I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang. disempurnakan menjadi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui. pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2.1. Visi dan Misi...11

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu bentuk sektor publik yang merupakan bagian dari perekonomian

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberlakuan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang disempurnakan menjadi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 tahun 1999 yang disempurnakan menjadi Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberikan wewenang secara penuh kepada pemerintah daerah tingkat II (kabupaten/kota) untuk mengelola pemerintahan dan seluruh sumber daya serta keuangannya. Pemberian wewenang tersebut harus dapat digunakan dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat melalui berbagai kegiatan pembangunan. Pemberlakuan kedua Undang-undang tersebut memberi peluang bagi Pemerintah Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur untuk menyusun dan merencanakan pembangunan daerahnya yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan perekonomian daerah untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan suatu perencanaan strategis, rasional, sistematis dan komprehensif. Dengan adanya perencanaan diharapkan dapat mencapai hasil secara maksimal dari penggunaan sumber-sumber daya yang terbatas dan juga untuk menghindari adanya

pemborosan. Oleh karena itu perencanaan pembangunan merupakan salah satu penentu dari keberhasilan pembangunan. Sejak dicanangkannya otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten Bulungan telah menyiapkan berbagai strategi untuk menjadi daerah yang mandiri dan meningkatkan kualitas pelayanannya kepada publik. Untuk mencapai cita-cita tersebut, Pemerintah Kabupaten Bulungan telah menetapkan visi yaitu : Menjadikan Kabupaten Bulungan sebagai wilayah pembangunan agroindustri yang berdaya saing, religius, berbudaya serta berwawasan lingkungan. Dalam visi tersebut tersirat suatu keinginan menjadikan industri yang berbasis pada bidang pertanian sekaligus meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat sebagai tujuan pembangunan jangka panjang. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang di bidang pertanian, maka Pemerintah Kabupaten Bulungan telah menetapkan beberapa sasaran pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan bidang pertanian di kabupaten Bulungan diarahkan pada peningkatan produksi sekaligus pendapatan sebagian besar masyarakat Kabupaten Bulungan, memperbaiki taraf hidup serta memperluas lapangan kerja, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat serta menyediakan bahan baku bagi industri. Di kabupaten Bulungan, pembangunan sektor pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2001 sektor ini menyumbang sebesar 32,69% dari total PDRB Kabupaten Bulungan, sedangkan pada tahun 2

2005 terjadi penurunan menjadi 24,56% terhadap PDRB namun demikian masih menduduki peringkat paling atas terhadap perekonomian Kabupaten Bulungan. Kontribusi dari beberapa sektor perekonomian Kabupaten Bulungan selama lima tahun mulai tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Kontribusi PDRB Atas dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001 2005 (Juta Rupiah) No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 1 Pertanian 279.699,01 277.770,62 255.432,45 241.489,84 236.695,31 32,69% 31,34% 28,28% 25,79% 24,56% 2 Pertambangan dan Penggalian 121.239,98 92.708,38 107.393,63 139.893,69 167.884,05 14,17% 10,46% 11,89% 14,94% 17,42% 3 Industri Pengolahan 217.410,58 234.695,79 240.077,60 236.246,16 231.298,34 25,41% 26,48% 26,58% 25,23% 24,00% 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5.903,71 5.583,77 5.690,33 6.086,41 5.975,21 0,69% 0,63% 0,63% 0,65% 0,62% 5 Bangunan 1.540,10 1.506,73 1.535,49 1.498,19 1.445,61 0,18% 0,17% 0,17% 0,16% 0,15% 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 112.512,76 142.519,19 147.045,27 151.504,67 156.222,76 13,15% 16,08% 16,28% 16,18% 16,21% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 30.459,73 36.072,95 38.206,48 40.451,19 43.272,07 3,56% 4,07% 4,23% 4,32% 4,49% 8 Keuangan, 2.310,15 2.215,78 2.077,42 2.060,01 1.927,49 Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,27% 0,25% 0,23% 0,22% 0,20% 9 Jasa-jasa 84.534,30 93.240,17 105.767,82 117.139,89 119.022,27 9,88% 10,52% 11,71% 12,51% 12,35% Total PDRB 855.610,32 886.313,39 903.226,48 936.370,05 963.743,10 Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sumber : BPS Kabupaten Bulungan, 2006. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha, juga menempati porsi paling besar yaitu sebesar 68,84% dan diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 9,47% dan sisanya adalah yang bekerja di sektor lainnya seperti Pertambangan dan Penggalian, Industri, Konstruksi, Angkutan dan Komunikasi, keuangan, Jasa dan Lainnya. Dengan melihat potensi dan peranannya yang sangat besar sebagai penggerak perekonomian di Kabupaten Bulungan, maka 3

pembangunan sektor pertanian mendapatkan perhatian yang cukup besar dari Pemerintah Kabupaten Bulungan (BPS Kabupaten Bulungan, 2006). Kontribusi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan beberapa sektor lainnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005. No. Lapangan Usaha Utama Jumlah Persen (%) 1. Pertanian 25.801 68,84 2. Pertambangan dan Penggalian 331 0,88 3. Industri 1.161 3,10 4. Konstruksi 1.547 4,13 5. Perdagangan 3.550 9,47 6. Angkutan dan Komunikasi 1.607 4,29 7. Keuangan 60 0,16 8. Jasa 3.168 8,45 9. Lainnya 253 0,68 J u m l a h 37.478 100 Sumber : BPS Kabupaten Bulungan, 2006. Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pembangunan daerah terutama dalam mencapai visi Kabupaten Bulungan yang ingin mewujudkan industri yang berbasis pertanian, maka Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan juga menetapkan visi sendiri yaitu : Terwujudnya Pertanian Yang Tangguh Menuju Masyarakat Yang Sejahtera. Untuk mencapai visi tersebut disusunlah perencanaan strategis yang kemudian dituangkan dalam program-program kerja dengan target-target yang telah ditentukan pula. Perencanaan strategis sangat diperlukan oleh semua organisasi baik organisasi profit maupun non-profit termasuk pemerintah. 4

Perencanaan strategis membantu para pimpinan organisasi dalam mencapai kinerja strategis. Suatu organisasi dikatakan mempunyai kinerja optimal jika menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi para pelanggan dan stakeholder. Arsyad dalam Nurcholis (2001) menyebutkan bahwa strategi pembangunan ekonomi daerah yang komprehensif harus mencakup antara lain : 1. Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) dan enterpreneuship di daerah; 2. Pembangunan sarana dan prasarana pembangunan ekonomi; 3. Pemberdayaan pemerintah daerah dan semua jajarannya; 4. Pengembangan sektor-sektor ekonomi potensial, termasuk pemilihan industri alternatif yang dapat dikembangkan; 5. Pemberdayaan lembaga-lembaga ekonomi yang ada (seperti Kadinda, asosiasi usaha, himpunan pengusaha atau eksportir lokal); 6. Alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas dengan lebih efisien dan efektif. Adanya tuntutan masyarakat terhadap pertanggung jawaban instansi publik yang lebih terbuka dan akuntabel merupakan fenomena yang timbul belakangan ini. Keinginan untuk perubahan tersebut di atas bermuara dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah untuk membuat suatu laporan pertanggung jawaban yang 5

lebih transparan dan akuntabel sejak dari proses perencanaan sampai manfaat yang dihasilkan termasuk di dalamnya siapa saja stakeholder yang terlibat. Sebagai bentuk tanggung jawab Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, maka program-program yang dilakukan setiap tahunnya harus dilakukan evaluasi terhadap kinerja yang dihasilkan, sehingga apabila terdapat kelemahan atau kekurangan dalam pencapaian tujuan dan sasaran dapat dilakukan perbaikan. Selama ini metode yang biasa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bulungan umumnya dan Dinas Pertanian khususnya untuk menilai kinerja terhadap program-program kegiatan yang dilakukan adalah dengan menerapkan sistem Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Hal ini didasarkan atas Inpres Nomor 7 tahun 1999, di mana setiap instansi pemerintah diharuskan untuk menyusup LAKIP. LAKIP ini merupakan salah satu bentuk penerapan manajemen strategik dalam organisasi pemerintah dalam menilai kinerja yang dilakukan setiap tahunnya. Dalam menyusun LAKIP metode yang biasa digunakan adalah metode perbandingan capaian sasaran yaitu membandingkan antara target dengan realisasi sasaran untuk selanjutnya dilakukan perbaikan. Dalam pedoman penyusunan LAKIP disebutkan bentuk pelaporan, pengukuran kinerja dan evaluasi terhadap implementasi program-program yang dilakukan dengan menggunakan lima ukuran kinerja yaitu inputs (masukan), outputs (keluaran), outcomes (hasil), benefits (manfaat) dan impact (dampak). Adapun kelemahan dari penilaian sistem kinerja ini 6

adalah kurang memperhatikan kinerja dari sisi pelanggan dan stakeholder yang ikut menentukan kinerja dari suatu program, termasuk di dalamnya adalah kepuasan pelanggan dan para pegawai itu sendiri. Sistem LAKIP juga tidak memberikan gambaran hubungan keterkaitan yang koheren dan komprehensif antar strategi yang dijalankan dalam pencapaian tujuan organisasi. Sebagai contoh dari hasil pengamatan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan, para pegawai belum semuanya memiliki pemahaman tentang perancangan kinerja yang akan dicapai. Masih banyak pegawai yang merasa belum jelas akan tugas dan peranannya masing-masing, sehingga masih sering ditemukan adanya saling lempar tugas bahkan terkadang saling tarik menarik tentang suatu kegiatan. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya seluruh manajemen dalam menyusun suatu program tertentu dan juga belum optimalnya sosialisasi tugas pokok dan fungsinya kepada seluruh pegawai. Dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, masih ditemukannya beberapa petani dan pelaku usaha di bidang pertanian yang mempunyai potensi, namun tidak mendapatkan perhatian dan pelayanan yang serius dari dinas. Hal ini selain disebabkan karena masih kurangnya jumlah pegawai yang ada dan kondisi geografis yang sangat luas serta sulit dijangkau, juga disebabkan karena pelayanan dinas selama ini masih terpusat di lingkungan kantor dan kegiatan rutin yang bersifat administratif. Sementara kegiatan pelayanan kepada masyarakat tersebut harus mendapatkan perhatian, namun hal tersebut belum bisa tercakup secara menyeluruh. 7

Permasalahan ini disebabkan karena proses penetapan sasaran-sasaran strategis dan perancangan indikator keberhasilan kinerjanya untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian, belum melibatkan seluruh manajemen dan stakeholder dinas. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka dinas membutuhkan suatu proses penetapan sasaran-sasaran strategis untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian dan sekaligus perancangan indikator keberhasilan dari kinerja yang akan dicapai secara lebih komprehensif, koheren, berimbang dan terukur sesuai dengan visi dan misi dinas yang melibatkan seluruh unsur manajemen untuk mengkaji harapan dari pelanggan dan stakeholder lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menyusun suatu sistem manajemen strategik yang komprehensif, koheren, berimbang dan terukur adalah dengan menggunakan metode balanced scorecard yang mengimplementasikan empat perspektif yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran dalam pencapaian visi dan misi organisasi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah menjabarkan komponen-komponen strategik (visi, misi, tujuan strategik, dan strategi dinas) ke dalam sasaran-sasaran strategik pada model pengukuran kinerja berbasis Balanced Scorecard? 8

2. Bagaimana bentuk strategy map Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan? 3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi Key Performance Indicators dalam pengukuran kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan? 4. Bagaimana rancangan pengukuran kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : 1. Menganalisis komponen strategik dinas ke dalam sasaran-sasaran strategik pada keempat perspektif model pengukuran kinerja berbasis balanced scorecard. 2. Menyusun bentuk strategy map Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan. 3. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi Key Performance Indicators dalam evaluasi kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan. 4. Menyusun rancangan pengukuran kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Bulungan dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan bidang pertanian. 2. Sebagai masukan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan dalam menyusun program dan pengukuran kinerjanya. 9

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan dengan dibatasi pada perancangan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard yang meliputi penjabaran visi, misi, strategi, tujuan strategis ke dalam sasaran-sasaran strategis dinas, penyusunan Strategy Map, penentuan Key Performance Indicators dan perancangan Balanced Scorecard. Langkah pertama yang dilakukan adalah menjabarkan visi, misi, tujuan dan strategi dinas ke dalam empat perspektif Balanced Scorecard ke dalam sasaran-sasaran strategis. Langkah kedua adalah menyusun strategy map yang menghubungkan sebab akibat antar sasaran strategis yang ada pada masing-masing perspektif Balanced Scorecard. Langkah ketiga yaitu penentuan key performance indicators (KPI) yang terbagi dalam empat perspektif yaitu perspektif pelanggan dan stakeholder, perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif kapasitas karyawan dan organisasi. Proses penentuan KPI diperoleh melalui pembahasan FGD yang terdiri dari kepala dinas, kepala sub dinas, kepala seksi dan staf yang ditunjuk sebagai anggota FGD. Kemudian setelah ditentukan KPI masing-masing perspektif dilakukan pembobotan tingkat kepentingan terhadap keempat perspektif dan KPI masing-masing perspektif. Selanjutnya menentukan ukuran dan target yang akan dicapai dalam setiap KPI yang dirumuskan. Langkah terakhir adalah merumuskan inisiatif strategik yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran strategik yang telah ditetapkan. 10