II. TINJAUAN PUSTAKA. Merek didefinisikan oleh Durianto (2004) sebagai nama, istilah, tanda, simbol desain,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

Bab 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo atau kemasan) dengan maksud

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

A. Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Olah raga merupakan suatu gaya hidup sehat yang harus dibiasakan sejak kecil agar

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA. konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai perubahan pata perilaku terhadap. Penggunaan Perceived Fit dalam penelitian mengenai Brand

BAB I PENDAHULUAN. pasar Indonesia. Minuman Isotonik Pocari Sweat merupakan minuman Isotonik

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia teknologi yang kian hari kian berkembang, menciptakan berbagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Keputusan Pembelian. akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut para ahli.

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa dan budaya, setiap daerah memiliki budaya yang

BAB 2 STUDI PUSTAKA. dapat diterima atau di mengerti oleh si penerima pesan. Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. topik penelitian selama beberapa dekade terakhir. Budaya dan sejarah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya teknologi, kehidupan manusia tidak lepas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk

II. LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association ( AMA ) dalam Kotler dan Keller

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan mereknya menjadi merek yang selalu dipilih konsumen. Merek

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kotler dan Amstrong, 2004;283)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. Menurut F. Sikula dalam Kotler dan Armstrong (2008:6) manajemen pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suatu produk yang dikeluarkan pada masing masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Merek memberi nilai kepada pelanggan dan sekaligus kepada perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

penting sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi selalu prinsip-prinsip sentral pemasaran. Pemasaran adalah mengenai memahami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi komunikasi saat ini sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyukai menggunakan ramuan-ramuan tradisional daripada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merek 1. Pengertian Merek Merek didefinisikan oleh Durianto (2004) sebagai nama, istilah, tanda, simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, merek merupakan sebuah nama, tanda, istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebuah produk atau jasa dari seorang penjual ataupun sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa competitor lainnya (Kotler, 2003). Merek menurut Simamora (2002) adalah sesuatu yang mengidentifikasikan barang atau jasa penjual dan membedakannya dari barang dan jasa lainnya. Merek dapat berupa sebuah kata, huruf, huruf-huruf, sekelompok kata, simbol, desain atau beberapa kombinasi diatas. Sedangkan menurut Keller (2003) adalah suatu produk yang telah ditambahkan dengan dimensi-dimensi lainnya yang membuat produk tersebut menjadi berbeda dibandingkan dengan produk lainnya yang sama-sama di desain untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Perbedaan tersebut dapat berupa sesuatu yang emosional dan tidak berwujud yang berhubungan dengan apa yang diharapkan direpresentasikan oleh merek. Merek

8 merupakan janji penjual untuk menyampaikan serangkaian gambaran yang spesifik, keuntungan dan pelayanan-pelayanan secara konsisten kepada pembeli. Merek sekarang tidak hanya dikaitkan oleh produk tetapi juga dengan berbagai strategi yang dilakukan oleh perusahaan (Knapp, 2000). Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa merek adalah sesuatu hal yang membedakan produk atau jasa sebuah perusahaan menjadi berbeda dengan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing, yang membuat berbeda adalah nama, simbol, tanda dan rancangan dari setiap merek. 2. Peranan dan Kegunaan Merek Menurut Durianto (2004) peranan dan kegunaan merek di antaranya adalah: a. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya. b. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen Semakin kuat suatu merek makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan semakin tampak asosiasi merek yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika asosiasi merek telah terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini meningkatkan citra merek ( brand image). c. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen untuk pindah ke merek lainnya.

9 d. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan konsumen Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, keputusan, kebanggaan ataupun atribut lain yang merekat pada merek tersebut. e. Merek berkembang menjadi sebuah sumber aset terbesar bagi perusahaan. B. Label Kemasan Label kemasan adalah tulisan, tag, gambar atau pengertian lain yang tertulis, dicetak, distensile, diukir, dihias atau dicantumkan dengan cara apapun, pemberi kesan yang terdapat pada suatu wadah atau pengemas (Wijaya, 2001). Ada juga definisi lain yang menyatakan bahwa pemberian kesan yang melekat pada suatu produk atau termasuk di dalamnya menjadi bagian dari atau menemani setiap makanan termasuk dalam kriteria sebagai label produk. Tujuan pelabelan secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan. 2. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut,terutama hal-hal yang kasat mata atau tak diketahui secara fisik. 3. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum. 4. Sarana periklanan bagi produsen. 5. Memberi rasa aman bagi konsumen.

10 Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen. Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, menurut Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan sekurang-kurangnya dicantumkan hal-hal berikut: a. Nama produk Di samping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan. Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. b. Daftar bahan yang digunakan Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah untuk komposisi yang diketahui secara umum atau makanan dengan luas permukaan tidak lebih dari 100 cm2, maka ingradien tidak perlu dicantumkan. c. Berat bersih atau isi bersih Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas. d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik pembuat/ pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode negara

11 asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam buku telepon. e. Keterangan tentang halal Pencantuman tulisan halal diatur oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama Nomor 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang diolah menurut hukum-hukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP POM MUI, badan POM dan Departemen Agama. f. Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa. Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai berikut: Best before date yang menyatakan produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati. Lalu bertuliskan Use by date menjelaskan bahwa produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati. Peraturan Menteri Kesehatan 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

12 C. Asosiasi Merek (Brand Asociation) Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek, (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004). Kesan-kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya menampakkan merek tersebut dalam strategi komunikasinya, ditambah lagi jika kaitan tersebut didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain, suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Asosiasi merek yang kuat dapat membantu pelanggan memproses dan menerima informasi, menjadi alasan untuk membeli, serta menciptakan sikap atau perasaan positif terhadap merek yang bersangkutan. Asosiasi Merek (Brand Association), yakni segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek. Brand association berkaitan erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan merek spesifik (Tjiptono, 2005). Asosiasi merek menurut Durianto, Sugiarto, dan Tony (2001) memiliki berbagai fungsi, yaitu: a. Membantu proses penyusunan informasi (Help process/retrieve information) b. Membedakan (Differentiate) Di mana dalam membedakan suatu merek dengan merek yang lain dapat menggunakan asosiasi sebagai landasannya.

13 c. Alasan pembelian (Reason to buy) Dengan meningkatkan besarnya manfaat dari produk dan kualitas atribut produk melalui asosiasi merek sehingga menciptakan alasan yang signifikan bagi konsumen dalam membeli maupun menggunakan merek tersebut. d. Menciptakan sikap atau perasaan (Create positive attitude/feelings) Dengan Menggunakan asosiasi yang bertujuan merangsang suatu perasaan positif kepada calon konsumen yang bertujuan menarik minat agar menggunakan merek tersebut. e. Landasan untuk perluasan (Basis for extentions) Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut. D. Kepribadian Merek (Brand Personality) Menurut Aaker (1997), kepribadian merek didefinisikan sebagai serangkaian karakteristik manusia yang diasosiasikan dengan merek. Kepribadian merek seperti halnya kepribadian manusia yang tentunya berbeda-beda, di mana karakteristik produk dapat menjadi pendorong utama kepribadian merek. Membangun merek merupakan proses rumit yang menyatukan dan mempertahankan campuran kompleks sifat-sifat dan nilai-nilai dan banyak diantaranya yang tidak telihat. Tujuan membangun merek adalah memproduksi suatu tawaran yang unik dan menarik yang memenuhi kebutuhan rasional dan emosional pelanggan dengan suatu cara yang lebih baik. Aspek utama yang membuat merek menjadi spesial adalah kepribadian merek. Rahasia membangun merek adalah pemberian nilai tambah, khususnya nilai psikologis pada produk/jasa dan perusahaan dalam bentuk keuntungan-keuntungan

14 yang tidak kasat mata yaitu hubungan emosional, keyakinan, nilai dan perasaan yang dikaitkan dengan merek (Muafi, 2003). Persepsi terhadap kepribadian merek dapat dipengaruhi kontak langung antara customer dengan merek maupun dengan kontak secara tidak langsung. Kontak langsung antara customer dengan merek, di mana seperangkat kepribadian dari manusia diasosiasikan dengan merek atau tipikal dari pengguna merek ditransfer secara langsung pada merek tersebut. Sedangkan pada kepribadian merek yang diasosiasikan dengan merek secara tidak langsung melalui atribut produk, kategori produk, nama merek, logo atau simbol, gaya iklan, harga dan jaringan distribusi. Kepribadian merek yang tebentuk haruslah berkembang dengan lambat, jangka panjang dan tidak tunduk pada perubahan-perubahan yang cepat atau sering. Hal ini dikarenakan konsumen menyukai konsistensi ketika membangun hubungan dengan suatu merek atau perusahaan. Kepribadian merek haruslah sederhana, tidak boleh terlalu kompleks. Hal ini dikarenakan ketika suatu merek memiliki banyak karakteristik, akan sulit bagi konsumen untuk berprilaku sesuai karakteristikkarakteristik dari kepribadian merek tersebut. Lebih mudah jika terfokus pada tiga atau empat karakteristik kepribadian dan membangunnya dengan baik dalam benak konsumen (Muafi, 2003). Selanjutnya menurut Ouwersloot dan Tudorica (2001), menyampaikan bahwa kepribadian merek dapat diciptakan melalui iklan baik secara langsung maupun tidak langsung, Secara langsung, brand personality diciptakan melalui pertransferan personalitas dari seseorang yang dipakai dalam iklan. Sedangkan secara tidak langsung brand personality biasanya dipengaruhi oleh arti sebuah produk. Sebagai

15 contoh, kesan sebuah produk dekat dengan sebuah kata sukses maka brand personality yang diciptakan adalah kesuksesan atau kepercayaan diri. Jadi, secara umum personalitas merek merupakan pemanfaatan karakteristik manusia sebagai salah satu identitas dari merek agar membangun hubungan emosional kepada konsumen dan dengan personalitas merek dapat membedakan suatu merek terhadap merek pesaingnya. Dengan pendekatan menarik yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka konsumen secara sengaja dipengaruhi untuk mulai mengevaluasi keuntungan - keuntungan yang dapat diperoleh jika membeli produk yang ditawarkan dan dengan mudah konsumen menemukan produk yang sesuai dengan kepribadiannya/yang diinginkan dan pada akhirnya akan menciptakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang bersangkutan sebelum mengadakan pembelian atas produk tersebut (Anoraga, 2000). E. Karakteristik Produk (Product Characteristic) Menurut Kottler & Keller (2006), karakteristik produk adalah kondisi yang berbeda dari suatu produk yang berbeda dibandingkan para pesaingnya yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap produk memiliki karakteristik yang berbeda beda, dan setiap produsen selalu berusaha menciptakan produk yang memiliki karakteristik tersendiri sehingga konsumen memiliki persepsi khusus terhadap produk tersebut. Konsep inilah yang kemudian berkembang menjadi strategi positioning oleh perusahaan (Kotler & Keller 2006). Sebuah produk yang memiliki karakteristik yang unik, unggul dan sulit ditiru oleh pesaing akan menciptakan diferensiasi produk yang pada akhirnya akan membawa kepada keunggulan bersaing. Dengan produk yang

16 unik dan memiliki karakter khusus tersendiri akan menciptakan diferensiasi bagi produk tersebut. Karakteristik produk sendiri dapat terdiri dari warna, kemasan, ukuran, manfaat dan inovasi bisa berupa rasa (Solomon 2007). Jadi, dalam menciptakan sebuah produk, pemasar harus memperhatikan karakteristik dari produk tersebut. Dengan menciptakan karakteristik produk yang unik dan berbeda dengan pesaing dapat mempengaruhi persepsi positif konsumen tentang produk tersebut. Karena karakteristik produk merupakan faktor penting yang sangat diperhatikan oleh konsumen ketika mereka hendak membeli atau mengkonsumsi produk (McNeal, 1992). Produk yang bagus serta berorientasi pada konsumen akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian atau konsumsi (Brown, 1998). F. Intensitas Membeli Menurut Schiffman (2000) Intensitas adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku berkenaan dengan sikap tertentu. Menurut Asael (1998) Intensitas adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap obyek. Menurut Dharmmesta (1999) intensitas berkaitan dengan attitude dan behavior. Beberapa pengertian intensitas adalah sebagai berikut: 1. Intensitas mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk mencoba. 2. Intensitas menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 3. Intensitas berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.

17 Intensitas pembelian, menurut Assael (1998) adalah tahap terakhir dari rangkaian proses keputusan pembelian konsumen tersebut. Proses ini dimulai dari munculnya kebutuhan akan suatu produk atau merek (need arousal), dilanjutkan dengan pemrosesan informasi oleh konsumen (consumer information processing). Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk atau merek tersebut. Hasil evaluasi ini yang akhirnya memunculkan niat atau intensitas untuk membeli, sebelum akhirnya konsumen benar-benar melakukan pembelian. Masih menurut Assael (1998), Intensitas pembelian lebih dekat ke perilaku dibandingkan dengan sikap. Intensitas pembelian terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dan keyakinan konsumen terhadap kualitas. Menurut Engel (2003), Intensitas pembelian merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu, sehingga dapat dikatakan pula bahwa intensitas membeli adalah pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Indikator untuk variabel intensitas pembelian ini adalah niat membeli, konsiderasi untuk membeli, dan kemungkinan untuk membeli. G. Hubungan Antara Variabel Label Kemasan dengan Intensitas Membeli Label kemasan juga merupakan salah satu nilai yang dapat mempengaruhi konsumen, daya tarik label kemasan menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk kemudian melakukan suatu tindakan pembelian. Seperti dijelaskan pada sub bab mengenai merek, di mana yang membuat merek atau label kemasan berbeda diantara kompetitor adalah dikarenakan nama, simbol, tanda, dan rancangan dari setiap merek. Label kemasan merupakan hal pertama yang dihadapi pembeli menyangkut

18 produk dan mampu mengubah pembeli untuk membeli atau tidak. (Kotler dan Keller, 2007). H. Hubungan Antara Variabel Asosiasi Merek dengan Intensitas Membeli Dijelaskan bahwa asosiasi merek memiliki fungsi membangkitkan alasan membeli dengan menggambarkan berbagai manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Tingkat asosiasi merek akan semakin kuat seiring dengan pengalaman konsumen menggunakan merek tersebut. (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak, 2004). I. Hubungan Antara Variabel Kepribadian Merek dengan Intensitas Membeli Kepribadian merek dapat dipengaruhi kontak langung antara customer dengan merek maupun dengan kontak secara tidak langsung. Kontak langsung antara customer dengan merek, di mana seperangkat kepribadian dari manusia diasosiasikan dengan merek atau tipikal dari pengguna merek ditransfer secara langsung pada merek tersebut. Sedangkan pada kepribadian merek yang diasosiasikan dengan merek secara tidak langsung melalui atribut produk, kategori produk, nama merek, logo atau simbol, gaya iklan, harga dan jaringan distribusi. Dengan pendekatan menarik yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka konsumen secara sengaja dipengaruhi untuk mulai mengevaluasi keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh jika membeli produk yang ditawarkan dan dengan mudah konsumen menemukan produk yang sesuai dengan kepribadiannya/yang diinginkan dan pada akhirnya akan menciptakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang bersangkutan sebelum mengadakan pembelian. (Muafi, 2003).

19 J. Hubungan Antara Variabel Karakteristik Produk dengan Intensitas Membeli Dengan menciptakan karakteristik produk yang unik dan berbeda dengan pesaing dapat mempengaruhi persepsi positif konsumen tentang produk tersebut. Karena karakteristik produk merupakan faktor penting yang sangat diperhatikan oleh konsumen ketika mereka hendak membeli atau mengkonsumsi produk. (Kotler & Keller 2006). K. Tinjauan Penelitian Terdahulu Susanto (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh label kemasan pangan terhadap keputusan siswa sekolah menengah atas dalam membeli makanan ringan di kota Bogor. Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa label kemasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan siswa sekolah menengah atas dalam membeli makanan ringan di Kota Bogor. Nurani Eka Setya (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh celebrity endoser, brand assosiation, bran personality dan product characteristics dalam menciptakan intensi pembelian (studi pada minuman Kuku Bima Ener-G Rosa). Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Sedangkan, karakteristik produk terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian. L. Kerangka Pikir Kebutuhan untuk hidup sehat saat ini menjadi pilihan dan termasuk dalam gaya hidup seseorang, maka dengan melakukan olahraga manusia dapat menjaga kesehatanya

20 guna menjaga eksistensinya dalam kehidupan sehari-hari, dari pergeseran pandangan dan kebiasaan untuk berolahraga ini, maka banyak perusahaan menciptakan minuman isotonic yang berguna menggantikan cairan tubuh yang hilang, dan dalam penelitian kali ini maka dapat dilihat bahwa kerangka pemikiran tentang label kemasan, aosiasi merek, kepribadian merek dan karakteristik produk terhadap intensitas pembelian pocari sweat, dapat dilihat dibawah ini: Gambar 1. Kerangka Pemikiran Variabel X Label Kemasan (X1) Variabel Y Asosiasi merek (X2) Kepribadian Merek (X3) Intensitas Membeli Karakteristik Produk (X4) Sumber: Kotler & Keller (2006) M. Hipotesis Berdasarkan teori di atas mengenai label kemasan, brand association, brand personality dan product characteristic, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Label kemasan berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ha) Label kemasan tidak berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ho).

21 2. Asosiasi merek berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ha) Asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ho) 3. Kepribadian merek berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ha). Kepribadian merek tidak berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ho). 4. Karakteristik produk berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ha) Karakteristik produk tidak berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ho). 5. Label kemasan, asosiasi merek, kepribadian merek dan karakteristik produk terhadap intensitas membeli konsumen (Ha) Label kemasan, asosiasi merek, kepribadian merek dan karakteristik produk tidak berpengaruh terhadap intensitas membeli konsumen (Ho).