel Sang Pemimpi deiksis sosial sebagai media pembeda tingkat sosial seseorang, untuk menjaga sopan santun dalam berbahasa, untuk menjaga sikap sosial, alat memperjelas kedudukan sosial seseorang, alat memperjelas identitas sosial seseorang dan alat memperjelas kedekatan hubungan sosial atau kekerabatan. Penelitian Rachmanita memberikan wawasan bagi peneliti untuk mengkaji deiksis sosial dalam novel Supernova Episode Gelombang. Penelitian ini juga menjadi sumber referensi tentang penerapan fungsi dalam deiksis sosial. 16